Kamis, 12 September 2013

Dia Semakin Besar & Aku Semakin Kecil (Yohanes 3 : 31 - 36)

Bahan Sermon Parhalado Full Timer HKBP Distrik XVII – IBT Regio Jatim
Nas Ep[istel  : Yohanes 3 :  31 - 36    
---------------------------------------------------------------------------------------

” DIA SEMAKIN BESAR  & aku semakin kecil”

Pendahuluan
Yohanes Pembaptis berbeda dengan Rasul Yohanes yang menulis kitab ini.  Rasul Yohanes adalah saudara Yakobus anak-anak dari Zebedeus. Sementara Yohanes Pembaptis adalah anak dari Imam Zakaria. Yohanes Pembaptis adalah orang yang tak bercacat dan saleh pada zamannya sehingga banyak orang yang datang kepadanya untuk minta petunjuk, nasehat dan bahkan di baptis olehnya. Bahkan ia berani menegor Raja Herodes sang penguasa Yahudi saat itu oleh keberanian inilah ia dipenjara bahkan dipenggal kepalanya oleh Herodes. Tetapi sebelum ia di penjara terjadi pertentangan antara murid Yohanes dengan orang Yahudi yang bermula dari peristiwa dimana Yesus dan murid-muridNya membaptis juga di Yudea dan banyak orang datang kepada Yesus. Seolah-olah ada persaingan yang dirasakan oleh para murid Yohanes, para murid  ingin membela kewibawaan Yohanes (ayat 22-26).

Keterangan Nas
Di dalam nas ini, Yohanes pembaptis bersaksi tentang siapakah dirinya dan siapakah Yesus. Ia mempersaksikan  dirinya sebagai orang yang ditentukan dan dipilih Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan sesorang yang jauh lebih besar darinya, yaitu Mesias yang akan menjadi pembebas dan juruslamat Israel.
Sesudah bersaksi dengan rendah hati dan menyatakan suakcitanya atas perkembangan dari gerakan pengikut jalan Tuhan , Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian akan kebesaran Kristus dan berita-Nya yang tidak tertandingi, dan ia mengatakan,
YOHANES 3 : 31
31 “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.”

Dengan nas ini, kita bisa melihat bagaimana kesungguhan Yohanes  dan pengenalannya yang baik kepada Yesus. baginya Yesus itu adalah Mahluk Surgawi yang penuh dengan kemuliaan yang datangnya juga bukan dari manusia yang berdosa.  Manusia memiliki sifat duniawi, yang membutuhkan kelahiran baru. Yesus sendiri yang memiliki sifat surgawi, dan menjadi manusia untuk mendekat kepada kita dan menebus kita. Yesus, orang dari Nazaret itu melebihi semua nabi, ahli filsafat dan para pemimpin yang ada, sebagaimana langit lebih tinggi dari bumi. Penemuan manusia memang sangat memukau, tetapi semuanya dibuat dari apa yang diciptakan Allah. Anak adalah hidup dan terang dan alasan dari keberadaan kita. Tidak ada bandingannya antara Dia dengan semua yang lain. Anak berasal dari Bapa sebelum segala jaman. Ia adalah sempurna mengatasi semua makhluk.

YOHANES 3:32-35
32 Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. 33 Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. 34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. 35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya

