Bahan Sermon Parhalado Full
Timer HKBP Distrik XVII – IBT Regio Jatim
Nas Ep[istel : Yohanes 3 :
31 - 36
---------------------------------------------------------------------------------------
” DIA SEMAKIN
BESAR & aku semakin kecil”
Pendahuluan
Yohanes
Pembaptis berbeda dengan Rasul Yohanes yang menulis kitab ini. Rasul Yohanes adalah saudara Yakobus
anak-anak dari Zebedeus. Sementara Yohanes Pembaptis adalah anak dari Imam
Zakaria. Yohanes Pembaptis adalah orang yang tak bercacat dan saleh pada
zamannya sehingga banyak orang yang datang kepadanya untuk minta petunjuk,
nasehat dan bahkan di baptis olehnya. Bahkan ia berani menegor Raja Herodes
sang penguasa Yahudi saat itu oleh keberanian inilah ia dipenjara bahkan
dipenggal kepalanya oleh Herodes. Tetapi sebelum ia di penjara terjadi
pertentangan antara murid Yohanes dengan orang Yahudi yang bermula dari
peristiwa dimana Yesus dan murid-muridNya membaptis juga di Yudea dan banyak
orang datang kepada Yesus. Seolah-olah ada persaingan yang dirasakan oleh para
murid Yohanes, para murid ingin membela
kewibawaan Yohanes (ayat 22-26).
Keterangan Nas
Di
dalam nas ini, Yohanes pembaptis bersaksi tentang siapakah dirinya dan siapakah
Yesus. Ia mempersaksikan dirinya sebagai
orang yang ditentukan dan dipilih Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi
kedatangan sesorang yang jauh lebih besar darinya, yaitu Mesias yang akan
menjadi pembebas dan juruslamat Israel .
Sesudah
bersaksi dengan rendah hati dan menyatakan suakcitanya atas perkembangan dari
gerakan pengikut jalan Tuhan , Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian akan
kebesaran Kristus dan berita-Nya yang tidak tertandingi, dan ia mengatakan,
YOHANES 3 : 31
31
“Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari
bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang
dari sorga adalah di atas semuanya.”
Dengan
nas ini, kita bisa melihat bagaimana kesungguhan Yohanes dan pengenalannya yang baik kepada Yesus.
baginya Yesus itu adalah Mahluk Surgawi yang penuh dengan kemuliaan yang
datangnya juga bukan dari manusia yang berdosa.
Manusia memiliki sifat duniawi, yang membutuhkan kelahiran baru. Yesus
sendiri yang memiliki sifat surgawi, dan menjadi manusia untuk mendekat kepada
kita dan menebus kita. Yesus, orang dari Nazaret itu melebihi semua nabi, ahli
filsafat dan para pemimpin yang ada, sebagaimana langit lebih tinggi dari bumi.
Penemuan manusia memang sangat memukau, tetapi semuanya dibuat dari apa yang
diciptakan Allah. Anak adalah hidup dan terang dan alasan dari keberadaan kita.
Tidak ada bandingannya antara Dia dengan semua yang lain. Anak berasal dari
Bapa sebelum segala jaman. Ia adalah sempurna mengatasi semua makhluk.
YOHANES
3:32-35
32
Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi
tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. 33 Siapa yang menerima
kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. 34 Sebab siapa yang
diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan
Roh-Nya dengan tidak terbatas. 35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan
segala sesuatu kepada-Nya
Yesus
sebagai manusia adalah saksi mata dari kebenaran surgawi. Ia
sungguh-sungguh menyaksikan sang Bapa dan mendengarkan firman-Nya. Ia tahu apa
pikiran dan rencana-Nya. Ia adalah firman Allah, yang keluar dari sang Bapa.
Wahyu-Nya sempurna. Wahyu yang datang melalui para nabi tidak lengkap. Yesus
menyatakan kehendak Allah sebagai yang terakhir dan yang lengkap. Ia adalah
saksi yang setia, yang menjadi martir untuk kesaksian itu. Ia mempermuliakan
sang Bapa, sayangnya, masih banyak orang yang menolak kesaksian-Nya. Mereka
tidak menghendaki Allah yang dekat, karena hal itu pasti akan membutuhkan
adanya perubahan hidup. Mereka
menolak sang Anak dan menyangkal Allah sebagai Bapa.
