Senin, 25 Juli 2011

Pentingnya Pelayanan Perkunjungan

PERKUNJUNGAN SEBAGAI SARANA MENGEMBANGKAN RELASI YANG MEMBANGUN DIANTARA WARGA GEREJA

Tidak semua yang tahu itu melaksanakan

Mencari alasan untuk meniadakan kegiatan perkunjungan jemaat dari pelayanan Jemaat, barangkali memang sulit. Itu berarti bahwa banyak orang tahu bahwa perkunjungan jemaat merupakan kegiatan yang penting dan perlu ada. Akan tetapi tidak semua yang mengakui dan tahu, itu lalu otomatis bersedia melaksanakannya. Dalam kenyataan hidup berjemaat, kegiatan perkunjungan ini pada umumnya kurang menggembirakan. Banyak sikap menunjukkan bahwa sepertinya perkunjungan jemaat itu bukan tanggungjawab warga. Cukuplan hal itu dilaksanakan pendeta dan anggota majelis. Mengapa demikian? Bagaimana menggiatkan perkunjungan jemaat?

Tanpa menaruh prasangka buruk, dari pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’, mudah-mudahan kurang semaraknya kegiatan perkunjungan jemaat itu memang karena sungguh belum mengenal sajanya. Itu berarti untuk mengatasinya perlu mengenali dan menemukan kebutuhan perlunya perkunjungan pastoral. Perkunjungan dibutuhkan karena: Sebagai persekutuan milik Tuhan Yesus, sebenarnya kita sudah dikunjungi Tuhan (Yoh. 1:14) dan Tuhan tetap akan menyertai semua milik-Nya. Kehadiran Tuhan itu terwujud juga dengan melibatkan semua milik-Nya. Sebagai konsekuensi dari kesadaran itu, jemaat saling memperhatikan dan melakukan perkunjungan yang bertujuan menghadirkan Tuhan. Dengan kata lain agar kehadiran Tuhan dirasakan kembali dalam kehidupan jemaat.

Sebelum kita membicarakan bagaimana membangun Persekutuan /relasi melalui perkunjungan, marilah kita simak ayat Perjanjian Baru dari Kolose 3:15 yang mengatakan: “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan beryukurlah”. Sejalan dengan ayat tersebut, Mazmur 133:1 juga menyatakan: “Sesungguhnya, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun”. Setelah memperhatikan ayat-ayat tersebut, kita mengerti bahwa Tuhan menghendaki agar kita menjalin kehidupan bersama, menjadi satu tubuh Kristus. Kita saling berbagi pengalaman dalam suatu kelompok orang percaya berdasarkan persahabatan dan persaudaraan. yang biasa disebut “Persekutuan”, atau “Fellowship”.

Namun dewasa ini kata “Persekutuan”, atau “Fellowship” kehilangan makna alkitabiah, yang sering diartikan dalam percakapan santai, sosialisasi, makan-makan bersama dan bersenang-senang. Persekutuan bukan sekadar berkumpul bersama dalam pelayanan, tetapi benar-benar menjalani kehidupan bersama yang saling berbagi dan tidak mementingkan diri sendiri, tetapi saling melayani, saling memperhatikan, menciptakan kenyamanan, memberikan persembahan, dan hal-hal yang berkenaan dengan inti dari Alkitab. Kita dapat melakukan kebaktian di gereja, tetapi kita tidak dapat melakukan persekutuan bersama orang banyak. Persekutuan yang terbaik adalah dalam lingkup yang lebih kecil, seperti Tuhan Yesus menetapkan paling banyak 12 orang murid yang selalu bersama Dia.