Yesus sebagai manusia adalah saksi mata dari kebenaran surgawi. Ia sungguh-sungguh menyaksikan sang Bapa dan mendengarkan firman-Nya. Ia tahu apa pikiran dan rencana-Nya. Ia adalah firman Allah, yang keluar dari sang Bapa. Wahyu-Nya sempurna. Wahyu yang datang melalui para nabi tidak lengkap. Yesus menyatakan kehendak Allah sebagai yang terakhir dan yang lengkap. Ia adalah saksi yang setia, yang menjadi martir untuk kesaksian itu. Ia mempermuliakan sang Bapa, sayangnya, masih banyak orang yang menolak kesaksian-Nya. Mereka tidak menghendaki Allah yang dekat, karena hal itu pasti akan membutuhkan adanya perubahan hidup. Mereka menolak sang Anak dan menyangkal Allah sebagai Bapa.
Puji Tuhan bahwa tidak semua orang membenci Allah dan Roh-Nya. Ada sekelompok orang pilihan yang melihat Bapa di dalam Anak, dan menerima pengorbanan-Nya yang sempurna. Orang yang percaya kepada wahyu dan penebusan-Nya menghormati Allah. Allah tidak pernah berdusta; sang Anak adalah kebenaran. Bapa tidak menyatakan hakekat dari pikiran-Nya di dalam sebuah undang-undang atau sebuah buku, tetapi di dalam pribadi Yesus. Semua orang yang terbuka kepada Roh Kudus dan Firman-Nya akan diperbaharui. Kristus memanggil kita  bukan hanya untuk mengatakan kebenaran, tetapi untuk menghidupi dan melakukannya. Injil-Nya kemudian menjadi tubuh di dalam diri kita.
Yesus tidak berbicara tentang hal-hal khayalan yang tidak memiliki kepastian atau keinginan yang mengada-ada; Firman-Nya adalah sangat kreatif, berkuasa, dan juga jelas. Allah berbicara di dalam Anak-Nya. Roh di dalam diri-Nya sama sekali tidak terbatas. Bapa mencurahkan kepada-Nya semua hikmat dan kedaulatan tanpa ada akhirnya.
Bapa mengasihi Anak, dan menyerahkan kepada-Nya segala sesuatu. Kasih Allah adalah suatu anugerah, dan Anak menghormati sang Bapa. Pertanyaannya bukan, siapakah yang lebih besar, Bapa atau Anak? Pertanyaan yang demikian datangnya dari Iblis. Masing-masing Pribadi di dalam Tritunggal yang Kudus memuliakan yang lainnya dan menghormati yang lainnya. Orang yang mengabaikan prinsip ini sedang mengabaikan Allah. Bapa tidak memiliki rasa takut bahwa sang Anak akan merampas kedaulatan-Nya, karena Allah tahu kelemah-lembutan anak-Nya, ketaatan dan ketundukan penuh-Nya. Yesus menguasai segala sesuatu sebagaimana yang dikatakan-Nya, “Segala kuasa di langit dan di bumi sudah diserahkan kepada-Ku.”

YOHANES 3:36
36 “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”

Yohanes sang penginjil mengajarkan kepada kita rumus tentang keselamatan: Orang yang percaya kepada sang Anak akan memiliki kehidupan kekal. Kalimat yang singkat ini merangkum semua inti Injil. Semua orang yang mendekat kepada kesatuan kasih ini akan melihat di dalamnya kasih Bapa dan Anak, dekat dengan kasih Allah, yang dinyatakan di dalam Kayu Salib. Orang itu bersandar kepada Anak domba Allah karena tahu bahwa Anak domba itu sudah melenyapkan semua kekotoran kita. Dengan hubungan dengan Kristus ini kita mengalami arus kasih karunia-Nya di dalam kasih yang kekal. Iman kepada Anak yang tersalib itu akan memberikan kepada kita kehidupan-Nya yang sejati. Kehidupan kekal tidak dimulai sesudah mati, tetapi sekarang ini. Roh Kudus datang kepada orang-orang percaya kepada sang Anak. Orang yang menolak Firman Kristus dan menolak kedudukan-Nya sebagai Anak dan Kayu Salib, mendukakan Roh Kudus. Ia tidak akan menemukan ketenangan di dalam hati nuraninya. Orang yang tidak tuntuk kepada Yesus melawan Allah sendiri dan tetap berada di dalam kematian rohani. Semua agama yang melawan doktrin tentang Anak dan Kayu Salib sedang melanggar kebenaran Allah. Orang yang menolak kasih-Nya, berarti memilih murka-Nya.
Paulus juga menegaskan pandangan Yohanes: murka Allah dinyatakan terhadap semua pelaku kedurhakaan dan kejahatan. Karena semua manusia sudah melakukan dosa dan melawan kebenaran dengan kelemahan mereka. Sadarilah bahwa murka Allah yang membinasakan, sedang dicurahkan kepada manusia.
Sebagaimana ular tembaga diangkat di padang gurun, demikian juga yang Tersalib sudah menjadi lambang bagi keselamatan kita dari murka Allah. Anak sudah membuka dispensasi dalam kasih karunia. Semua orang yang menjauh dari kasih-karunia-Nya di dalam Kayu Salib secara sengaja, tetap tinggal di dalam penghukuman. Iblis menemukan tempat untuk berpijak di dalam dirinya. Orang-orang yang tidak memiliki Kristus adalah orang-orang celaka. Kapankah kita akan mulai berdoa untuk orang-orang itu, sehingga mereka juga bisa percaya kepada Anak dan diselamatkan? Kapankah kita mulai berbicara kepada sahabat-sahabat kita dengan penuh kesabaran, sehingga mereka juga bisa menerima kehidupan dari Allah dengan perantaraan kesaksian kita?