Puji
Tuhan bahwa tidak semua orang membenci Allah dan Roh-Nya. Ada sekelompok orang pilihan yang melihat
Bapa di dalam Anak, dan menerima pengorbanan-Nya yang sempurna. Orang yang
percaya kepada wahyu dan penebusan-Nya menghormati Allah. Allah tidak pernah
berdusta; sang Anak adalah kebenaran. Bapa tidak menyatakan hakekat dari
pikiran-Nya di dalam sebuah undang-undang atau sebuah buku, tetapi di dalam
pribadi Yesus. Semua orang yang terbuka kepada Roh Kudus dan Firman-Nya akan
diperbaharui. Kristus memanggil kita bukan hanya untuk mengatakan kebenaran, tetapi
untuk menghidupi dan melakukannya. Injil-Nya kemudian menjadi tubuh di dalam
diri kita.
Yesus
tidak berbicara tentang hal-hal khayalan yang tidak memiliki kepastian atau
keinginan yang mengada-ada; Firman-Nya adalah sangat kreatif, berkuasa, dan
juga jelas. Allah berbicara di dalam Anak-Nya. Roh di dalam diri-Nya
sama sekali tidak terbatas. Bapa mencurahkan kepada-Nya semua hikmat dan
kedaulatan tanpa ada akhirnya.
Bapa
mengasihi Anak, dan menyerahkan kepada-Nya segala sesuatu. Kasih Allah adalah
suatu anugerah, dan Anak menghormati sang Bapa. Pertanyaannya bukan, siapakah
yang lebih besar, Bapa atau Anak? Pertanyaan yang demikian datangnya dari
Iblis. Masing-masing Pribadi di dalam Tritunggal yang Kudus memuliakan yang
lainnya dan menghormati yang lainnya. Orang yang mengabaikan prinsip ini sedang
mengabaikan Allah. Bapa tidak memiliki rasa takut bahwa sang Anak akan merampas
kedaulatan-Nya, karena Allah tahu kelemah-lembutan anak-Nya, ketaatan dan
ketundukan penuh-Nya. Yesus menguasai segala sesuatu sebagaimana yang
dikatakan-Nya, “Segala kuasa di langit dan di bumi sudah diserahkan kepada-Ku.”
YOHANES 3:36
36 “Barangsiapa
percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat
kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di
atasnya.”
Yohanes
sang penginjil mengajarkan kepada kita rumus tentang keselamatan: Orang yang
percaya kepada sang Anak akan memiliki kehidupan kekal. Kalimat yang singkat
ini merangkum semua inti Injil. Semua orang yang mendekat kepada kesatuan kasih
ini akan melihat di dalamnya kasih Bapa dan Anak, dekat dengan kasih Allah,
yang dinyatakan di dalam Kayu Salib. Orang itu bersandar
kepada Anak domba Allah karena tahu bahwa Anak domba itu sudah melenyapkan
semua kekotoran kita. Dengan hubungan dengan Kristus ini kita mengalami arus
kasih karunia-Nya di dalam kasih yang kekal. Iman kepada Anak yang tersalib itu
akan memberikan kepada kita kehidupan-Nya yang sejati. Kehidupan kekal tidak
dimulai sesudah mati, tetapi sekarang ini. Roh Kudus datang kepada orang-orang
percaya kepada sang Anak. Orang yang menolak Firman Kristus dan menolak kedudukan-Nya
sebagai Anak dan Kayu Salib, mendukakan Roh Kudus. Ia tidak akan menemukan
ketenangan di dalam hati nuraninya. Orang yang tidak tuntuk kepada Yesus
melawan Allah sendiri dan tetap berada di dalam kematian rohani. Semua agama
yang melawan doktrin tentang Anak dan Kayu Salib sedang melanggar kebenaran
Allah. Orang yang menolak kasih-Nya, berarti memilih murka-Nya.
Paulus juga menegaskan pandangan Yohanes: murka Allah
dinyatakan terhadap semua pelaku kedurhakaan dan kejahatan. Karena semua
manusia sudah melakukan dosa dan melawan kebenaran dengan kelemahan mereka.
