Rabu, 28 September 2011

Nilai Sebuah Pergaulan (sebuah Ilustrasi)

NILAI ANDA DIPENGARUHI SIAPA YANG MENJADI TEMAN ANDA

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama.

Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

- Pemberhentian pertama adalah supermarket lokal. Kaleng coca cola pertama diturunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya yang diberi harga Rp.4.000,00.

- Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500,00.

- Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp.60.000,00.

Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda? Padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama!

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda.

Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP. Apabila Anda berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan Yg terbaik dari diri anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada di lingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA

Kata kasarnya adalah "bergaul sama kambing akan menjadi kambing, bergaul dengan sapi akan menjadi sapi". Selamat menjadi "cocacola" yg terbaik.

Keunikan Mazmur 118


Keunikan Mazmur 118

  • Mzm 118 adalah pasal yang terletak di tengah-tengah Alkitab.
  • Mzm 118 diapit oleh Mzm 117 (pasal terpendek di dalam Alkitab) dan Mzm 119 (pasal terpanjang di dalam Alkitab).
  • Jumlah pasal sesebelum dan sesudah Mzm 118 adalah sama, yakni ada 594 pasal sebelum Mzm 118 dan ada 594 pasal sesudah Mzm 118. (Keterangan: keseluruhan pasal di dalam Alkitab berjumlah 1189 pasal. Jadi 594 pasal + Mzm 188 + 594 pasal = 1189 pasal). Tentang informasi Kitab, Pasal dan Ayat KLIK ini: Kitab, Pasal, Ayat.
  • Di luar Mzm 188, keseluruhan pasal berjumlah 1188 (perhatikan angka ini).
  • Ternyata Mzm 118:8 adalah ayat yang terletak di tengah-tengah Alkitab.
  • Sekarang, apa isi Mzm 118: 8 itu? Ini: "LEBIH BAIK BERLINDUNG KEPADA TUHAN DARI PADA PERCAYA KEPADA MANUSIA".




Rabu, 07 September 2011

Mengenal Liturgi (Tata Ibadah) HKBP

Sejarah dan Latar Belakang Tata Ibadah HKBP

Liturgi HKBP berasal dari Kerajaan Prosia, Jerman. Pada waktu itu (abad ke-18) terdapat bermacam-macam denominasi Gereja di Jerman, tetapi secara umum hanya ada dua aliran Gereja yang ada, yakni Lutheran dan Calvinis. Keyakinan Kaisar yang memerintah Jerman waktu itu adalah apabila agama bersatu (dan hanya satu), maka negara akan menjadi kuat, dan apabila negara kuat, berarti kekuasaan Kaisar juga kuat. Karena itu negara berkepentingan untuk menyatukan berbagai denominasi yang ada di Jerman pada waktu itu, dan salah satu caranya adalah menyatukan tata ibadah yang ada agar menjadi sama di seluruh Jerman. Proses penyatuan ini juga memakan waktu bertahun-tahun dan akhirnya diputuskan untuk menggunakan tata ibadah yang adalah gabungan dari tradisi Lutheran dan Calvinis.

Versi tata ibadah yang kita pakai sekarang adalah penggabungan kedua tradisi tersebut (dikenal juga sebagai Tata Ibadah Union), yang lahir sebagai sebuah liturgi kompromi di dalam pertentangan.

Tata ibadah HKBP sendiri telah beberapa kali mengalami perubahan. Agenda pertama yang dipakai dicetak pada tahun 1894. Agenda yang dipakai pendeta non-Batak berbeda dengan yang dipakai oleh Guru Huria. Tata ibadah yang dipakai oleh Guru Huria tidak memiliki Votum karena dianggap kurang pantas untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Tahun 1907, Agenda dicetak ulang tetapi tidak memiliki perubahan yang signifikan. Pada tahun 1918 Agenda disamakan, dan cetakan tahun 1937-lah yang kita pakai pada saat ini.