Renungan
Ketika orang memberikan kesaksian, biasanya yang disampaikan adalah kehebatan dan keberhasilannya sendiri. Orang bersaksi dengan berkata bahwa dia pernah gagal tetapi mampu bangun lagi, pernah sakit keras lalu bisa sembuh, pernah menderita tetapi sekarang berhasil, dan sebagainya. Dalam benaknya yang ada adalah sekarang aku berhasil mengatasi kegagalan, sakit, penderitaan, dan sebagainya. Atau, bisa terjadi bahwa orang memberikan kesaksian dengan menyampaikan kejelekan dan kelemahan orang lain, agar tampak dirinya baik dan hebat. Orang sangat bangga dengan dirinya sehingga menjadi lupa akan campur tangan Allah dan kebaikan orang lain.
Hari ini Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sebenarnya. Tanpa ragu dia mengatakan bahwa Yesus berasal dari atas dan menjadi utusan Allah, yang menyampaikan firman-Nya dan sangat dikasihi-Nya, sehingga Allah berkenan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Tampak dengan jelas bahwa ketika menyampaikan kesaksian ini, dia mengatakannya dengan gembira dan yakin akan kehebatan pribadi Yesus dan kebenaran yang harus ditunjukkan. Dia tidak merasa tersaingi atau sakit hati atau marah tetapi justru berkata ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ay 30). Dia sungguh rendah hati dan tulus hati memberikan kesaksian ini. Hebat Yohanes!!!
Apa yang kita lakukan ketika memberikan kesaksian? Apakah kita berani seperti Yohanes, yang dengan ketulusan dan kerendahan hati mengatakan bahwa orang lain itu lebih baik dan lebih hebat? Atau, apakah kita justru meninggikan diri sendiri, sebagai yang baik dan hebat, dengan menjatuhkan nama baik orang lain? Suatu pengalaman iman yang indah dan menarik ketika kita bercermin pada diri Yohanes!!!


         


BERSYUKURLAH UNTUK KESELAMATAN KITA (1 Timoteus 1 : 12 – 17)

Renungan Untuk Cover Warta  :

BERSYUKURLAH UNTUK KESELAMATAN KITA
(1 Timoteus 1 : 12 – 17)

Anugerah (Grace) adalah tema utama Perjanjian Baru dan kunci untuk memahami isi pesan-pesan Perjanjian Baru, karena semua penulis Perjanjian Baru berbicara tentang keselamatan dan selalu menghubungkannya dengan anugerah Allah. Keselamatan kita dari dosa dan murka Allah adalah inisiatif Allah yang murah hati sejak permulaan jaman (2 Tim 1:9). Anugerah inilah yang sesungguhnya sejak dari semula ditawarkan Allah kepada manusia, mula-mula ia menawarkan nya  kepada bangsa-bangsa melalui Abraham, (bnd. Kejadian 12 : 2 – 3),: (12 : 2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.(12:3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.")
Akan tetapi ,anugerah yang ditawarkan Allah melalui Abraham dan keturunannya ini gagal di dalam memainkan perannya untuk membuka pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa, bangsa Israel gagal melihat keselamatan yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Dengan kehadiran Kristus berita Anugerah itu dihidupkan kembali dan mencapai titik kesempurnaannya. Di dalam Dia,  Anugerah Allah menjadi nyata. Perjanjian baru mencatat berita ini : Kita diselamatkan oleh anugerah Allah, bukan oleh usaha kita (Efesus 2:8-9), Anugerah Allah mengajarkan kita untuk mengerjakan keselamatan kita di hadapan Allah dengan cara yang terhormat (Titus 2:11-12). Pujian terhadap anugerah Allah yang berkelimpahan itu adalah tujuan akhir dari keselamatan (Efesus 1:6).