Demikian pula kehidupan dalam Tubuh Kristus, orang kristiani diharapkan dapat ikut serta membangun kelompok-kelompok dalam gereja yang melakukan kegiatan persekutuan, baik di rumah-rumah, dalam kelas sekolah minggu, dalam kelompok pemahaman Alkitab, dalam kelompok Pasutri, atau dalam kelompok yang lain. Kegiatan ini sangat memungkinkan bila dibentuk dalam kelompok kecil yang merupakan komunitas, dan bukan dalam kelompok yang besar. Tuhan telah memberikan janji yang luar biasa kepada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari orang percaya, dalam Matius 18:20 mengatakan, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”

Agar persekutuan dapat mencapai tujuan, maka persekutuan dalam kelompok-kelompok kecil ini perlu dibangun, dibina dan dipupuk untuk menjadi komunitas yang benar. Rick Warren dalam bukunya “The Purpose Driven Life”, menguraikan dengan baik bagaimana membangun persekutuan yang benar, adalah sebagai berikut:

Saling Mengungkapkan Kenyataan

Dalam persekutuan, bukan hanya sekadar pembicaraan basa-basi, tetapi benar-benar mengungkapkan dari hati ke hati, dan bilamana perlu berbagi (sharing) dengan mengeluarkan “isi perut” kita. Itu dapat terjadi apabila dalam satu kelompok saling jujur tentang keberadaan mereka. Mereka secara jujur mengemukakan kepedihan, mengungkapkan perasaan, mengakui kesalahan, keragu-raguan, dan ketakutan, serta menyampaikan kelemahan-kelemahan mereka dan minta dibantu dalam doa. Kebenaran sering bertolak belakang dalam kenyataan, kadang-kadang kita temui di antara mereka terlihat menunjukkan sikap jujur dan rendah hati, namun kenyataannya hanya di permukaan saja, hanya berpura-pura, berpolitik dan memainkan peran palsu serta membungkus pembicaraan dengan sopan santun yang dibuat-buat. Orang sering menggunakan topeng, mamakai pelindung dan berlaku tidak wajar, oleh karena itu perilaku seperti ini akan mengakibatkan kehancuran persekutuan yang kita bangun.

Saling Memberi dan Menerima

Saling memberi dan menerima adalah merupakan seni di dalam membangun relasi antar sesama dan itu tergantung satu dengan yang lain. Dalam I Korintus 12:25 mengatakan, “Supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan”. Saling memberi dan saling menerima adalah merupakan jantung dari persekutuan, yaitu: membangun relasi yang timbal balik, tanggung jawab dalam berbagi (sharing), dan saling menolong satu dengan yang lain.

Dalam Roma 1:12 mengatakan, “Supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun imanku”.

Seluruh anggota harus lebih berpendirian tetap dalam iman kita ketika orang lain berjalan bersama dan mendorong semangat kita. Alkitab memerintahkan kepada kita untuk selalu berrtanggung jawab, saling mendorong, saling melayani dan saling menghormati. Kita bertanggung jawab kepada setiap anggota tubuh Kristus, karena Tuhan menghendaki kita untuk mengerjakan apa saja untuk membantu mereka.

Saling Merasakan Duka-Cita

Saling merasakan duka-cita, bukan berarti memberi nasehat atau menawarkan jalan keluar, atau berpura-pura membantu, tetapi seharusnya kita “simpati”, yaitu ikut serta dan berbagi kepedihan hati seorang kepada yang lain. Namun kata yang lebih tepat adalah “empati” yaitu: mengenali perasaan, pikiran, sikap dan jiwa orang lain. Dalam empati, kita mengatakan: “Saya mengerti apa yang terjadi pada diri anda dan saya ikut merasakan bagaimana perasaan anda”.

Dengan demikian kita dapat mempertemukan dua kebutuhan manusia yang mendasar, yaitu kebutuhan untuk dimengerti dan kebutuhan untuk pembenaran perasaan. Setiap kali kita perlu mengerti dan menegaskan perasaan seseorang, berarti kita sudah ikut berperan serta membangun persekutuan. Namun kita ini sering terburu-buru untuk menentukan sesuatu dan tidak memiliki waktu untuk memberikan simpati atau empati kepada orang lain. Atau karena kita masih dikungkung oleh rasa sakit hati dan rasa kasihan pada diri sendiri, maka kita sering mengabaikan simpati atau empati pada orang lain.

Kita memerlukan kelompok kecil yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kesetiaan pada Tuhan untuk dapat menarik kita dan menguatkan kita, bila ada salah seorang yang mengalami duka-cita. Hal itu diharapkan agar di dalam kelompok kecil ini, tubuh Kristus semakin nyata keberadaannya.

