Jumat, 26 Agustus 2011

Yesus Membersihkan Bait Allah (Yohanes 2 : 13 - 2)ihkan Bait Allah"

“ YESUS MARAH TAPI BUKAN PEMARAH ”

Mendengar dan membaca cerita tentang Tuhan Yesus marah mungkin bagi sebagian kita adalah sesuatu yang mengejutkan, bagaimana mungkin manusia dan Tuhan selembut, seramah dan setenang Tuhan Yesus bisa marah dan menjungkirbalikkan bahkan memporakporandakan dagangan para pedagang dan para penukar uang di Bait Allah pada saat itu. Dia yang telah menyembuhkan orang-orang yang sakit, Dia yang telah dengan ramah dan lembut mengelus ddan memberkati anak-anak, Dia yang selalu tenang menghadapi muslihat dan akal licik para Farisi dan Ahli Taurat, ternyata bisa juga mengalami suatu keadaan dimana Ia sangat marah.

Menurut para psikolog, Marah itu adalah sesuatu yang wajar dan merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan dan alami sebagai media penyaluran emosi (bukan emosional) kita. Sebagaimana orang seharusnya bisa menangis, dan tertawa untuk menyalurkan perasaan emosinya demikian juga setiap manusia di saat tertentu harus mampu dan sangat wajar untuk marah, mengerutu bahkan berdiam diri, Untuk menyalurkan emosi sehatnya. Yang tidak sehat adalah jika seseorang terus menangis (menangis tanpa alasan atau tiba-tiba menangis tanpa sebab) atau terus tertawa (apalagi tertawa-tawa sendiri) demikian juga orang yang pemarah atau emosional (marah-marah tanpa sebab).

Kemarahan tidak selalu harus ditafsirkan sebagai wujud hilangnya belas kasihan. Kepada orang yang emosionalnya tinggi, kita gampang maklum dan mengerti kalau orang itu marah-marah. Tetapi dengan orang yang berkarakter sabar, murah ampun, gampang menerima, suka berkorban dan selalu berusaha mencari yang terbaik, tiba-tiba marah, kita cepat berkesimpulan bahwa pasti ada yang tidak beres dan sudah keterlaluan. Dengan teropong dan kacamata pandang seperti itu kiranya kita akan melihat dan menilai kemarahan Yesus. Yesus marah bukan karena sifatNya yang pemarah, ada sesuatu yang membuat Ia harus marah.

Setelah Yesus bersama dengan Ibunya Maria, dan saudara-saudaranya beserta murid-muridNya kembali dari pesta di Kana (menurut Injil Yohanes) mereka menginap di Kapernaum untuk beberapa hari. Ketika hari raya Paskah, Yesus berangkat ke Yerusalem.

1. Menurut Adat dan Agama Yahudi, setiap orang Yahudi yang tinggal dalam radius 15 Mil dari Yerusalem diwajib untuk berangkat ke Yerusalem untuk menghadiri Perayaan Paskah sementara orang-orang Yahudi di luar radius itu tidak diwajibkan, akan tetapi walaupun demikian sering sekali mereka juga menyempatkan diri datang ke Yerusalem sekaligus bertemu dengan sanak saudara mereka. Dan setiap orang Yahudi yang berusia 19 tahun keatas wajib membayar pajak Bait Allah. Pembayaran pajak itu dilaksanakan satu tahun sekali pada hari raya Paskah. Hasilnya dipakai untuk mencukupi kebutuhan yang berkaitan dengan upacara-upacara peribadatan dan acara-acara ritual keagamaan di Bait Allah. Besarnya pajak ½ Shekel, yang berarti sama dengan upah kerja selama 1½ hari. Hanya jenis uang Shekel Bait Allah saja bisa dibayarkan sebagai pajak, sebab jenis uang lain yang dipakai dalam transaksi harian, seperti uang logam perak dari Roma, Yunani, Mesir, Tirus dan Sidan dipandang sebagai uang asing. Uang logam Palestina sendiri pun tidak bisa dibayarkan sebagai pajak, sebab uang itu dipakai dalam aneka transaksi yang sering dibarengi penipuan, sehingga nilainya kotor. Uang asing dan kotor tidak layak dipersembahkan kepada Allah sebagai pajak untuk rumah-Nya. Itulah sebabnya di Bait Allah pada saat itu banyak tempat penukaran uang. Sesungguhnya ini sangat membantu, akan tetapi Yesus marah dengan praktek penukaran uang ini karena ada praktek yang tidak benar sedang terjadi di tempat itu. Peraturan tentang kurs penukaran uang inid iatur sedemikian oleh orang-orang yang menawarkan jasa penukaran uang tersebut (yang tidak lain juga adalah para pejabat Bait Allah) yang bekerja sama dengan para Imam di Bait Allah. Praktek ini lah yang dilihat Tuhan Yesus sebagai praktek kongkalikong di Bait Allah. Ada praktek bisnis yang tidak benar di bait Allah . Yesus Marah.