Sadarilah bahwa murka Allah yang membinasakan, sedang dicurahkan kepada
manusia.
Sebagaimana
ular tembaga diangkat di padang
gurun, demikian juga yang Tersalib sudah menjadi lambang bagi keselamatan kita
dari murka Allah. Anak sudah membuka dispensasi dalam kasih karunia. Semua
orang yang menjauh dari kasih-karunia-Nya di dalam Kayu Salib secara sengaja,
tetap tinggal di dalam penghukuman. Iblis menemukan tempat untuk berpijak di
dalam dirinya. Orang-orang yang tidak memiliki Kristus adalah orang-orang
celaka. Kapankah kita akan mulai berdoa untuk orang-orang itu, sehingga mereka
juga bisa percaya kepada Anak dan diselamatkan? Kapankah kita mulai berbicara
kepada sahabat-sahabat kita dengan penuh kesabaran, sehingga mereka juga bisa
menerima kehidupan dari Allah dengan perantaraan kesaksian kita?
Renungan
Ketika
orang memberikan kesaksian, biasanya yang disampaikan adalah kehebatan dan
keberhasilannya sendiri. Orang bersaksi dengan berkata bahwa dia pernah gagal
tetapi mampu bangun lagi, pernah sakit keras lalu bisa sembuh, pernah menderita
tetapi sekarang berhasil, dan sebagainya. Dalam benaknya yang ada adalah
sekarang aku berhasil mengatasi kegagalan, sakit, penderitaan, dan sebagainya.
Atau, bisa terjadi bahwa orang memberikan kesaksian dengan menyampaikan
kejelekan dan kelemahan orang lain, agar tampak dirinya baik dan hebat. Orang
sangat bangga dengan dirinya sehingga menjadi lupa akan campur tangan Allah dan
kebaikan orang lain.
Hari ini Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sebenarnya. Tanpa ragu dia mengatakan bahwa Yesus berasal dari atas dan menjadi utusan Allah, yang menyampaikan firman-Nya dan sangat dikasihi-Nya, sehingga Allah berkenan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Tampak dengan jelas bahwa ketika menyampaikan kesaksian ini, dia mengatakannya dengan gembira dan yakin akan kehebatan pribadi Yesus dan kebenaran yang harus ditunjukkan. Dia tidak merasa tersaingi atau sakit hati atau marah tetapi justru berkata ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ay 30). Dia sungguh rendah hati dan tulus hati memberikan kesaksian ini. Hebat Yohanes!!!
Apa yang kita lakukan ketika memberikan kesaksian? Apakah kita berani seperti Yohanes, yang dengan ketulusan dan kerendahan hati mengatakan bahwa orang lain itu lebih baik dan lebih hebat? Atau, apakah kita justru meninggikan diri sendiri, sebagai yang baik dan hebat, dengan menjatuhkan nama baik orang lain? Suatu pengalaman iman yang indah dan menarik ketika kita bercermin pada diri Yohanes!!!
Hari ini Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sebenarnya. Tanpa ragu dia mengatakan bahwa Yesus berasal dari atas dan menjadi utusan Allah, yang menyampaikan firman-Nya dan sangat dikasihi-Nya, sehingga Allah berkenan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Tampak dengan jelas bahwa ketika menyampaikan kesaksian ini, dia mengatakannya dengan gembira dan yakin akan kehebatan pribadi Yesus dan kebenaran yang harus ditunjukkan. Dia tidak merasa tersaingi atau sakit hati atau marah tetapi justru berkata ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ay 30). Dia sungguh rendah hati dan tulus hati memberikan kesaksian ini. Hebat Yohanes!!!
Apa yang kita lakukan ketika memberikan kesaksian? Apakah kita berani seperti Yohanes, yang dengan ketulusan dan kerendahan hati mengatakan bahwa orang lain itu lebih baik dan lebih hebat? Atau, apakah kita justru meninggikan diri sendiri, sebagai yang baik dan hebat, dengan menjatuhkan nama baik orang lain? Suatu pengalaman iman yang indah dan menarik ketika kita bercermin pada diri Yohanes!!!