Allah telah menganugerahkan kepada kita keselamatan yang tidak memandang kita akan siapa kita dulu, yang tiak memandang kita atas segala perbuatan dosa dan pelanggaran masa lalu kita. Allah melihat hati kita yang mau menerima anugerah yang ditawarkannya. Allah melihat iman kita yang menyakininya sebagai Anak Allah yanng diutus Bapa untuk misi keselamatan umat manusia. Ia mengasihi kita saat kita masih di dalam keadaan penuh dengan cela dan dosa, bukan di saat kita merasa benar dan merasa telah melakukan amal dan ibadah. Oleh karena itu layaklah kita bersyukur dan memuliakannya. Layaklah kita meninggikannya, layaklah ia menerima hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya.

Ada banyak contoh di dalam Alkitab yang bisa menjadi pedoman dan teladan hidup kita bagaimana kita seharusnya bersyukur buat anugerah Tuhan,  Paulus adalah salah satu tokoh dan pribadi yang ”diperbaharui Tuhan”, pribadi yang paling merasakan anugerah Tuhan di dalam hidupnya. Ia ditangkap Tuhan disaat ia sedang melakukan perbuatan ”dosa” yang besar. Ia menganiaya dan menghujat Tuhan. Namun Tuhan memperbaruhinya dan membuatnya berharga dimataNya. Bukankah hal yang luar biasa bahwa Allah memilih orang Farisi yang paling fanatik ini dan menjadikannya salah satu lambang terbesar akan anugerah? Paulus berkata bahwa Allah telah memilihnya supaya orang-orang dapat belajar melalui dia—ia yang adalah seorang pembunuh dan penganiaya jemaat—mampu diselamatkan Allah, terlebih-lebih kita.
Allah yang menangkap Paulus dan menganugerahkan kepadanya keselamatan, Dia jugalah yang sekarang menyapa kita, ia menangkap kita dan menanugerahkan kepada kita keselamatan. Oleh karena itu selayaknyalah kita bersyukur kepadaNya. Kita dibenarkan hanya karena kasih karuniaNya semata.  Demikianlah  seluruh lidah akan mengaku dan seluruh lutut akan bertelut memuliakan Tuhan atas kasih karunia itu. Amin.  

Pdt.Bernard H. Pasaribu




Ucapan Syukur atas Kasih Karunia Allah (1 Timoteus 1: 12 - 17 )

Bahan Sermon Parhalado Full Timer Distrik XVII IBT REGIO JATIM
Nas  Evangelium : 1 Timoteus 1 :  12 – 17
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“ BERSYUKURLAH ATAS KESELAMATAN KITA ”

Pengantar
Surat 1 Timotius, 2 Timotius, dan Titus biasa disebut sebagai surat pastoral Paulus kepada anak-anak rohaninya, yang ia percayai dan utus untuk menggembalakan jemaat Tuhan di tempat masing-masing. Timotius melayani jemaat di Efesus, sedangkan Titus di pulau Kreta. Dalam surat-surat ini, Paulus menasihati, memberikan instruksi, mewanti-wanti mereka dalam menggembalakan, mengajar, dan mendisiplin jemaat masing-masing.
Latar belakang. Perkenalan Paulus dengan Timotius dicatat di Kis. 16:1-3. Di situ, Timotius muda dipercaya Paulus untuk ikut dalam pelayanan misinya yang kedua (Kis. 15:36-18:22). Melalui pelayanan inilah, Timotius bertumbuh menjadi murid dan anak rohani Paulus. Ada penafsir yang berpendapat bahwa 1 Timotius ditulis Paulus sesudah masa pelayanannya yang dicatat di Kisah Para Rasul. Menurut tradisi, selepas dari pemenjaraan di Roma, Paulus kembali ke Efesus, yang didirikannya pada perjalanan misi ketiga (Kis. 19:1-12) dan beberapa kota lainnya, sebelum pergi ke Spanyol (Roma 15:24). Paulus kemudian mengutus Timotius untuk menjadi gembala di Efesus. Dalam perjalanan misi terakhirnya ini, Paulus menuliskan 1 Timotius ini untuk mendorong dan menguatkan anak rohaninya ini yang rupanya merasa terlalu muda untuk menjadi pemimpin (1Tim. 4:12). Timotius yang muda harus memimpin jemaat di sebuah kota besar seperti Efesus dengan berbagai permasalahannya. Di Efesus terdapat kuil besar tempat penyembahan kepada Dewi Diana, dewi seksual pelindung kaum wanita. Dapat dibayangkan dengan jemaat yang berlatar belakang kekafiran ini, berapa besar godaan moral dan penyimpangan agama yang dihadapi jemaat. Belum lagi ajaran-ajaran agama Yahudi yang masuk bercampur aduk dengan kepercayaan mistis seperti percaya pada dongeng-dongeng, silsilah-silsilah, pantangan makan makanan tertentu, dsb.
Dalam perikop kita ini, kita melihat kasih karunia Allah sebagai salah satu unsure yang sentral dalam surat-surat Pastoral, seperti dalam surat-surat Paulus lainnya