2. Yesus Marah ketika Ia juga melihat ada perdagangan sapi dan hewan-hewan kurban lainnya di Bait Allah. Sesungguhnya ini juga sangat membantu para para peziarah yang datang dari luar kota atau dari daerah-daerah yang jauh di luar Yerusalem. Karena ketika mereka datang ke Bait Allah mau tidak mau mereka harus membawa hewan kurban yang tak bercacat dan tak bercela sebagaimana yang telah diaturkan di dalam aturan peribadahan dan hukum taurat Yahudi untuk penghapusan dosa mereka Cacat berkaitan dengan fisik, seperti buta, pincang, patah tulang dan luka-luka. Sedangkan bercela mengacu pada mutu, seperti hewan kurban yang bagus tidak boleh berumur lebih dari 1 tahun. Tidak mungkin mereka membawa itu dari tempat-tempat yang jauh, karena jika dibawa dari tempat-tempat yang jauh kemungkinan akan mengalami cacat , luka dan tidak baik adalah sangat besar. Kurban itu dilaksanakan satu tahun sekali setiap perayaan Paskah, sebagai kurban penghapusan dosa. Hewan kurbannya tergantung pada status sosial dan kemampuan ekonomi setiap keluarga. Orang kaya harus mempersembahkan kurban bakaran berupa seekor lembu atau domba dan seekor burung tekukur atau merpati. Orang miskin umumnya tidak mampu membeli domba, apalagi lembu, sehingga mereka cukup mengurbankan seekor burung tekukur atau merpati sebagai pengganti lembu atau domba dan seekor lagi burung tekukur atau merpati. Jadi, orang miskin cukup mengurbankan sepasang burung tekukur atau merpati.

Akan tetapi Tuhan Yesus melihat ada praktek yang tidak benar di dalam proses jual beli hewan kurban ini, karena ada terjadi kongkalikong antara para Imam Bait Allah dengan para penjual hewan kurban itu dalam menentukan hewan kurban yang lulus sensor untuk dijadikan persembahan kurban. Pejabat Bait Allah mengangkat DPHK (Dewan pemeriksa Hewan Kurban) untuk menyensor hewan yang hendak dikurbankan, untuk ini butuh biaya. Disinilah terjadi kongkalikong dengan para penjual kurban (Nota bene, para penjual hewan kurban itu dari keluarga Hanas, imam dan pejabat di Bait Allah). sehingga hanya hewan-hewan yang dijual itulah yang lulus sesnsor untuk layak dipersembahkan jadi korban. Sehingga umat mau tidak mau, meskipun mereka sanggub membawa hewan korban mereka sendiri tetap saja tidak akan lulus sensor.

Alhasil, orang pun terpaksa membeli hewan kurban dari para penjual di pelataran Bait Allah. Itu berarti pemerasan dan perampasan uang demi keuntungan pribadi. Meski demikian orang tidak menyadari dan pasti akan membeli hewan-hewan kurban itu juga, sebab persembahan kurban bakaran berkaitan dengan penghapusan dosa. Jadi, tidak mempersembahkan kurban bakaran berarti dosanya tidak dihapus. Lagi pula kurban penghapusan dosa itu hanya setahun sekali setiap hari raya Paskah. Maka bagaimanapun juga orang akan melakukannya dan mereka tidak merasa diperas, karena kurban itu dikaitkan dengan peraturan dan kewajiban keagamaan demi penghapusan dosa. Dengan demikian para pejabat Bait Allah itu telah melakukan penipuan lewat pemanipulasian peraturan ibadat dan kewajiban mempersembahkan kurban bakaran demi mengeruk keuntungan pribadi. Karena itu Yesus marah.

3. Yesus marah karena penajisan yang telah terjadi di Bait Allah. Para penginjil Sinoptik mencatat bahwa Bait Allah akan disebut rumah doa, namun rumah itu telah dijadikan sarang penyamun (Markus 11: 17, Matius 21: 13, Lukas 19:46). Bait Allah memang menjadi tempat beribadat dan mempersembahkan kurban bakaran, tetapi para pejabat Bait Allah telah memanipulasi peraturan dan kewajiban keagamaan itu untuk memeras dan merampas uang demi kepentingan dan keuntungan mereka pribadi. BaitAllah menjadi sarang para pemeras dan perampas uang dari orang-orang yang mau beribadat kepada Allah. Demi kepentingan itulah pelataran Bait Allah dijadikan tempat transaksi penukaran uang pajak dan jual-beli hewan kurban bakaran. Pada hal pelataran yang dipakai untuk transaksi itu adalah pelataran orang kafir.

4. Pelataran orang kafir atau non-Yahudi adalah pelataran yang paling luar dari Bait Allah, yang kemudian secara berurut disusul dengan pelataran kaum wanita Yahudi, pelataran laki-laki Yahudi dan pelataran para imam. Pelataran orang kafir itulah satu-satunya tempat bagi orang non-Yahudi boleh datang dan berdoa setelah pertobatannya. Namun para pejabat Bait Allah telah menjadikannya tempat berjualan, sehingga hiruk-pikuk orang, teriakan para pedagang, kegaduhan tawar-menawar dan suara beragam hewan, pun gemerincing uang logam: telah membuat tempat itu tidak bisa lagi dipakai untuk berdoa. Dengan demikian tertutup sudah kemungkinan bagi orang non-Yahudi yang mau datang mencari dan menyembah Allah di rumah-Nya. Karena itu Yesus marah.

