Rabu, 15 Februari 2012

Sebuah Renungan Hidup : Kita adalah Apa Yang Kita Lakukan

SEMUA ORANG ADALAH PENTING

Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Medan sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta.

Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur.

Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?”, tanya si pemuda.
“Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Australia nengokin anak saya yang ke-2”, jawab ibu itu.
”Wow, hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung.

Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahunya, pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
”Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang ke-2 ya bu? Bagaimana dengan kakak adik-adiknya?”
”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita:
”Anak saya yang ke-3 seorang dokter di Semarang, yang ke-4 Dirut perkebunan di Lampung, yang ke-5 menjadi arsitek di Jakarta, yang ke-6 menjadi kepala cabang bank di Yogyakarta, yang ke-7 menjadi Dosen di Bandung.”

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak ke-2 sampai ke-7.
”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu?”
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab,
”Anak saya yang pertama menjadi petani di Sidamanik - Simalungun, nak”. Dia menggarap Kopi Atengnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Pemuda itu segera menyahut,
“Maaf ya Bu……kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedangkan dia cuma menjadi petani.“

Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
”Ooo, tidak, tidak begitu nak…justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.”

Pelajaran Hari Ini :
Semua orang di dunia ini penting.
Bukalah mata dan pikiranmu.
Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai.
Orang bijak berbicara, “Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN.”

Sebuah Ilustrasi tentang " Pilihan "

Ranting Terbaik

Dalam sebuah kegiatan petualangan hutan, seorang instruktur Pencinta Alam memerintahkan kepada anggotanya untuk masuk ke hutan dan mencari ranting terbaik. Syaratnya ranting tidak boleh dipatahkan dari pohon tetapi harus yang sudah jatuh ke tanah. Syarat kedua, jika mereka sudah memegang satu ranting maka itu adalah pilihannya tidak boleh diganti. Syarat ketiga, setelah pluit tanda lomba berakhir ditiup maka semua harus diam dan tidak melakukan aktivitas. Pluit bisa ditiup kapan saja tergantung instruktur.

Tentu saja semua ingin mendapat hadiah yang menarik tersebut.Setelah waktu di mulai masuklah seluruh anggota pencinta alam ke dalam hutan.

Awalnya semua bersemangat untuk menemukan ranting yang terbaik. Akan tetapi, setiap kali mereka menemukan ranting yang terbaik, mereka tidak berani memegang karena takut ada lagi ranting lain yang lebih baik. Apalagi persaingan sangat ketat dan semua ingin menemukan ranting terbaik dibanding pesaingnya. Setiap kali mereka menemukan ranting yang lebih baik, mereka selalu melihat ranting lain yang lebih baik. Maka mereka bergerak dan bergerak mencari lagi ranting lain yang mungkin lebih baik.

Di hutan itu banyak sekali ranting yang sudah berjatuhan di tanah, sehingga agak sulit menemukan ranting yang terbaik.

Setelah sekian lama, setiap anggota sudah punya banyak pilihan alternatif ranting terbaik, tapi belum berani memegang karena takut ada yang lebih baik lagi. Mereka sibuk mengingat di mana saja alternatif ranting yang akan mereka pilih.

Sebagai hadiah, yang mendapatkan ranting terbaik akan mendapat perjalanan petualangan ke Alpen secara gratis bersama pendaki profesional dari seluruh dunia.

Tiba-tiba…prrriiiittttt.

Tanda lomba sudah berakhir.

Sebagaimana perjanjian, semua harus diam.

Lalu instruktur melihat satu persatu anggota yang mengikuti lomba.

Diperhatikannya satu persatu untuk membandingkan ranting siapa yang lebih baik dari yang lainnya.Ternyata, tidak ada satupun dari anggota yang memegang ranting. Semua terlalu sibuk mencari yang lebih baik, dan lebih baik lagi sampai akhirnya ketika waktu berakhir mereka belum memutuskan ranting yang mana.Tahukah siapa mereka?

Mereka mewakili sebagian besar kita.

Kadang kala karena terlalu berharap akan peluang besar kita mengabaikan banyak peluang yang ada di depan kita.