Saling Memberikan Kemurahan Hati

Persekutuan adalah suatu tempat untuk menyatakan kemuliaan Tuhan, dan persekutuan akan menjadi lebih sempurna bilamana kemurahan hati kita masing-masing dapat mengalahkan penghakiman. Dan itu semua memerlukan kerendahan hati kita masing-masing, karena kita dapat saja tersandung jatuh dan membutuhkan pertolongan untuk dapat kembali ke jalan yang benar.

Maka kita harus saling memberikan dan saling bersedia menerima kemurahan hati seorang terhadap yang lain. Dalam II Korintus 2:7 mengatakan, “Tetapi yang kami berikan ialah hikmat dari Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita”. Kita tidak dapat melakukan persekutuan tanpa pengampunan. Tuhan mengingatkan kita, dalam Kolose 3:13a sebagai berikut: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain”.

Oleh karena itu kepahitan dan kekesalan hati selalu merusak persekutuan. Memang kita adalah manusia yang tidak sempurna dan orang berdosa, kadang-kadang sakit hati yang tidak ternilai dapat terjadi pada diri kita, ketika kita bersama-sama bersekutu dalam waktu yang cukup lama. Sakit hati, baik yang dalam maupun yang dangkal, sangat memerlukan kemurahan hati serta kelapangan dada untuk mengampuni orang lain. Ini sangat bermanfaat untuk menyempurnakan persekutuan kita. Kemurahan Tuhan kepada kita memotivasikan kita untuk mengampuni orang lain. karena Tuhan selalu siap sedia mengampuni kita. Ketika kita sakit hati terhadap orang lain, kita boleh memilih: “Apakah saya akan menggunakan energi dan emosi saya untuk membalas dendam atau penyelesaian?” Keduanya jangan dilakukan. Tetapi ampunilah dia karena Tuhan juga mengampuni kesalahan kita.

Banyak orang segan untuk memberikan kemurahan hati karena mereka belum mengerti perbedaan antara “kepercayaan” dan “pengampunan”. Pengampunan berarti membiarkan berlalu apa yang sudah terjadi, sedangkan kepercayaan memerlukan proses pembaharuan tingkah laku untuk masa depan. Pengampunan harus segera dilakukan, apakah yang bersangkutan meminta maaf atau tidak, sedangkan kepercayaan harus dibangun kembali dari waktu ke waktu. Kepercayaan memerlukan penilaian, dan jika seseorang berkali-kali menyakiti hati kita, maka sesuai perintah Tuhan, kita tetap mengampuni, namun tentu saja kita tidak cepat menaruh kepercayaan kembali kepadanya dan kita tidak ingin membiarkan dia selalu menyakiti hati kita. Tempat terbaik untuk memperbaiki kepercayaan kepada seseorang, adalah dalam kelompok kecil yang dapat memberi dorongan dan tanggung jawab. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar kita ikut serta dalam kelompok kecil yang memiliki komitmen untuk menegakkan persekutuan yang benar.

Persekutuan merupakan inti dari kehidupan Kristiani, dan bila kita tidak mengikuti persekutuan seperti ini, kita akan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri dan pengalaman dalam kehidupan bersama orang percaya, karena kita diciptakan untuk komunitas. Namun dalam membangun komunitas perlu suatu proses pembinaan dan pemupukan agar komunitas tersebut dapat bertumbuh lebih subur dan bermanfaat bagi kita serta mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan. Dalam upaya memupuk komunitas, Rick Warren menuliskan demikian: “Apabila anda merasa lelah dalam mengikuti persekutuan imitasi yang penuh kepura-puraan, tentu saja anda ingin membina dan memupuk menjadi persekutuan yang benar-benar mencintai komunitas. Maka anda memerlukan beberapa pilihan yang mengandung risiko, yaitu: (1) kejujuran, (2) kerendahan hati, 3) saling menghormati, (4) saling menjaga rahasia dan (5) memerlukan keteraturan mengalokasikan waktu bersama untuk menbangun relasi”