Dalam nas ini diperlihatkan bahwa Yesus pun sebenarnya bisa bertindak radikal dan sangat tidak terbayangkan. Ia yang suka mengelus-elus rambut anak kecil, yang peduli pada janda miskin, ternyata juga adalah Kristus yang menjungkirbalikkan semua.

Dalam hal ini gereja harus sadar atas ajarannya yang salah, sebab umat hanya dibodoh-bodohi untuk memandang Yesus dari hanya satu segi, yaitu Yesus yang baik, penuh cinta kasih. Umat tidak pernah diperhadapkan kepada Yesus yang bisa keras. Yesus akan murka ketika orang mem-permainkan kesucian. Siapa yang percaya pada DIA, masuk sorga, yang tidak percaya masuk neraka. Janganlah memandang Yesus hanya dari sisi baiknya saja (sisi Maha BaikNya), yang pasti mau memberi apa yang kita mau. Tetapi marilah juga kita mengenal Yesus dari sisi Maha Adil dimana Dia akan menegakkan dan mengadili setiap manusia yang benar dan tidak benar dihadapannya. Dan untuk menegakkan kebanaranNya maka iapun akan mengekkan hukum-hukumNya. Oleh karena itu pernahkah kita berpikir bahwa kita juga harus memenuhi apa yang Dia kehendaki? Kekacauan terjadi di halaman Bait Allah adalah karena ada manipulasi. Dan inilah yang mau dikoreksi Yesus.

Pesan Nas :

Yesus marah karena praktek-praktek keagamaan yang tidak benar dan dimanipulasi dengan kepentingan untuk mengeruk keuntungan pribadi. Kegiatan religius seperti itu kapan pun dan di mana pun tidak akan pernah berkenan di hadapan Allah. Apalagi semua itu dilakukan di tempat tinggal kediaman Allah. Bukan hanya Gereja, tetapi diri kita adalah Bait-bait Kudus Allah, tempat Allah tinggal dan bersemayam di dunia ini. Maka, dengan kemarahan-Nya itu Yesus mengajak untuk menjadikan diri kita sebagai tempat ibadah-Nya yang kudus. Yesus mengundang kita untuk setiap kali menyucikan dan membersihkan diri dari kecenderungan-kecenderungan jahat yang mengotori dan membusukkan diri kita. Yesus mau agar kita meninggalkan perilaku hidup yang cemar yang penuh ketamakan, keegoisan, ketidakadilan, dan kemunafikan. Yesus mau agar kita bangkit dan bergerak membangun habitus (prilaku dan kebiasaan) baru yang berspiritualitas kasih, keadilan, dan damai.

Pdtbernardhp.medioaugust2011

Selasa, 23 Agustus 2011

Manajemen Stres


" Seberapa Beratkah Beban Hidupmu"

Matius 6:34
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

Seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen stres. Dia mengangkat segelas air dan bertanya kepada mahasiswanya, "Seberapa berat Anda kira segelas air ini?" Para mahasiswa pun menjawab beragam, ada yang 20 gram sampai 500 gram. Sang dosen menjawabnya, "Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama Anda memegangnya. Jika saya memegangnya selama satu menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama satu jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama satu hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, bebannya akan semakin berat. Hal terbaik yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi."

Seringkali tanpa disengaja kita membawa beban hidup kita terus-menerus. Akibatnya, setiap hari kita cenderung merasa susah, kuatir, bahkan stres karena beban-beban itu rasanya menekan kita. Beban itu pun akan semakin berat karena kita cenderung mengkuatirkan hari-hari esok. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak menanggung kesusahan hari esok, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Bahkan Tuhan sendiri meminta kita untuk menyerahkan segala beban yang kita tanggung kepada-Nya.

Cara memecahkan masalah adalah bukan dengan mempersoalkannya, tetapi bagaimana menyelesaikannya.

Ilustrasi tentang Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang

SEBUAH ILUSTRASI TENTANG:

Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"

Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".

"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan.

"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja?
Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam?
Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang."

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita."

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."

Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

"Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?"

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus.
Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."

Bagaimana Memenangkan Anggota Keluarga

SEISI RUMAH TANGGA DISELAMATKAN

Keselamatan yang dianugerahkan kepada kita oleh Yesus Kristus adalah milik masing-masing pribadi, artinya siapapun tidak dapat mewakili keselamatan anda! Anda tidak dapat diselamatkan oleh karena perbuatan orang lain, sebaliknya keselamatan anda juga tidak dapat ditiadakan oleh siapapun, karena keselamatan adalah anugerah dari Allah untuk menjadi milik pribadi orang per orang (Yohanes 3:16). Namun sekalipun demikian, Allah penuh kasih, maka diberikan pula kesempatan kepada seisi rumah tangga untuk diselamatkan apabila ada di dalam keluarga tersebut seorang saja yang percaya kepada Yesus Kristus.