Ada sarjana yang melamar kerja di mana-mana, menanti pekerjaaan yang terbaik yang sesuai dengan bidang studinya.

Tapi tanpa sadar ia sudah menganggur selama puluhan tahun.

Padahal banyak peluang di depan mata yang dilewatkannya.

Lagipula sambil menunggu peluang terbaik, kita bisa saja mencoba peluang-peluang lain.

Ada juga jomblo yang menunggu calon terbaik, tanpa sadar menjomblo sampai bertahun-tahun. Kadang ada yang menjomblo karena terlalu banyak calon sampai tidak tahu lagi mana yang terbaik, kadang karena yang muncul tidak sesuai dengan kriteria. Saya berdoa semoga segera mendapatkan yang terbaik untuk mereka.

Ada juga yang menunggu peluang bisnis. Begitu lama menunggu sampai mengabaikan banyak peluang yang lewat di depan mata.

Masalahnya kita tidak tahu kapan pluit masa akhir hidup kita akan ditiup.

Ajal bisa menjemput kapan saja, apakah kita memilih untuk segera beraksi dan berbuat dengan apa yang ada, sambil menunggu kesempatan yang ideal, atau hanya menunggu dan menunggu peluang yang dianggap terbaik, sambil bertaruh dan berpacu waktu dengan berama lama kita masih punya jatah hidup di dunia ini.Itu semua pilihan Anda!

No Excuse, karena peluang selalu ada!

Senin, 13 Februari 2012

Markus 9 : 2 - 9 "Yesus Dipermuliakan Diatas Bukit"

Bahan Sermon Parhalado Full Timer HKBP Distrik XVIII Jabartengdiy Di Regional II Jatengdiy

Senin, 13 Pebruari 2012, Utk Minggu Estomihi 19 Februari 2012

Nas EV : Markus 9 : 2 – 9 , Ep. 2 Raja-raja 2 ; 1 - 12

”DENGARKANLAH DIA KARENA DIALAH KESELAMATAN KITA”

( Nas : Markus 9 : 2 – 9 )

Pengantar

Hampir setiap orang takjub dengan keindahan kupu-kupu saat dia terbang dengan sayapnya yang elok. Tetapi kita akan lebih takjub lagi saat kita memperhatikan proses terjadinya “metamorphose” (perubahan bentuk) seekor kupu-kupu. Pertama-tama kupu-kupu akan bertelur, kemudian telur yang menempel di suatu daun akan berubah menjadi ulat. Setelah itu ulat menjadi besar dan memanjang. Ulat tersebut kemudian berubah menjadi kepompong (pupa atau chrysalis). Setelah beberapa lama, dari kepompong tersebut akan keluar seekor kupu-kupu yang sangat indah. Kita tidak pernah menduga dari ulat yang umumnya sangat menjijikkan bagi sebagian besar wanita dan kepompong yang buruk bentuknya suatu kelak akan berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Sangat menarik, bahwa istilah “transfigurasi” sebenarnya berasal dari istilah “metamorfosa” yang di dalam teks Alkitab Yunani disebut dengan “metemorphethe” atau “metamorpheo”. Istilah “metemorphete” atau “transfigurasi” disaksikan oleh Alkitab dan dikenakan pada diri Tuhan Yesus. Di Mark. 9:2 disebutkan bahwa Tuhan Yesus mengajak ketiga muridNya yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes di sebuah gunung/bukit yang tinggi yaitu bukit Hermon, “Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaianNya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu” (Mark. 9:2b-3). Dalam peristiwa transfigurasi tersebut tubuh fisik Tuhan Yesus berubah secara menyeluruh. Tubuh manusiawiNya memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Lebih dari pada itu Dia berubah rupa secara rohaniah. Tampaknya apa yang dikatakan oleh rasul Paulus tentang tubuh kebangkitan di Kor. 15:49 secara prinsipial didasarkan kepada diri Kristus yang sejak semula memiliki tubuh rohaniah, sebab dinyatakan: “Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi”. Sehingga suatu kelak kita akan mengenakan rupa sorgawi karena Kristus berkenan mengubah kefanaan dan kehinaan diri kita dalam kemuliaanNya. Dengan demikian, panggilan umat percaya adalah hidup sesuai dengan Kristus pada saat ini agar bersama Kristus kita juga dimuliakan dalam kehidupan kekal.