Keterangan Nas
Ayat 12 :  Aku bersyukur kepada Dia – dengan awalan ini, Paulus hendak menyatakan bahwa seluruh keselamatan dan keberhasilan hidupnya berasal dari Kristus. Bukan berdasarkan kekuatannya sendiri, melainkan kassih karunia Kristus yang bekerja dalam hidupnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kata-kata Dia yang menguatkan aku.
Karena ia mengganggap aku setia, ini bukan karena penilaian masa lalu Paulus, karena masa lalunya adalaj amat buruk sebagai penganiaya orang kristen, tetapi ini semata-mata karena keputusan Allah yang berdaulat untuk meletakkan kepercayaan itu kepada Paulus tanpa satu kondisi apapun dari pihak Paulus. Allah berkenan memakai Paulus dalam keadaaanya yang lemah untuk menjadi Rasul. (bnd. 1 Korintus 7 : 25)

Ayat 13  : Aku yang tadinya seorang penghujat............
Dengan nas ini ia menyadari bahwa anugerah Tuhan yang begitu besarlah yang mendorong ia selalu mengucap syukur. Ia tahu siapa dirinya, bahwa ia adalah seorang yang tadinya tidak layak untuk menerima anugerah itu. Ia adalah seorang penghujat dan penganiaya. Penghujat berarti orang yang mengatakan hal-hal yang buruk tentang yang suci, hal ini dilakukan Paulus, ketika ia menentang Nama Yesus (Kisah 26 : 9). Dulu ia menghina Kristus. sedangkan ‘penganiaya’ dan ‘orang ganas’  menunjukkan bahwa ia dahulu adalah seorang penganiaya dan bahkan pembunuh orang kristen (bdk. Kis 7:58  8:1a  9:1-2,5,13-14  22:3-5  26:4-12  Fil 3:6).
Ia sadar bahwa ia adalah pendosa, namun ia melakukan itu termasuk di dalam melawan Tuhan Yesus dalam kebutaan rohani, yaitu di luar iman. Kata-kata ‘semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman’ dalam ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun Paulus menganiaya dan menghujat, tetapi ia tidak sampai menghujat Roh Kudus (bdk. Mat 12:31-32), karena ia melakukan semua itu tanpa pengetahuan, atau di luar iman.  Dalam kasus Paulus ini, ketika ia melakukan penganiayaan, ia mengira bahwa ia sedang melayani Tuhan (Kis 26:9-10 bdk. Yoh 16:2).

Ayat 14  :  Malah kasih karunia Tuhan kita telah dikaruniakan dengan limpahnya......
Berlimpahnya kasih karunia Allah pada latar belakang banyaknya dosa manusia, adalah pemikiran yang khas dari surat-surat Paulus (Paulinis) (bnd. Roma 5 : 20). Kasih karunia yang besar itu pertama-tama menghasilkan iman (Efesus 2 : 8) ia akan terus menghasilkan buah-buah kebaikan rohani lainnya sebagai karunia-karunia roh (Bnd. 1 Korintus 12 : 31). Kasih karunia yang dari Yesus Kristus itu juga akan mendorong kita untuk mengasihi Allah dan sesama. Pembaharuan ini hanya mungkin terjadi didalam persekutuan dengan Yesus Kristus.