“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu.”
(Kisah Para Rasul 16:31)

Ayat tersebut di atas memberikan janji, penghiburan dan kekuatan bagi setiap orang yang memiliki pergumulan dimana ada anggota keluarganya yang belum menerima Yesus (belum diselamatkan). Mendapati bahwa di dalam rumah tangga ada anggota keluarga yang belum percaya kepada Yesus pasti akan menjadi pergumulan, karena memenangkan jiwa dari keluarga sendiri seringkali jauh lebih sukar dibandingkan memenangkan jiwa dari luar lingkungan keluarga. Maka tidak jarang orang-orang yang memiliki pergumulan ini menjadi kecewa atau berbeban berat karena dirinya sendiri sudah menerima Yesus belasan tahun bahkan puluhan tahun akan tetapi masih ada saja anggota keluarganya belum juga mau menerima Yesus; Lalu beberapa diantaranya mulai mempertanyakan, benarkah firman tersebut ?
Alkitab tentu tidak salah mencatat ayat tersebut! Paulus dan Silas pun tidak salah mengucapkannya, hanya kitalah yang mungkin belum pas dalam mengerti dengan janji Allah tersebut. Ada banyak umat kristiani yang berpedoman bahwa baptisan adalah sama dengan keselamatan. Sehingga ketika dirinya menerima baptisan, lalu serta merta beranggapan bahwa janji Allah untuk menyelamatkan seisi rumah akan secara otomatis digenapi. Padahal Alkitab berkata “…tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar…” (Filipi 2:12b). Artinya setelah kita menerima baptisan sebagai tanda pertobatan dan lahir baru, kita harus terus menerus memelihara kehidupan yang berkenan kepada Allah yaitu dengan melakukan kehendak-kehendak Allah.

Maka setiap orang yang ingin seisi rumahnya diselamatkan, terlebih dahulu haruslah mengerjakan keselamatan untuk dirinya sendiri, karena dengan mengerjakan keselamatan yang sungguh-sungguh bagi dirinya sendiri yaitu melakukan firman Allah dengan setia, maka dari dirinya akan memancar kebenaran Allah karena alkitab berkata kita adalah Surat Kristus yang terbuka (II Korintus 3:3) artinya prilaku kristiani kita akan dapat “dibaca” oleh orang disekitar kita, dan kebenaran Allah yang memancar dari diri kita (yang terbaca) itulah yang akan membawa keselamatan bagi seisi rumah.

“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”
(1 Timotius 5:8)

Sebuah Renungan Hidup : belajar dari Bartimeus (Markus 10 : 46 - 52)

“Buta Jasmani namun Celik Rohani”

(Markus 10 : 46-52)

Menjalani kehidupan dengan keterbatasan fisik tentu tidak menyenangkan. Seandainya dapat memilih akan banyak orang memutuskan ada dalam kondisi “normal” tanpa ada keterbatasan yang menghambat aktivitas. Sangat mudah membayangkan bagaimana sulitnya kehidupan yang harus dijalani oleh Bartimeus saat itu. Status sosial yang melekat “sebagai orang buta dan pengemis” tidak akan pernah berubah dari dirinya – dengan cara apapun – seandainya tidak bertemu dengan Yesus. Belum lagi, Bartimeus bukanlah sosok pribadi yang dibutuhkan kehadirannya dimasyarakat. Tidak berpotensi, menyusahkan, sampah masyarakat bahkan kalau perlu keberadaannya harus disingkirkan dari pemandangan umum.

Mengapa tidak? Sebab Bartimeus adalah seorang buta dan pengemis. Tiap-tiap hari tidak ada pekerjaan lain kecuali duduk dipinggir jalan dan terus-menerus meminta-minta. Ia hidup mengandalkan belas kasihan dan bergantung terhadap kebaikan orang lain. Satu hari makan dan barangkali hari berikutnya tidak dan berulang begitu untuk seterusnya.

Bagi Bartimeus, pupus sudah harapan dan jalan hidupnya. Tidak ada yang menarik bahkan bisa dibanggakan sedikitpun dari keberadaannya, selain kepribadiannya. Alkitab memang tidak mengatakan sejak umur berapa ia mengalami kebutaan. Bisa jadi, ia buta sejak kecil dan tentu bukan kesalahan fatal akibat kesalahan orang tua. Kalau itu benar, ia bisa saja memarahi sang pencipta kenapa dilahirkan dengan ketidaksempurnaan. Ia bisa terus-menerus mengumpat dan tinggal diam dalam kepasrahan menjalani “nasip.” Ia bisa terjebak dalam penyalahan diri kepada sang pencipta “mengapa aku buta? Mengapa aku terlahir dalam keadaan seperti ini?”

Menariknya, ternyata tidak. Ia tidak bisa menggantungkan kebutuhannya kepada orang tuanya. Ia tidak bermalas-malas, tinggal dirumah, semua disediakan dan dipenuhi orang tuanya. Ia bertekad meski keadaan sulit itu tidak harus memaksa tidak melakukan apapun. Ia masih punya hati besar untuk tidak dimanja oleh keadaan. Ia pun memilih dan memutuskan keluar dari rumah, mencari dan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Bahkan yang sangat menarik dari Bartimeus adalah kemauan yang keras untuk mewujudkan apa yang hendak dicapai. Ketika ia mendengar bahwa Yesus sedang lewat keluar dari Yerikho, berserulah dia: “Yesus Anak Daud, Kasihinilah aku!” Dia kumpulkan tenaga dan teriak begitu keras hingga Yesus pun mendengarnya. Meski orang sekitar berusaha menghalangi, teriakannya justru semakin keras. Anda bisa bayangkan sebagai pengemis dan mungkin saat itu belum makan, teriakan itu tentunya sangat menguras energinya.