Panggilan hidup yang terus menerus menyerupai Kristus menginspirasi Thomas à Kempis (1380 - 1471) sehingga dia menulis sebuah buku yang berjudul: De imitatione Christi (“The Imitation of Christ”) yang dipublikasikan pada tahun 1418 dalam bahasa Latin. Tulisan Thomas à Kempis tentang “Serupa dengan Kristus” tersebut diterima dan sangat dihargai baik oleh gereja-gereja Protestan dan gereja Roma Katolik. Bahkan John Wesley dan John Newton menyatakan bahwa kehidupan pertobatan mereka dipengaruhi oleh pemikiran Thomas à Kempis yang menguraikan makna “Serupa dengan Kristus”. Dasar pemikiran dari Thomas à Kempis sebenarnya didasarkan pada ucapan Tuhan Yesus yang menyatakan"Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12). Thomas à Kempis berkata: “HE WHO follows Me, walks not in darkness," says the Lord. By these words of Christ we are advised to imitate His life and habits, if we wish to be truly enlightened and free from all blindness of heart. Let our chief effort, therefore, be to study the life of Jesus Christ” (“Dengan berpegang kepada ucapan dan ajaran Tuhan Yesus tersebut kita wajib mengikuti kehidupan Kristus dan seluruh perbuatanNya, jika kita berkehendak untuk memperoleh pencerahan dan bebas dari seluruh kebutaan hati. Usaha utama kita adalah harus mempelajari kehidupan Kristus”). Bagi Thomas à Kempis, pengajaran Kristus lebih agung dari pada semua nasihat atau pengajaran para orang kudus manapun. Sehingga barangsiapa yang hidup dalam Roh Kristus akan memperoleh roti manna yang tersembunyi. Kegagalan kita untuk mendengar sabda Tuhan Yesus karena kehidupan kita tidak memiliki rohNya. Tetapi barangsiapa yang berkehendak untuk mendengar dengan sungguh-sungguh seluruh pengajaran Kristus, maka mereka akan menerapkan pola hidup Kristus dalam keseluruhan hidupnya. Namun satu hal yang pasti Thomas à Kempis juga berhasil membuktikan seluruh pemikiran “Serupa dengan Kristus” dalam kehidupan pribadinya. Itu sebabnya tulisan Thomas à Kempis mempunyai kekuatan dan pengaruh yang luar biasa bagi setiap pembacanya. Dia bukan sekedar seorang pastor dan penulis yang biasa, tetapi seseorang yang telah berubah karena hidupnya diubah oleh Kristus. Tulisannya memancarkan cahaya kemuliaan Kristus yang adalah Anak Allah.