Lima hal yang disarankan oleh Rick Warren untuk memupuk komunitas tersebut, masih diperlukan komitmen dari masing-masing anggota untuk melaksanakan kebersamaan dengan berani menanggung risiko, yaitu: harus dapat menghilangkan sifat egois dan mementingkan diri sendiri. Dengan bantuan Roh Kudus kita dapat menciptakan persekutuan di antara orang percaya, tetapi Dia akan memampukan kita, terletak pada pilihan dan komitmen yang kita buat. Rasul Paulus memberi jalan keluar dalam Efesus 4:3 demikian: “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” Ia menekankan adanya kekuasaan Tuhan dan upaya kita untuk mewujudkan suatu komunitas Kristiani yang penuh cinta kasih.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan, bahwa komunitas bukan sekadar berhura-hura, tetapi saling menguatkan dalam pertumbuhan spiritual kita. Apabila kita ingin membangun persekutuan, berarti kita harus berani meluangkan waktu untuk selalu bertemu dalam kebersamaan. Kita perlu membina dan memupuk kelompok dengan menggunakan sembilan karakteristik sebagai persekutuan yang alkitabiah, yaitu:

1) Saling membagi perasaan (Authenticity)
2) Saling mendukung (Mutuality)
3) Saling memberikan simpati/empati (Sympathy / Empathy)
4) Saling memaafkan dan memiliki kemurahan hati (Mercy)
5) Saling menegur dengan kejujuran dan cinta kasih (Honesty)
6) Saling mengakui kelemahan (Humility)
7) Saling menghargai perbedaan (Courtesy)
8) Saling tidak menyebar gossip (Confidentiality)
9) Mengutamakan kebersamaan kelompok (Frequency)

Kiranya Tuhan memberkati kita dalam upaya membangun persekutuan melalui perkunjungan.

---==o0o==---.

Minggu, 17 Juli 2011

Catatan Untuk Pastoral Konseling

KONSELING KRISIS MENURUT PERSPEKTIF ALKITAB

( Dirangkum dari buku konseling krisis” membantu orang dalam krisis & stress” karangan: H.Norman Wright, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2000, (terj) Bab III)


Norman Wright, mengatakan bahwa untuk konseling krisis kristiani pengetahuan akan pendekatan secara Alkitabiah adalah sesuatu yang sangat penting. Kita bisa belajar dari cara Yesus di dalam pendampingan ini. Pendekatan Yesus dalam konseling adalah dengan menggunakan proses.

Ciri pokok pendekatan Yesus adalah memberikan pendampingan/konseling:

- Ia menunjukkan belas kasihanNya terhadap orang lain.

- Pada waktu Yesus pertama kali bertemu dengan orang-orang. Ia menerima mereka sebagaimana keadaan mereka.

- Pribadi-pribadi merupakan prioritas yang tertinggi bagi Yesus. Ia memperlihatkan prioritas ini dan menghargai mereka dengan lebih mengutamakan kebutuhan-kebutuhan mereka daripada hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh para pemimpin agama.

- Ia dengan ketajaman pikirannya mampu melihat kebutuhan setiap individu.

- Yesus menekankan tingkah laku yang benar dalam hidup semua orang yang Ia layani.

- Yesus berusaha agar orang-orang menerima tanggung jawab untuk berubah dari keadaan mereka.

- Kepada orang lain, Yesus memberikan penghargaan.

- Ia mendorong semangat orang-orang saat ia melayani mereka.

- Yesus memberikan damai sejahterai yang tersedia bagi semua orang yang membutuhkannya.

- Yesus menolong membentuk kembali atau mengubah lagi cara berpikir seseorang.

- Yesus juga mengajar mereka.