Tata Ibadah HKBP dan Artinya

Setiap urutan dalam tata ibadah HKBP memiliki makna yang dalam. Banyak dari kita yang mungkin hanya mengikuti kebaktian Minggu di HKBP tanpa mengetahui makna dari setiap acara. Hal ini mungkin menjadi penyebab kenapa kita merasa bosan dan tidak bergairah mengikuti kebaktian tersebut, karena kita sendiri tidak tahu apa yang kita ikuti! Berikut adalah urutan dalam Tata Ibadah Kebaktian Minggu biasa yang tertulis di Agenda HKBP serta keterangannya.

Ø Sebelum memasuki acara yang pertama, jemaat telah memasuki ruang kebaktian dan bersiap menunggu lonceng dibunyikan (di kota besar penggunaan lonceng mungkin telah ditiadakan). Setelah lonceng dibunyikan, jemaat akan bersaat teduh untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, menyiapkan hatinya untuk mengikuti ibadah.

Nyanyian Bersama
Nyanyian pembukaan ini sebenarnya merupakan nyanyian panggilan beribadah. Tetapi hati kita sudah harus siap untuk mengikuti ibadah sejak lonceng dibunyikan. Karena itu, nyanyian ini adalah kesiapan hati kita untuk mengikuti panggilan ibadah tersebut.

Votum – Introitus – Doa Pembukaan
Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus.” Inilah yang membedakan ibadah dengan pertemuan biasa, ibadah adalah persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran Allah.

Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nas Alkitab. Bacaan ini diambil berdasarkan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana perayaan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini disambut jemaat dengan menyanyikan “Haleluya” yang artinya “Pujilah Tuhan!”

Sambutan Jemaat disusul dengan doa pembukaan yang menekankan unsur kebersamaan. Doa ini disampaikan bersama, memohon agar Tuhan Allah mengatur dan memimpin ibadah tersebut.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini harus sesuai dengan Hari Raya Gerejawi dan merupakan respons Jemaat terhadap doa pembukaan.

Pembacaan Hukum Tuhan
Bagian ini adalah lanjutan dari nyanyian pembukaan dalam ibadah. Maksudnya, dengan memperdengarkan serta memahami Hukum Taurat dari Allah, anggota Jemaat yang beribadah sadar akan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang dia lakukan (Roma 3:20b). Hukum Taurat yang dibacakan bisa juga berfungsi sebagai cermin diri dan peringatan akan dosa kita. Jemaat menyambut dengan memohon kekuatan untuk melakukan Taurat-Nya.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini berisi respons Jemaat atas harapan Allah untuk menjalankan hukum Tuhan. Isi nyanyian ini harus berkaitan dengan Hukum Taurat.

Pengakuan Dosa
Setelah Jemaat sadar akan dosa-dosanya, maka tibalah saat untuk mengaku dosa-dosa tersebut ke hadapan Tuhan. Melalui ‘doa pengampunan dosa’, Jemaat memohon dalam kerendahan hati dan mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd.
Luk 15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu dibersihkan. Setelah berdoa, janji Allah akan pengampunan dosa kita akan dibacakan. Allah mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya (Yeh. 33:11). Setelah mendengar pengampunan dosa, kita bersukacita dan memuji Tuhan dengan mengucapkan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi. Amin.”

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini adalah respon Jemaat atas pengampunan dosanya.

Pembacaan Firman (Epistel)
Setelah umat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa umatNya melalui Firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah menyapa umatNya melalui surat kiriman (Epistel), yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik dan bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab, Liturgis membacakan “Berbahagialah mereka yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah. Amen.” Perkataan ini bermaksud agar umat mengingat bahwa Firman Allah adalah untuk diindahkan, bukan untuk didiamkan saja.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini adalah respon umat atas pembacaan Alkitab. Karenanya, nyanyiannya pun harus sesuai dengan pembacaan Epistel.

Pengakuan Iman Rasuli
Bagian ini adalah bagian yang harus ada dalam setiap ibadah Umat Kristen karena melalui bagian ini kita mengucapkan pengakuan iman kita akan Trinitas: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Kita mengakui ini karena dosa yang telah dihapuskan dan Firman Allah (Epistel) yang telah dibacakan mendorong kita untuk mengakui iman kepercayaan kita.