Nah, luar biasanya, teriakan Bartimeus tidak sia-sia. Teriakan itu didengar Yesus bahkan teriakan itu mampu menghentikan langkah Yesus. Padahal tidak ada sedikitpun maksud Yesus untuk bertemu dengan Bartimeus, tetapi teriakan Bartimius sanggup mengubah semuanya. Pikirnya, langkahnya mungkin bisa terhalang dan terhenti karena orang banyak, tapi teriakannya tentu tidak. Dan, ternyata benar! Yesus mendengar dan menghentikan langkah-Nya memperdulikan kebutuhan umat-Nya (ay. 49). Tidak hanya itu, Yesus justru tanyakan apa kebutuhan utama Bartimeus ”apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Tanpa basa-basi, dengan lantang juga ia menjawab “Rabuni, supaya aku sembuh.”

Saudara, belajar dari Bartimeus, meski keadaan keruh tapi Bartimeus tidak mau hidup terus-menerus dalam kondisi itu. Teriakannya mampu menghentikan langkah Yesus. Teriakannya mampu mengalihkan perhatian Yesus kepadanya. Meski keadaan menghalangi Anda untuk bertemu Yesus tapi seruanmu tidak. Anda bisa berseru dan menghentikan langkah Yesus untuk menaruh belas kasihanya kepada Anda. Pastikan, teriakanmu mengentikan langkah Yesus untuk menaruh belas kasihanya kepada Anda!

Senin, 15 Agustus 2011

Bagaimanakah Puasa Orang Kristen


PUASA DALAM AGAMA KRISTEN

Di tengah bulan Puasa yang dilakukan oleh umat Muslim, timbullah pertanyaan yang ditujukan kepada umat Kristen: “Apakah umat Kristen menjalankan puasa?”

Alkitab tidak memerintahkan orang-orang Kristen untuk berpuasa. Puasa bukanlah sesuatu yang dituntut atau diminta Allah dari orang-orang Kristen. Pada saat yang sama, Alkitab memperkenalkan puasa sebagai sesuatu yang baik, berguna dan perlu dilakukan. Kitab Kisah Rasul mencatat tentang orang-orang percaya yang berpuasa sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan penting (Kisah Rasul 13:4; 14:23). Doa dan puasa sering dihubungkan bersama (Lukas 2:37; 5:33). Terlalu sering fokus dari puasa adalah tidak makan. Seharusnya tujuan dari puasa adalah melepaskan mata kita dari hal-hal duniawi dan berpusat pada Tuhan. Puasa adalah cara untuk mendemonstrasikan kepada Tuhan, dan kepada diri sendiri, bahwa Anda serius dalam hubungan Anda dengan Tuhan. Puasa menolong Anda untuk memperoleh perspektif baru dan memperbaharui ketergantungan pada Tuhan.


Sekalipun di dalam Alkitab puasa selalu berhubungan dengan tidak makan, ada cara-cara lain untuk berpuasa. Apapun yang dapat Anda tinggalkan untuk sementara demi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan dengan cara yang lebih baik dapat dianggap sebagai puasa (1 Korintus 7:1-5). Puasa perlu dibatasi waktunya, khususnya puasa makanan. Tidak makan dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak tubuh. Puasa bukan untuk menghukum tubuh Anda, tapi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan. Puasa tidak boleh dianggap sebagai salah satu “metode diet.” Jangan berpuasa untuk menghilangkan berat badan, tapi untuk memperoleh persekutuan yang lebih dalam dengan Allah. Benar, siapa saja bisa berpuasa. Ada orang-orang yang tidak bisa puasa makan (penderita diabetes misalnya), tapi setiap orang dapat untuk sementara meninggalkan sesuatu demi untuk memfokuskan diri pada Tuhan.


Dengan mengalihkan mata dari hal-hal dunia ini, kita dapat memusatkan diri pada Kristus dengan lebih baik. Puasa bukanlah cara untuk membuat Tuhan melakukan apa yang kita inginkan. Puasa mengubah kita, bukan Tuhan. Puasa bukanlah cara untuk kelihatan lebih rohani dibanding orang lain. Puasa harus dilakukan dalam kerendahan hati dan dengan penuh sukacita. Matius 6:16-18 mengatakan, “"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Asal perintah puasa dalam Perjanjian Lama tidak jelas, tercatat ketika Israel menghadapi Filistin mereka mengaku dosa dan berpuasa (1Sam.7:6). Sekalipun tidak disebut sebagai puasa, Musa tidak makan dan minum selama 40 hari (Kel.34:28). Ketika Nehemia mendengar situasi Yerusalem, ia berdoa dan berpuasa (Neh.1:4). Yoel menyuruh umat bertobat dan berpuasa (Yl.2:12). Banyak juga ayat-ayat lain yang menunjukkan praktek puasa dalam PL.