- Ia berbicara dengan kuasa


Faktor-faktor dalam Keberhasilan Pelayanan Yesus

v Pelayanan Yesus adalah menolong orang-orang utuk mencapai kepenuhan hidup, membantu mereka mengembangkan kemampuan mereka untuk menanggulangi masalah-masalah, konflik dan beban kehidupan.

v Pelayanan Yesus berhasil karena Dia hidup oleh iman dan karena itu Ia dapat menempatkan berbagai hal pada perspektif yang tepat serta melihat kehidupan dari sudut pandang mata Allah.

v Pelayanan Yesus berhasil karena kekuatan dari kehidupan doaNya.

v Pelayanan Yesus berhasil karena Ia berbicara dengan kuasa.

v Pelayanan Yesus berhasil adalah karena keterlibatanNya secara pribadi dengan para muridNya dan dengan orang lain.

v Kuasa Roh Kudus memungkinkan Yesus berhasil.


Belajar dari keberhasilan konseling Yesus ini, Norman Wright menganjurkan lima langkah yang bisa menolong kita di dalam proses konseling:

v Membangun hubungan antara penolang dan yanng ditolong (Yoh. 16: 7 -13)

v Menyelidiki masalah, mencoba menjelaskan persoalan dan mengetahui apa yang telah dilakukan pada waktu yang lampau unutk mengatasi msalah itu.

v Menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil (Yoh 14:26; I Kor.2 :13).

v Mendorong tindakan yang dievaluasi bersama oleh orang yang menolong maupun orang yang ditolong. Jika ada yang gagal, dicoba lagi (Yoh.16 : 13).

v Mengakhiri hubungan konseling dan mendorong agar orang yang ditolong itu menerapkan apa yang telah ia pelajari waktu ia memulai berjalan maju sendiri (Rom. 8 : 14).

MENGAPA TUHAN MEMBERI KITA MASALAH

MENGAPA TUHAN MEMBERI KITA MASALAH

Masalah-masalah yang kita hadapi bisa membuat kita jatuh atau bertumbuh, tergantung dari bagaimana cara kita menanggapinya. Sangat disayangkan banyak orang gagal untuk melihat bagaimana Tuhan menggunakan masalah untuk kebaikan mereka. Mereka lebih memilih untuk bertindak bodoh dan membenci masalah-masalah mereka daripada menghadapi dan merenungkan kebaikan apa yang bisa mereka dapat dari masalah-masalah tersebut. Ada lima cara Tuhan menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan kita untuk menjadi sesuatu

kebaikan bagi kita:

(1) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGARAHKAN kita. Kadang-kadang Tuhan harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita tetap bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi akan mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberikan kita motivasi untuk berubah. Ada kalanya masalah menjadi cara yang Tuhan pakai untuk menarik perhatian kita.

(2) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGUJI kita. Manusia bagaikan teh celup… jika anda ingin tahu apa yang ada di dalamnya, celupkan saja ke dalam air panas! Tuhan kadang ingin menguji kesetiaan kita melalui masalah-masalah yang kita hadapi. “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1:2-3).

(3) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGOREKSI kita. Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari melalui penderitaan dan kegagalan. Mungkin waktu kita masih kecil orang tua kita mengajar kita untuk tidak boleh menyentuh kompor yang panas. Tetapi mungkin kita baru benar-benar belajar justru setelah tangan kita terbakar. Kadang-kadang kita baru bisa menghargai sesuatu… kesehatan, teman, hubungan…, saat kita sudah kehilangan. “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.” (Mazmur 119:71).

(4) Tuhan menggunakan masalah untuk MELINDUNGI kita. Suatu masalah bisa menjadi berkat jika masalah tersebut menghindarkan kita dari bahaya. Tahun lalu ada seorang Kristen yang diberhentikan dari pekerjaannya karena ia menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak etis bagi bossnya. Ia menjadi mengganggur, tetapi justru dari masalah itulah ia terhindar dari ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara,karena setahun kemudian tindakan boss itu terbongkar. “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan…” (Kejadian 50:20).