Warta Jemaat
Bagian ini seringkali dirasa tidak perlu terdapat di dalam ibadah. Namun, HKBP memasukkan Warta Jemaat sebagai bagian dari ibadah karena semua kegiatan Jemaat adalah karya Allah dalam hidup kita. Karena itu, Warta Jemaat sebenarnya hanya berisi hal-hal yang ada kaitannya langsung dengan kehidupan Jemaat. Setelah Warta, Jemaat mendoakan hal-hal tersebut.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini merupakan respons Jemaat akan pengakuan imannya, sekaligus pengantar untuk kotbah yang akan didengarkan. Persembahan juga dikumpulkan pada pada waktu ini. Hal ini berarti bahwa mereka yang bersaksi melalui Pengakuan Iman, bersaksi juga melalui pengakuan akan berkat Tuhan yang diterimanya dan kesediaan hatinya untuk memberikan “persembahan syukur” sesuai dengan Taurat.

Khotbah
Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian Minggu. Semua bagian dari ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan disampaikan. Kotbah bukanlah pidato atau ceramah, melainkan Allah yang berbicara melalui pengkotbah, sebagai bekal hidup, pegangan dan penuntun hidup Jemaat.

Nyanyian Bersama
Nyanyian bersama ini adalah untuk merespons Firman Tuhan yang baru saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali kotbah tersebut. Karena kotbah adalah klimaks, maka sebaiknya tidak ada lagi acara yang dilakukan setelah kotbah.

Doa Persembahan dan Nyanyian Persembahan
Sebelum pulang ke tempat masing-masing jemaat masih diajak untuk mendoakan persembahan yang telah diberikan karena segala sesuatu perlu dibawa di dalam Dia (Kol. 1:3). Jemaat menyambut doa tersebut dengan nyanyian bersama, yang menyatakan bahwa segala hal harus diserahkan kepada Tuhan (BE 204:2).

Doa Penutup/Doa Bapa Kami
Jika ibadah dibuka dengan doa, maka diakhir juga dengan doa. Doa penutup juga harus disesuaikan dengan hari raya gerejawi. Setelah itu doa tersebut disambung dengan Doa Bapa Kami. Ini merupakan doa yang mencakup segala kepentingan Allah dan kebutuhan manusia. Itulah sebabnya ini menjadi bagian akhir pada doa penutup.

Doksologi
Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang dinyanyikan Jemaat sebagai respons atas seluruh karya anugerah Allah. Allah dipuji dan dimuliakan karena Dia adalah pemilik segala sesuatu dan pemberi segala sesuatu (Lihat Mat 6:13).

Berkat
Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa Allah juga telah memberkati Jemaat dengan berkat yang sama. Sebegai sambutan iman, maka Jemaat menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang berarti “ya benar! Terjadilah.”

Apakah Orang Kristen Boleh Membayar Pajak (Markus 12 : 13 - 17)

Bahan Sermon Guru Sekolah Minggu HKBP Pekalongan
Rabu, 07 September 2011 , Nas : Markus 12 : 13 - 17

”BERIKANLAH KEPADA YANG LAYAK MENERIMA”

Peristiwa ini mencatat bagaimana beberapa utusan kaum Farisi dan Herodian (pengikut-pengikut Raja Herodes yang mengakui pemerintahan Roma) datang kepada Tuhan Yesus saat Ia mengajar di halaman Bait Allah selama kunjunganNya yang terakhir ke Yerusalem. Dengan penuh percaya diri bahwa Tuhan Yesus akan langsung menjawab mereka, mereka bertanya tanpa keramahan dan kegentaran, apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Maksud mereka dengan 'diperbolehkan' ialah 'menurut hukum Taurat yang merupakan dasar hukum dalam kehidupan bangsa Israel'. Markus menyaksikan bahwa orang-orang yang bertanya itu berencana untuk 'menjerat Dia dengan suatu pertanyaan' (Markus 12:13). Lukas menjabarkannya lebih rinci, katanya maksud mereka ialah 'supaya mereka dapat menjeratNya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkanNya kepada wewenang dan kuasa wali-negeri' (Lukas 20:20). Kuasa wali negeri atau gubernur Yudea merupakan wakil kaisar. Setiap hasutan untuk tidak membayar pajak kepada Kaisar akan dijatuhi hukuman yang setimpal oleh gubernur.