Ayat 15 :  Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa
Nas ini menunjukkan bahwa setiap orang berdosa membutuhkan keselamatan, dan kalau tidak mendapatkannya, mereka akan terhilang / masuk ke neraka selama-lamanya! Nas ini juga secara tidak langsung hendak menyatakan jikalau Yesus tidak datang ke dunia, maka umat manusia tidak akan bisa selamat. Kalau memang sudah ada atau akan ada jalan keselamatan yang lain, apa perlunya Yesus datang ke dalam dunia, menderita dan mati disalib untuk menebus dosa? Hanya untuk memberikan tambahan jalan satu lagi padahal sudah ada banyak jalan? Itu bodoh dan konyol. Yang benar adalah: karena tidak ada jalan untuk selamat, maka Yesus datang ke dalam dunia dan mati disalib untuk menebus dosa, supaya tersedia satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia!  Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang baik (bdk. Mat 9:9-13). Sebetulnya, ditinjau dari standard Allah, yaitu Kitab Suci, tidak ada orang baik (Roma 3:10-12,23). Tetapi ada banyak orang, yang sekalipun berdosa, tetapi tidak merasakan dosa-dosanya. Orang seperti ini tidak bisa diselamatkan (bdk. Luk 18:9-14  Yoh 9:39-41).
Menurut Thomas Carlyle : “The deadliest sins were the consciousness of no sin” (= Dosa yang paling mematikan adalah ketidaksadaran akan adanya dosa) -  ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 605.
Martin Luther: “The recognition of sin is the beginning of salvation” (= Pengenalan akan dosa adalah permulaan / awal keselamatan) -  ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 607.
Kata-kata ‘menyelamatkan orang berdosa’ (bdk. Mat 1:21) mencakup penebusan dan pengampunan dosa, dan juga pembebasan dari perbudakan dosa (Roma 7:24-25  Gal 5:1  Yoh 8:34-36  1Pet 2:24).
Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling berdosa. Paulus mengatakan bahwa dari semua orang berdosa untuk siapa Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan, dia adalah yang terbesar dosanya akan tetapi Sekalipun Paulus begitu jahat ia tetap diselamatkan (ay 13b,15,16a).

Ayat 16 : Keselamatan Paulus adalah contoh keselamatan kita,  Kalau Paulus bisa diselamatkan, kitapun bisa diselamatkan
Ayat ini  menunjukkan bahwa Paulus telah menjadi contoh bahwa orang yang sangat berdosapun bisa diselamatkan asal mau datang kepada Yesus. Kalau orang seperti Paulus yang sudah melakukan “dosa yang sangat besar sekalipun” bisa diselamatkan, maka kita juga bisa, asal kita mau datang kepada Yesus.

Ayat 17  Paulus memuji Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita pentingnya memuji Tuhan, karena pada umumnya orang kristen terlalu banyak meminta dan bersungut-sungut, tetapi kurang dalam memuji Tuhan, padahal sudah mendapatkan keselamatan. Marilah kita lebih banyak merenungkan keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita, dan juga ketidak-layakan kita untuk diselamatkan, supaya kita bisa lebih banyak bersyukur dan memuji Tuhan.

Penutup & Aplikasi
1.  Kalau kita merasa bahwa kita belum diselamatkan, mari kita datang kepada Tuhan Yesus. Kalau kita merasa bahwa kita sudah menerima anugerah keselamatan itu, bertumbuhlah didalam kasih karunia Tuhan kita itu dan jangan lagi melakukan dosa-dosa dan pelanggaran yang menyebabkan kita menjadi kembali tercemar. Akan tetapi bertambah sempurnalah didalam pertumbuhan iman kita  supaya hidup dan pelayanan kita bisa lebih menyenangkan dan lebih memuliakan Tuhan.