Dalam Perjanjian Baru puasa juga tercatat. Yesus hanya sekali tercatat berpuasa dengan tidak makan & minum 40 hari lamanya (Mat.4:2) sebagai persiapan menghadapi godaan dan ujian. Ketika Paulus dan Barnabas diutus mereka berpuasa (Kis.13:3). Puasa biasanya dikaitkan dengan penyesalan diri dalam pertobatan dan dikaitkan dengan doa dalam usaha mendekatkan diri lebih kepada Tuhan (1Raj.21:27;Mzm.35:13), atau meminta kuasa dalam memerangi setan (Mat.17:21;Mrk.9:29).

Sebagaimana banyak hal dalam syariat dimana arti rohaninya terkubur oleh penampakan lahir, demikian juga puasa sering merosot artinya. Bukannya ditujukan sebagai ekspresi pertobatan tetapi umat Israel menjadikannya sebagai tuntutan untuk memperoleh sesuatu (Yes.58:3) atau agar diperkenan Tuhan (Yes.58:5). Puasa sering merosot sekedar upacara ritual tanpa penyerahan diri kepada Tuhan (Za.7:5), dan menjadi perilaku yang munafik (Mat.16:6) demi untuk membenarkan diri sendiri (Luk.18:12).

Baik Musa maupun Yesus tidak makan dan minum selama 40 hari bukan karena syariat agama, namun sebagai masa persiapan menghadapi godaan dan ujian sebelum diutus, dan konteks saat itu menunjukkan suasana gurun dimana tidak tersedia makanan maupun minuman. Puasa dalam praktek Israel telah merosot menjadi kebiasaan legalistik pada hari-hari dan waktu tertentu tetapi sudah kehilangan maknanya, itulah sebabnya nabi Yesaya dengan keras menekankan arti puasa yang benar. Ia mengatakan bahwa Tuhan berfirman: “Berpuasa yang kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang-orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes.58:6-7).

Sekalipun Yesus tidak makan dan minum 40 hari, ia tidak menyuruh murid-muridnya berpuasa, dan karena para murid tidak berpuasa mereka dicela oleh orang Farisi (Mrk.2:18), namun Yesus mengatakan bahwa puasa baru akan mereka lakukan bila Yesus telah pergi (Mrk.2:20). Jadi, puasa menurut Yesus bukan lagi syariat agama tetapi kebutuhan penyiapan batin secara khusus bila bertobat dan diperlukan dalam menghadapi masalah khusus seperti kepergiannya kelak atau dalam memerangi setan (Mat.17:21;Mrk.9:29).

Yesus tidak membenarkan orang Farisi yang menjalankan syariat agama termasuk berpuasa yang melakukannya dengan sombong, tetapi Ia membenarkan pemungut cukai yang kelihatannya tidak menjalankan puasa (Luk.18:9-14). Jadi, Yesus tidak menyuruh orang melakukan puasa tetapi tidak melarang bila orang melakukan puasa untuk maksud khusus.

Dari hal-hal di atas kita mengetahui bahwa puasa memiliki maksud yang dalam dan khusus dalam menguasai batin seseorang dalam hubungan dengan Tuhannya yang suci dan benar, namun puasa cenderung merosot sekedar suatu legalisme agama dalam bentuk syariat lahir tanpa isi. Yesaya dengan jelas memberitahukan umat Israel (Yes.58) bahwa orang bisa saja tidak melakukan puasa lahir tetapi yang harus dilakukan adalah melakukan puasa batin, yaitu berpuasa dari kelaliman, menganiaya dan memperbudak orang. Berpuasa dari mengenyangkan diri sendiri menjadi memberi makan orang lapar, tidak punya rumah, dan yang telanjang (band. Mat.24:31-46).

Yesus juga tidak mengajarkan orang untuk berpuasa, bahkan tidak membenarkan orang sombong sekalipun ia berpuasa, tetapi Yesus juga tidak melarang orang berpuasa. Jadi puasa itu pada dirinya sendiri tidak memiliki arti bila bukan merupakan ungkapan hati yang bertobat dan merendahkan diri di hadapan Allah.

Perlu disadari bahwa penebusan Yesus di atas kayu salib telah menggenapi syariat taurat Perjanjian Lama yang bergantung pada usaha manusia menyelamatkan diri sendiri dengan melakukan syariat agama secara tertib (sunat, korban, sabat, puasa, halal-haram dll.), menjadi kasih karunia Allah yang diberikan kepada setiap orang yang percaya dan bertobat (Yoh.3:16;Efs.2:8-10). Karunia Allah ini menjadi sempurna dengan datangnya ‘Roh Kudus’ yang akan menguatkan dan mendiami umat percaya yang digenapi pada hari Pentakosta (Kis.2).