Sesungguhnya, pertanyaan ini sangat peka. Sesudah Herodes yang Agung, Raja yang ditunjuk kekaisaran Romawi untuk wilayah Israel wafat pada tahun 4 sM, orang-orang romawi membagi kerajaannya menjadi 3 bagian. Setiap bagian diberikan kepada salah seorang putranya. Daerah
Galilea dimana Tuhan Yesus tinggal selama hampir seluruh hidupNya, diperintah oleh Herodes Antipas sampai dengan tahun 39 M. Yudea, bagian selatan dengan Yerusalem sebagai ibukota, diberikan kepada Arkhelaus (bandingkan Matius 2:22). Putra-putra Herodes menerima pajak dari rakyat seperti yang telah dilakukan ayahnya. Herodes-herodes ini tidak disukai rakyat, tetapi sesuai agamanya mereka orang Yahudi. Jadi, tidak ada kesulitan secara agama untuk membayar pajak kepada mereka.
Tetapi Arkhelaus memerintah Yudea dengan tangan besi, sehingga, setelah sembilan tahun. Kaisar Roma memindahkannya untuk mencegah timbulnya pemberontakan. Yudea kemudian dijadikan sebuah propinsi Roma yang diperintah oleh seorang Gubernur yang ditunjuk oleh Kaisar sendiri. Sejak itu rakyat Yudea harus membayar pajak kepada Kaisar Roma. Pada tahun 6 M, diadakan sensus untuk menentukan berapa banyak upeti yang harus diserahkan oleh propinsi baru ini.

Bangsa Yahudi sepanjang sejarah kehidupannya telah dijajah oleh banyak bangsa asing. Tetapi sejak dahulu kala tidak ada nabi atau guru agama yang mengajar bahwa membayar upeti pada penjajah itu salah. Sebaliknya, para nabi mengajarkan bahwa apabila mereka jatuh ke tangan bangsa asing, itu adalah atas perkenan Allah. Dan mereka harus menerima kehendak Allah itu dengan membayar upeti kepada bangsa asing yang memerintah atas mereka itu. Tetapi sekitar waktu diadakan sensus pada tahun 6 M itu, ada ajaran baru yang menyebar luas. Dikatakan bahwa hanya Allah saja Raja Israel. Karena itu, pengakuan rakyat terhadap penjajah asing dengan menbayar upeti merupakan pengkianatan besar terhadap Allah. Guru utama yang mengajarkan doktrin baru ini ialah
Yudas, orang Galilea yang memimpin pemberontakan melawan Roma (bandingkan Kisah 5:37). Pemberontakan ini ditindas, tetapi ideologinya tetap hidup. Hal patut atau tidak patut dalam membayar pajak kepada Kaisar senantiasa menjadi bahan perdebatan teologis.
Umumnya orang setuju bahwa bangsa Yahudi dalam penyebarannya, yang menetap di wilayah bangsa asing, haruslah membayar pajak sesuai hukum yang berlaku di daerah mana mereka tinggal. Tetapi di tanah Israel, ialah tanah Allah. Ini diakui oleh penduduknya ketika mereka menyerahkan sepersepuluhan dari penghasilan mereka bagi pemeliharaan
Bait Allah di Yerusalem. Tetapi pajak yang dituntut oleh kaisar Roma juga diambil dari hasil tanah Allah. Apakah dibenarkan bahwa umat Allah, yang tinggal di tanah Allah, memberikan sebagian hasil tanahnya kepada seorang pemimpin kafir? Bila pertanyaan ini dikemas demikian, maka jelas jawabannya bagi kebanyakan orang ialah "Tidak!".