2. Kita dibenarkan bukan karena segala perbuatan baik kita , bukan pula karena hebatnya segala usaha dan ibadah kita, akan tetapi semata-mata karena anugerah Tuhan. Anugerah ini dicurahkan kepada setiap orang yang mau menerimanya tanpa memandang besar atau kecilnya kesalahan dan pelanggaran kita. Ia menganugerahkan keselamatan itu kepada setiap orang yang membutuhkannya yaitu kepada setiap orang yang mengaku dosa-dosanya dan yang datang memohon pengampunan dari Tuhan. Oleh karena itu layaklah kita mengapresiasi segala kasih karunia ”pengampunan dan penebusan Tuhan ” itu dengan ucapan syukur dan pujian kita.

Senin, 09 September 2013

Perlunya Kerendahan Hati

”PERLUNYA KERENDAHAN HATI”

Rendah hati adalah suatu sikap pribadi yang bersandar pada Allah dan menghormati orang lain. Dengan kata lain, rendah hati berarti menaruh keyakinan pada Allah, bukan pada diri sendiri.

Sifat-sifat kerendahan hati:
1. Miskin di hadapan Allah
Rendah hati bertolak belakang dengan nilai-nilai duniawi yang mengedepankan harga diri dan kesombongan. Orang yang miskin di hadapan Allah menyadari kebutuhan mereka akan Allah, dan mengetahui bahwa mereka tidak perlu membeli kasih-Nya dengan kekayaan, status atau kesempurnaan rohani. Mereka menerima diri mereka dengan segala kekurangannya. Mereka bersandar pada Allah.
 “beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” (Yesaya 57 : 15 )

2. Sikap menurut 
Rendah hati sangat berhubungan dengan ketaatan. Rendah hati berarti mengambil peran yang lebih rendah dalam hubungan dengan orang lain. Alkitab menyuruh para istri agar tunduk pada suami masing-masing, dan anak-anak muda kepada yang tua, tetapi ini bukanlah hubungan yang bersikap satu arah. Seperti yang tercatat di
1 Petrus 5:5:   “Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain”.

3. Menyerahkan segala kekuatiran kepada Allah
Rendah hati berarti kita tidak perlu memikul kegelisahan-kegelisahan kita; Allah bersedia mengangkat seluruh kegelisahan kita apabila kita bersedia melakukan apa yang Ia kehendaki.
“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”  (1 Petrus 5:6-7)

4. Bergembira karena Tuhan dan percaya kepada-Nya
Begitu kita menaruh segala kekuatiran kepada Tuhan, kita dapat bergembira dan percaya kepada-Nya. Dan saat kita bergembira karena Tuhan dan terlebih dahulu mencari kerajaan-Nya, kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri, tetapi bagi Yesus Kristus. Kita akan menaruh kehendak-Nya di atas kehendak kita sendiri, sehingga yang kita kehendaki adalah kehendak Allah yang terjadi.

“Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.”  (Mazmur 37:3-5)
                 
5. Tidak berpusat pada diri sendiri 
Rendah hati berpusat di luar diri sendiri, sementara kesombongan berpusat pada diri sendiri. Dengan kata lain, kesombongan mencari kepentingan sendiri, tetapi rendah hati mementingkan kepentingan orang lain.

Rendah hati, yang juga berarti “berpikir lebih rendah”, bertolak belakang dengan memuliakan diri sendiri. Tetapi dalam penggunaannya dalam Alkitab, rendah hati tidak memasarkan sikap rendah diri. Rendah hati berarti mengambil peran yang telah Allah siapkan bagi kita dalam kehidupan.

Seseorang yang rendah hati tidak berkata, “aku tidak bisa apa-apa.” Tetapi sebaliknya, ia berkata, “Ini adalah yang Allah kehendaki bagi saya; saya dapat melakukannya melalui Dia” (Flp. 4:13). Belajar rendah hati berarti belajar menerima segala keadaan (Flp. 4:12). Rendah hati tidak ada pada apa yang kita miliki atau capai, tetapi dalam memelihara sikap yang mau diajar, bersedia menuruti kehendak Bapa. 

Belajar rendah hati adalah proses seumur hidup, dan kita dapat mempelajarinya selangkah-langkah. Mari kita berusaha menjadi lebih rendah hati dan membiarkan Allah yang memuliakan kita, bukan berusaha memuliakan diri sendiri. Amin.