(5) Tuhan menggunakan masalah untuk MENYEMPURNAKAN kita. Jika kita menanggapi masalah dengan cara dan pandangan yang benar, masalah tersebut bisa membentuk kita. Tuhan lebih memperhatikan karakter kita daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita dengan Tuhan yang akan kita bawa sampai kekal. ” … Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudusyang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-4)

Jumat, 15 Juli 2011

Bahan Sermon Evangelium Minggu 17 Juli 2011, Nas : 5 Musa (Ulangan) 26 : 1 - 4

Bahan Sermon Parhalado HKBP Pekalongan
Ressort Pekalongan

Jumat, 15 Juli 2011, Nats khotbah : 5 Musa 26 : 1 – 4, Untuk Minggu : IV Dung Trinitatis

“ Yang Pertama Untuk Tuhan ”

Pendahuluan

Nast untuk bahan kotbah pada hari minggu tgl. 17 Juli 2011 tertulis didalam kitab Ulangan 26,1-4. Menurut Kitab Perjanjian Lama yang berbahasa Junani di Septuaginta (LXX) , Kitab Ulangan ini dituliskan namanya: DEUTRONOMION Dan didalam Vulgata tertulis Deutronomium artinya : Pengulangan Hukum Taurat kemungkinan dari pengertian inilah sehingga didalam Alkitab bahasa Indonesia disebutkan Kitab Ulangan dan didalam Alkitab bahasa Batak (BIBEL) disebutkan: 5 Musa. Susunan kitab Ulangan ini adalah sebagai berikut: Pasal 1-11: Amanat Musa yang bersifat Pendahuluan; 12-26: Pemberian Hukum yang dilakukan Musa dihadapan bangsa Israel.; 27-34: Cerita dan Amanat serta berita tentang Kematian Musa.

Jadi Nast kita adalah golongan ke II Pemberian Hukum Pasal 12-26. Didalam Kitab Ulangan 26 ayat 17 C tertulis: dan engkaupun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya dan akan berpegang pada Ketetapan, Perintah, serta PeraturanNya.……..dst; Jadi Hukum yang diberikan itu ada tiga jenis yaitu: Peraturan, Ketetapan, dan Perintah.

ad. Ketetapan : Didalam bahasa Ibrani ketetapan disebutkan “khoq” kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya “Mengukir” Maksudnya bahwa Khoq itu adalah peraturan yang permanent. Khoq atau ketetapan itu berbeda dengan peraturan. Dimana Ketetapan itu terkait dengan hati nurani dan Allah. Sedangkan peraturan berkaitan dengan pengadilan. Jadi sebagai pedoman bagi hakim pada waktu mengadili perkara dipergunakan adalah peraturan-peraturan.

ad. Perintah : Perintah dipergunakan pada salah satu jenis. Tetapi perintah itu dibatasi artinya tidak bersifat perintah mengenai suatu kewajiban yang abadi. Artinya kalau sudah dilaksanakan perintah itu maka untuk selanjutnya tidak ada lagi, karena isi perintah itu sudah dipatuhi. Misalnya diperintahkan untuk menghancurkan kuil-kuil orang kafir. Jadi kalau kuil orang kafir itu sudah dihancurkan berarti tidak ada lagi isi perintah untuk menghancurkan kuil orang kafir.

ad. Peraturan : Jenis Peraturan ini kita baca didalam Keluaran 21. Kalau kita membaca Keluaran 21, Kita melihat peraturan itu berisi peraturan yang mengatur hak dan kewajiban seseorang dengan orang lain. misalnya: antara majikan dengan hamba.

Dari keterangan diatas maka nast kita didalam Kitab Ulangan 26 ayat 1-4 adalah termasuk ketetapan. Karena didalamnya hukum yang tertulis pada nast ini terkait dengan diri atau perilaku manusia denganAllah.

Keterangan Nas (Tafsiran) :