Diteguhkan oleh 2 Nabi Besar Perjanjian Lama

Alkitab dengan sangat jelas mencatat bahwa, tidak semua murid diajak oleh Tuhan Yesus untuk melihat kemuliaanNya sebagai Anak Allah. Sebab yang diajak oleh Tuhan Yesus naik ke suatu gunung yang tinggi hanyalah Petrus, Yohanes dan Yakobus. Mereka adalah orang-orang yang termasuk “lingkaran dalam” (an inner circle) dari para murid Yesus yang berjumlah 12 orang. Melalui peristiwa transfigurasi tersebut Tuhan Yesus memperkenalkan jati-diriNya sebagai Anak Allah yang mulia sehingga seluruh tubuhNya diselubungi oleh cahaya sorgawi. Lebih tepat tubuh manusiawiNya saat peristiwa transfigurasi berubah menjadi tubuh sorgawi. Petrus, Yohanes dan Yakobus juga melihat kehadiran Musa dan Elia saat Kristus berubah rupa dalam kemuliaanNya. Musa dan Elia adalah para nabi yang sangat terkemuka dalam kisah di Perjanjian Lama. Musa adalah satu-satunya nabi yang diperkenankan oleh Allah untuk berbicara muka dengan muka dengan Allah (Kel. 33:11), sehingga wajahNya bercahaya (Kel. 34:29). Akibatnya orang-orang Israel tidak dapat tahan saat mereka berhadapan dengan Musa, sehingga mereka meminta agar Musa menyelubungi mukanya (Kel. 34:35). Sedang nabi Elia adalah nabi yang diperkenankan oleh Allah untuk menurunkan api dari langit (I Raj. 18:36-38). Lebih dari pada itu nabi Elia adalah salah satu nabi yang tidak mengalami kematian secara fisik, tetapi bersama dengan tubuhnya dia diangkat ke sorga (II Raj. 2:11-12) sebagaimana yang pernah dialami oleh Henokh (Kej. 5:24). Dengan peristiwa pengangkatan Elia ke sorga bersama dengan tubuhnya, Allah telah mempermuliakan Elia dengan caraNya yang sangat khusus. Ini berarti dalam peristiwa transfigurasi Tuhan Yesus di atas gunung, ke-Messias-anNya sebagai Anak Allah telah diteguhkan secara sah oleh kehadiran Musa dan Elia. Di dalam hukum Taurat dinyatakan bahwa suatu perkara tidak akan disangsikan jikalau telah didukung oleh 2 orang saksi (Ul. 19:15). Bahkan melalui transfigurasi tersebut kita diingatkan pula bahwa Musa yang dikuburkan secara rahasia oleh Allah, dan Elia yang diangkat ke sorga oleh Allah pada hakikatnya mau menyatakan bahwa realitas bumi dan langit telah disatukan dalam inkarnasi dan pelayanan Kristus.

Kehadiran Musa dan Elia dalam peristiwa transfigurasi Yesus bukanlah sekedar suatu peristiwa penampakan dari roh mereka saat Yesus menyatakan kemuliaanNya, tetapi juga Musa dan Elia hadir untuk mempercakapkan sesuatu yang sangat penting dengan Yesus. Injil Markus dan Injil Matius tidak menjelaskan isi percakapan Yesus dengan Musa dan Elia. Tetapi Injil Lukas memberi penjelasan yaitu: “berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem” (Luk. 9:31). Namun satu hal yang pasti Injil Matius dan Injil Markus menyatakan bahwa Tuhan Yesus mengingatkan para murid dengan sungguh-sungguh agar mereka tidak menyampaikan kepada siapapun juga sebelum Dia dibangkitkan dari antara orang mati (Mat. 17:9; Mark. 9:9).

Peristiwa transfigurasi ini menjadi sangat penting karenasecara tidak langsung hal ini juga menunjuk kepada tubuh kebangkitan Kristus setelah Dia wafat disalibkan. Sering kita diombang-ambingkan dengan masalah tubuh kebangkitan Kristus. Banyak yang meragukan tentang apakah tubuh fisik Kristus dapat bangkit dalam kemuliaan dan kemudian dapat menembus dinding ruangan di mana para muridNya berada. Ada yang berpendapat bahwa pastilah yang bangkit hanyalah roh Kristus dan bukan tubuh fisikNya. Jawaban tersebut sangat logis. Dalam peristiwa transfigurasiNya Tuhan Yesus melalui Injil Markus hendak menyatakan kepada umat bahwa tubuh kebangkitanNya kelak identik dengan tubuh kemuliaanNya sebagaimana dilihat oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus. Ini berarti sebenarnya misteri tubuh kebangkitan Kristus sedikit banyak telah disingkapkan dalam peristiwa transfigurasiNya di atas gunung. Karena itu Allah dalam peristiwa transfigurasi Yesus juga menyatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia" (Mark. 9:7). Allah bukan hanya menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi kita juga dipanggil untuk sungguh-sungguh mau mendengarkan perkataanNya. Kita dipanggil untuk tidak meragukan keabsahan Yesus sebagai Messias dan Anak Allah yang mulia. Dasar iman yang demikian akan mempersekutukan diri kita dengan diri Tuhan Yesus. Yang mana persekutuan kita dengan Kristus tersebut juga akan mentransformasikan kehidupan kita untuk makin serupa dengan Dia. Sehingga kita bukan sekedar kagum dan terpesona dengan cahaya kemuliaan Kristus, tetapi lebih dari pada itu dalam persekutuan dengan Kristus kita makin dimampukan untuk memancarkan cahaya kemuliaan Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