Dari ajaran Yesus ini, menjawab pertanyaan “apakah umat Kristen menjalankan puasa?” Jawabannya adalah ‘tidak’ dan ‘ya’, artinya umat Kristen (kecuali Katolik) ‘tidak’ menjalankan puasa sebagai syariat agama ritual pada waktu-waktu tertentu dan yang ditetapkan, dan ‘ya’ bahwa sewaktu-waktu umat Kristen bisa saja menjalankan puasa, dalam menghadapi event-event khusus, dengan sungguh-sungguh atas kemauannya sendiri. Puasa adalah ungkapan lahir dari hati yang bertobat dan merendahkan diri di hadapan Allah. Dan ungkapan lahir tidak berarti bila yang diungkapkan tidak ada, sebaliknya tanpa ungkapan lahir juga tidak menjadi soal selama yang diungkapkan itu ada, sebab inilah hakekat puasa yang sebenarnya.

Puasa di dalam Alkitab , dilakukan untuk tujuan :

1. Untuk menyatakan penyesalan (berkabung) :

Hakim-hakim 20 : 26 Kemudian pergilah semua orang Israel, yakni seluruh bangsa itu, lalu sampai di Betel; di sana mereka tinggal menangis di hadapan TUHAN, berpuasa sampai senja pada hari itu dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan TUHAN.

I Samuel 7 : 6 Setelah berkumpul di Mizpa, mereka menimba air dan mencurahkannya di hadapan TUHAN. Mereka juga berpuasa pada hari itu dan berkata di sana: "Kami telah berdosa kepada TUHAN." Dan Samuel menghakimi orang Israel di Mizpa.

II Samuel 1:12 Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang.

II Samuel 12:16 Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.

Nehemia 1:4 Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit,

Nehemia 9:1 Pada hari yang kedua puluh empat bulan itu berkumpullah orang Israel dan berpuasa dengan mengenakan kain kabung dan dengan tanah di kepala.

Ester 4:3 Di tiap-tiap daerah, ke mana titah dan undang-undang raja telah sampai, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya.

Daniel 9 : 3 Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.

Yunus 3 : 5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.

2. Untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan

Imamat 16:29 : Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu.

Imamat 23 :27 : "Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN.

3. Untuk memohon sesuatu dari Tuhan

II Samuel 12:22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.

Ezra 8:21 Kemudian di sana, di tepi sungai Ahawa itu, aku memaklumkan puasa supaya kami merendahkan diri di hadapan Allah kami dan memohon kepada-Nya jalan yang aman bagi kami, bagi anak-anak kami dan segala harta benda kami.

4. Puasa dikaitkan dengan Perayaan –ketika penduduk Israel datang dari berbagai kota ke Yerusalem

Yeremia 36 : 6 Jadi pada hari puasa engkaulah yang pergi membacakan perkataan- perkataan TUHAN kepada orang banyak di rumah TUHAN dari gulungan yang kautuliskan langsung dari mulutku itu; kepada segenap orang Yehuda yang datang dari kota-kotanya haruslah kaubacakannya juga.

Yeremia 36:9 Adapun dalam tahun yang kelima pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, dalam bulan yang kesembilan, orang telah memaklumkan puasa di hadapan TUHAN bagi segenap rakyat di Yerusalem dan bagi segenap rakyat yang telah datang dari kota-kota Yehuda ke Yerusalem. –

Yoel 1:14 Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN.

Yoel 2:15 Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;

Zakharia 8:19 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Waktu puasa dalam bulan yang keempat, dalam bulan yang kelima, dalam bulan yang ketujuh dan dalam bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan sukacita dan menjadi waktu-waktu perayaan yang menggembirakan bagi kaum Yehuda. Maka cintailah kebenaran dan damai!"

Puasa yang tidak benar

Yesaya 58:3 "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.

Yesaya 58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.

Yesaya 58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?

Yesaya 58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,

Zakharia 7:5 "Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?

PUASA DALAM PERJANJIAN BARU

1. Puasa sebagai persiapan pelayanan

Matius 4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

Kisah Para Rasul 13 :3 Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.

Kisah Para Rasul 9:9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.

2. Puasa sebagai media membangun persekutuan yang dekat dan akrap dengan Tuhan

Markus 2:19 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.

Lukas 2 :37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

Lukas 5 :33 Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum."

5:34 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?

5:35 Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa."

Bagaimana cara kita berpuasa?

Terserah pribadi masing-masing. Tentukan sendiri jangka waktunya: 8 jam, 1 hari, 1 hari 1 malam, 3 hari, 7 hari, 40 hari, dst. Tentukan jenis puasanya: hanya makan sayur, tidak makan, tidak makan dan tidak minum, atau puasa kebiasaan jelek seperti ; tidak merokok, tidak berjudi, dll.Perbanyak jam doa, pujian penyembahan dan baca Alkitab spy lebih efektif.

Sebuah Renungan Hidup : Mengapa Tuhan Memberi Kita Masalah


MENGAPA TUHAN MEMBERI KITA MASALAH

Masalah-masalah yang kita hadapi bisa membuat kita jatuh atau bertumbuh, tergantung dari bagaimana cara kita menanggapinya. Sangat disayangkan banyak orang gagal untuk melihat bagaimana Tuhan menggunakan masalah untuk kebaikan mereka. Mereka lebih memilih untuk bertindak bodoh dan membenci masalah-masalah mereka daripada menghadapi dan merenungkan kebaikan apa yang bisa mereka dapat dari masalah-masalah tersebut. Ada lima cara Tuhan menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan kita untuk menjadi sesuatu kebaikan bagi kita:

(1) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGARAHKAN kita. Kadang-kadang Tuhan harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita tetap bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi akan mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberikan kita motivasi untuk berubah. Ada kalanya masalah menjadi cara yang Tuhan pakai untuk menarik perhatian kita.