Ayat 1-2 : Apabila engkau telah sampai kepada Negeri yang diberikan…………dst. Dahulu setelah Tuhan Allah membubarkan rencana manusia yang akan membangun menara Babel, maka Keluarga Abram pergi kearah Ur kasdim, dan dari sanalah Abram dipanggil oleh Allah supaya keluar dan pergi ke tanah yang akan ditunjukkan oleh Allah (Kejadian 12 ayat 1-5). Dimana tanah yang ditunjukkan itu masih belum diketahui oleh Abram. Tetapi ditahun kemudian tanah itu telah ditunjukkan oleh Tuhan dan akan diberikan kepada Keturunan Abram (Kejadian 17 ayat 8). Sekarang didalam Nast ini, Tuhan melalui Musa mengatakan apabila mereka masuk ke negeri yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu dan engkau mendudukinya dan diam disana. Artinya tanah itu adalah yang diberikan Tuhan bukan karena diwarisi dari Nenek moyangnya. Dahulu mereka tidak memiliki tanah apalagi ketika masih berada dibawah kekuasaan perbudakan di Mesir hanya sebagai budak, tetapi sekarang Tuhan sudah memberikannya kepada mereka menjadi tanah pusaka. Artinya tanah itu menjadi Hak milik mereka. Dimana mereka bebas memanfaatkan tanah itu dan tetap berdiam selama hidupnya. Mereka bukan lagi sebagai orang musafir dan bukan lagi seperti yang di Mesir berdiam ditempat tanah yang bukan miliknya. Ditempat tanah yang diberikan Tuhan itu, bangsa Israel hidup sesuai dengan Perintah dan Peraturan serta ketetapan Tuhan (Ulangan 4 ayat 1-2). Salah satu kewajiban yang ditetapkan oleh Tuhan bagi mereka ialah : Harus membawa hasil pertama dari bumi yang mereka kerjakan apakah itu dari pertaniannya atau peternakannya atau papun usaha atau pekerjaan yang dilakukannya. Bila kita perhatikan didalam Ulangan 14,22-29 istilahnya adalah persepuluhan. Demikian juga menurut kejadian 28,22 istilahnya persepuluhan. Tetapi didalam nast ini istilahnya adalah buah pertama. Perbedaan ini bukanlah perbedaan yang prinsipil melainkan hanya perbedaan istilah saja. Kalau disebut persepuluhan adalah hanya memperlihatkan secara rinci saja dan secara excak serta menekankan kesinambungan. Kalau buah pertama memang tidak terperinci berapa banyak jumlahnya. Terkadang persembahan buah pertama jauh lebih baik. Kalau persepuluhan berarti jumlahnya sepersepuluh dari yang diperoleh dari hasil yang dicapai. Pada hal sudah lebih dahulu dinikmati hasilnya baru kemudian diberikan sepersepuluh. Tetapi kalau buah pertama bermaksud, yang pertama diutamakan adalah Tuhan Allah. Itulah sebabnya jangan kalau sisa-sisa atau setelah lebih puas dia menikmati kemudian diserahkan kepada Tuhan. Yaitu : Harus membawa hasil pertama dari tanah yang telah diberikan Tuhan itu, haruslah menaruhnya didalam bakul, kemudian pergi ketempat yang akan dipilih Tuhan untuk membuat namaNya diam disana. Perlu kita ketahui bahwa yang harus dipersembahkan adalah hasil yang pertama dari tanah yang mereka diami dan kerjakan. Artinya, bahwa hasil tanah yang mereka persembahkan adalah yang belum pernah dinikmati. Artinya, dari hasil tanah itu yang lebih dahulu mencicipi ialahTuhan. Artinya bukan sisa-sisa yang diberikan kepadaTuhan. Sebenarnya persembahan yang seperti ini disebut persembahan persepuluhan. Sekarang Nast ini perlu kita renungkan, bagaimanakah sikap atau keberadaan kita bila kita menyerahkan kepada Tuhan? Apakah setelah lebih dahulu kita Nikmati hasil pekerjaan kita baru belakangan kita persembahkan kepada Tuhan ?

Ayat 3-4 : Didalam Nast ini diberitahukan bagaimana caranya untuk mempersembahkan buah pertama itu. Sesampainya kepada Imam haruslah engkau berkata kepadanya: AKU MEMBERITAHUKAN PADA HARI INI PADA TUHAN, ALLAHMU, BAHWA AKU TELAH MASUK KE NEGERI YANG DIJANJIKAN TUHAN DENGAN SUMPAH PERJANJIAN KEPADA NENEK MOYANG KITA UNTUK MEMBERIKANNYA KEPADA KITA. Maka Imam menerima bakul itu dari tanganmu dan meletakkannya di depan mezbah Tuhan AllahMu.