Selubung Bagi Mereka Yang Akan Binasa

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita tidak akan pernah melihat peristiwa transfigurasi Kristus sebagaimana yang disaksikan oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus. Tetapi kita dimungkinkan untuk melihat kemuliaan Kristus melalui berita Injil atau firman Allah yang disaksikan oleh Alkitab. Kita bersyukur pada kini berita Alkitab makin tersebar melalui berbagai macam cara, misalnya: melalui pencetakan dan penerbitan, melalui internet, televisi, radio, khotbah dan berbagai pemberitaan firman. Akan tetapi nampaknya berbagai media komunikasi itu tidak secara otomatis dapat membuka mata rohani kita (banyak orang) dalam pembaharuan hidup untuk serupa dengan Kristus.! Sebab seluruh berita Alkitab tersebut membutuhkan respon iman dari setiap orang yang mendengarnya. Bahkan kita harus senantiasa memberi respon dalam setiap aspek kehidupan dan setiap momen hidup kita agar kehidupan kita makin diubahkan untuk serupa dengan Kristus. Dengan demikian respon iman kita terhadap berita yang disampaikan oleh Alkitab haruslah senantiasa bersifat dinamis dan eksistensial. Jadi tidaklah cukup bagi kita untuk mengaku percaya kepada Kristus di suatu momen, tetapi kemudian kita lengah dan kehilangan iman di momen atau kesempatan yang lain. Bahkan tidak jarang terjadi beberapa orang anggota jemaat sampai akhir hidupnya lebih memilih untuk meninggalkan Kristus. Betapa mudahnya bagi kita tertutup oleh selubung ketidakpercayaan kepada Kristus, sehingga kita tidak mampu melihat lagi kuasa dan kemuliaanNya sebagai Anak Allah (bnd. Di II Kor. 4:3-4 rasul Paulus berkata: “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.)

Panggilan

- Selubung yang menutupi mata rohani kita sering begitu lekat dan menyatu dengan kepribadian kita, sehingga kita sering tidak mampu bersikap obyektif dan kritis terhadap diri sendiri. Itu sebabnya yang kita kembangkan adalah mekanisme mempertahankan diri sendiri (defence of mechanism), bukan: sikap koreksi diri (self-correction). Sehingga ketika Kristus berkenan membuka selubung yang telah terkristalisasi dalam kepribadian kita, maka kepribadian kita akan dioperasi olehNya yang memungkinkan kita memperoleh pencerahan iman untuk melihat kemuliaan Kristus. Cahaya kemuliaan Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan pemberitaan firman, bahkan juga dalam berbagai peristiwa hidup sehari-hari seharusnya makin memproses diri kita untuk semakin serupa dengan Dia. Selaku umat percaya kita terpanggil senantiasa terbuka untuk “dioperasi” oleh kuasa Allah sehingga seluruh selubung yang menutupi mata rohani kita disingkapkan. Penyingkapan seluruh selubung kita akan bekerja semakin efektif, manakala kita mau meresponnya dengan sikap iman yang setia kepada Kristus. Dengan demikian mata rohaniah kita tidak lagi dibutakan oleh ilah-ilah zaman ini, tetapi diterangi oleh cahaya kemuliaan Kristus sehingga hidup kita senantiasa dapat memancarkan kemuliaanNya.

- Dengarlah Kristus, karena hanya di dalam Dia kita mendapatkan kekuatan menjalani kehidupan “sulit “ di dunia ini. Bersama dengan Dia, kita akan mengalami banyak pencobaan akan tetapi bersama dengan Dia kita juga “ akan hidup kekal memancarkan kemulian sorgawi”.

- Pdtbhpasaribu.02.2012