(2) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGUJI kita. Manusia bagaikan teh celup… jika anda ingin tahu apa yang ada di dalamnya, celupkan saja ke dalam air panas! Tuhan kadang ingin menguji kesetiaan kita melalui masalah-masalah yang kita hadapi. “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1:2-3).

(3) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGOREKSI kita. Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari melalui penderitaan dan kegagalan. Mungkin waktu kita masih kecil orang tua kita mengajar kita untuk tidak boleh menyentuh kompor yang panas. Tetapi mungkin kita baru benar-benar belajar justru setelah tangan kita terbakar. Kadang-kadang kita baru bisa menghargai sesuatu… kesehatan, teman, hubungan…, saat kita sudah kehilangan. “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.” (Mazmur 119:71).

(4) Tuhan menggunakan masalah untuk MELINDUNGI kita. Suatu masalah bisa menjadi berkat jika masalah tersebut menghindarkan kita dari bahaya. Tahun lalu ada seorang Kristen yang diberhentikan dari pekerjaannya karena ia menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak etis bagi bossnya. Ia menjadi mengganggur, tetapi justru dari masalah itulah ia terhindar dari ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara,karena setahun kemudian tindakan boss itu terbongkar. “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan…” (Kejadian 50:20).

(5) Tuhan menggunakan masalah untuk MENYEMPURNAKAN kita. Jika kita menanggapi masalah dengan cara dan pandangan yang benar, masalah tersebut bisa membentuk kita. Tuhan lebih memperhatikan karakter kita daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita dengan Tuhan yang akan kita bawa sampai kekal. ” … Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudusyang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-4)

Mengapa Allah mengambil rupa Manusia & Roh?

Mengapa Allah harus hadir sebagai Manusia di dalam Yesus

  1. Karena manusia tidak dapat berhadapan langsung – bertatap muka – dengan Allah, karena Firman Tuhan mengatakan bahwa siapa saja yang menatap wajah Allah akan mati. Di dalam rupa manusia, maka Allah bisa bertatap muka dengan manusia, sehingga manusia mampu merasakan kehadiran Allah ditengah kehidupan manusia.
  2. Agar Allah betul-betul bisa merasakan bagaimana perasaan manusia, bagaimana kehidupan manusia di dalam keterbatasannya: dgn rasa laparnya, hausnya, lelahnya, marahnya, sedihnya, sakitnya dll, bagaimana penderitaannya sehingga Tuhan dapat menjawab segala permintaan dan permohonan manusia dengan lebih baik
  3. untuk mengenapi nubuatannya sendiri.
  4. untuk menjadi Adam yang baru, yang akan menjadi pioner keturunan/bangsa baru yang membawa pemulihan. Kalau dosa dan kematian bermula dari seorang manusia (adam), siapapun yang kemudian menjadi keturunan adam akan mewarisi dosa-dosa dan kematian itu; maka penebusan dan kehidupan juga akan kembali dinugerahkan dan didirikan dari seorang anak manusia demikian jugalah siapapun yang kemudian menjadi keturunan (yang berdiri diatas pondasi Yesus) akan mewarisi hidup dan kehidupan yang kekal.
  5. .

Mengapa Allah kemudian harus hadir sebagai Roh:

  1. Karena keterbatasan pikiran dan pemahaman manusia tentang Allah yang maha hadir. Manusia tidak mampu memahami Allah yang Maha Kuasa itu bisa hadir di dalam rupa keAllahannya sebagai Yang Transenden, apalagi Allah yang katanya bisa hadir diserata tempat dan disitiap pribadi. Dalam rupa kemanusia Yesus, pasti ini sangat membingungkan. Kalau Yesus dalam rupa manusia ada dan menyertai setiap manusia dan kehidupan tentunya ini akan membuat manusia bingung. Jangankah melihat ada banyak, melihat 2 atau 3 orang yang sama di tempat yang berbeda di waktu yang bersamaan pun manusia sudah binguing apalagi melihat banyak. Nach keterbatasan dan ketidakmampuan manusia untuk memahami dan menerima fenomena tersebut maka Allah tidak hadir dalam rupa ketransendeNya atau dalam rupa kemanusiaaNya dalam setiap hidup manusia pribadi lepas pribadi pada waktu yang sama. Ia hadir dalam rupa Roh. Dalam rupa Roh maka manusia jauh lebih mudah memahaminya karena roh itu bisa ada diberbagai tempat pada waktu yang sama karena Roh adalah sesuatu yang tidak terbatas. Dan Roh ini tidak kelihatan , ia bisa tinggal dimana saja – ia bisa tinggal di dalam Roh manusia.
  2. Untuk menggenapi nubuatanNya sendiri.