Jadi buah pertama yang dipersembahkan dan diberikan kepada imam, harus di sampaikan dengan pernyataan, bahwa buah pertama dipersembahkan itu adalah sebagai pertanda dan sebagai kesadaraan, bahwa itu sebagai jawaban kepada Tuhan Allah atas pemberiannya atau sebagai pertanda bahwa Tuhan telah menggenapi janjiNya yang diucapkanNya kepada Nenek moyangnya. Pernyataan ini perlu kita renungkan, bahwa apakah jawaban kita terhadap Tuhan bila janjinya telah digenapi didalam hidup kita ini. Apakah yang kita lakukan jika hari panen atau gajian tiba? Mungkin kita memberikan buah pertama kepada Tuhan karena kita sudah beruntung atau sudah berhasil didalam pekerjaan kita. Akan tetapi mungkin kita lupa untuk memberikan kepada Tuhan persembahan buah pertama kita bahkan perembahan persepuluhan atau persembahan ucapan syukur kita karena begitu banyaknya pos-pos pengeluaran yang harus kita berikan perhatian. Namun firman Tuhan mengatakan di dalam Maleakhi 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.

Aplikasi Nas :

1. Datang untuk memuji Tuhan dan Membawa persembahan ketika datang kerumah Tuhan adalah baik dan membuat kita berkenan dihadapan Tuhan (Mazmur 96 : 8 bnd. 1 tawarik 16 : 29)

2. Membawa persembahan kepada Tuhan bukanlah untuk mengambil hati Tuhan supaya Tuhan mendukung apapun yang kita lakukan akan tetapi sebagai tanda ucapan syukur kita atas berkat dan kerunai Tuhan yang telah berkenan memberkati kita. Adalah juga tanggung jawab kita sebagai umat untuk segala keperluan Bait Allah sebagaimana yang telah diaturkan Tuhan sehingga pelayanan di rumah Tuhan dapat berjalan dengan baik.

3. Memberikan persembahan kepada Tuhan sesungguhnya bukanlan untuk mengurangi berkat yang sudah kita terima dariNya akan tetapi untuk melimpahkan berkat-berkat yang akan kita terima di hari-hari selanjutnya. Demikian juga ketika kita memberikan persembahan buah pertama kita. Ini tidak berarti menghalangi kita untuk menjadi orang yang pertama di dalam menikmati hasil jerih payah atau pekerjaan kita akan tetapi membuat kita akan terus menikmati hasil jerih payah atau pekerjaan kita, karena Tuhan akan berkenan untuk selalu memberkati apa yang kita kerjakan.

4. Mungkin ada banyak godaan yang coba mempengaruhi kita untuk memilih orang-orang yang layak menikmati buh pertama dari segala yang kita kerjakan. Godaan itu bisa datang dari diri kita sendiri : sesuatu barang yang sudah lama kita inginkan, teman-teman kita, keluarga kita, orangtua kita, pacar kita. Namun firman Tuhan menginginkan kita untuk mengutamakan Tuhanlah yang menjadi alamat persembahan buah pertama kita.....Tuhan ingin kita lebih mengutamakan kita dari segala sesuatu yang kita kasihi itu......Tuhan ingin kita jauh lebih mengasihi dan mengutamakan dia dari diri kita sendiri atau dari orang-orang lainnya yang kita kasihi.....Harus mampu!

5. Persembahan Kain tidak berkenan kepada Tuhan...........karena dia memberikan sisa-sisa dari yang ia kerjakan. Sementara persembahan Habil diterima dan berkenan kepada Tuhan karena ia memberikan yang terbaik dari yang ia kerjakan. Iman Abraham dibenarkan Tuhan karena ia mau memberikan/mempersembahan apa yang paling berharga di dalam hidupnya yaitu anaknya....Tuhan pun telah memberikan Anaknya Yang dikasihi untuk menjadi persembahan menggantikan manusia berdosa...layaklah Tuhan juga menuntut yangterbaik dari kita...Amin.