Apa yang akan Tuhan Yesus katakan? Ketika Ia tinggal di
Galilea, pertanyaan ini tidak muncul. Di daerah itu pajak dibayarkan kepada seorang wali Yahudi. Tetapi ketika Tuhan Yesus mengunjungi Yudea, Ia tiba pada suatu daerah dimana pertanyaan ini menjadi perdebatan yang hangat. Apapun jawaban yang diberikan Tuhan Yesus, pasti menimbulkan pertentangan.
Terhadap pertanyan yang menjerumuskan itu, Tuhan Yesus tidak tertipu, Ia mengetahui semua maksud dan niat mereka.
Kalau Ia berkata bahwa membayar pajak kepada Kaisar itu tidak sesuai dengan Hukum Taurat, maka wakil gubernur Roma yang mendengar pernyataan itu bisa menuduh Dia sebagai subversif (orang-orang Herodian yang hadir disitu segera akan menyerahkan Dia sebagai seorang yang melawan pemerintah Roma). Kalau Ia berkata bahwa itu tidak melanggar hukum Taurat, Ia menyinggung perasaan orang-orang yang mendukun ajaran
Yudas orang Galilea itu dan akan men-cap Dia sebagai orang yang tidak cinta tanah-air. Anggapan ini akan membuat Ia kehilangan banyak pengikut di Yudea.

Maka Ia menjawab "Bawalah kemari suatu dinar", kata Tuhan Yesus "Supaya kulihat". Dinar adalah mata uang perak Roma. Satu dinar adalah upah yang diterima oleh seorang pekerja dalam sehari. Jawaban ini menunjukkan daya pikir Tuhan Yesus yang luar biasa. Pembayaran pajak kepada Roma harus dibayar dengan mata uang Roma. Ketika uang dinar itu diterima Tuhan Yesus, Ia betanya "Gambar siapakah ini?, Nama siapakah ini?". Tentu jawabannya adalah "Gambar Kaisar dan nama Kaisar". Nah, kata Tuhan Yesus, mata uang yang memuat wajah Kaisar menerimanya kembali. Kata kerja yang diterjemahkan sebagai 'berikanlah' mempunyai arti mengembalikan barang kepada orang yang memiliki barang itu :

Dengan memakai uang yang bergambar Kaisar, ini menunjukkan bahwa mereka mengakui Pemerintah Roma, sehingga dengan sedirinya, pertanyaan mereka itu sudah terjawab.

Bangsa Yahudi mempunyai pepatah yang mengatakan "Barangsiapa memakai uang yang bergambar seorang yang pemerintahan, ia juga harus mengakui orang itu sebagai rajanya". Maka dari itu, jika mereka memakai mata uang Kaisar, mereka juga harus membayar pajak kepada Kaisar.

Ada beberapa orang Yahudi yang begitu kolot sehingga mereka tidak mau melihat apalagi menyentuh uang yang memuat wajah manusia. Mengapa? Karena ini menodai 'firman Kedua' dari 'Sepuluh Firman' yang melarang orang 'membuat patung yang menyerupai apapun yang ada diatas ataupun yang ada dibawah bumi' (Keluaran 20:4).Tuhan Yesus tentunya tidak menyetujui pandangan ini. Tuhan Yesus tidak terlalu memandang uang, apapun macamnya. Tetapi mungkin ada pengertian tersembunyi di balik kata-kata Tuhan Yesus yang dapat dihargai oleh orang Farisi yang ada diantara para penanya. Mata uang seperti itu tidak patut untuk digunakan oleh orang-orang yang begitu teliti menjalankan hukum Taurat dan harus dikembalikan kepada asalnya.

Mata uang Kaisar paling tepat digunakan untuk membayar upeti kepada Kaisar. Kalau itu dikehendaki kaisar, berikan saja. Tuntutan-tuntutan Allah tidak dilanggar kalau uang Kaisar dipakai untuk membayar Kaisar. Apa yang sungguh-sungguh penting ialah menemukan apa yang menjadi tuntutan-tuntutan Allah dan melakukannya.
Sekali lagi, Tuhan Yesus pertama-tama menekankan perlunya mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya.

Ajaran Tuhan Yesus "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" menunjukkan bahwa tiap-tiap orang mempunyai kewajiban terhadap negara dan terhadap Allah. Kewajiban terhadap negara tidak bertentangan dengan pendirian orang kristen, sebab kekuasaan suatu pemerintahan diberikan oleh Allah demi kesejahteraan manusia. Dengan membayar pajak, manusia tunduk kepada pemerintahannya dan mengakui bahwa pajak menjadi milik Kaisar (Roma 13:1-7).

Orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian heran melihat kecerdasan Tuhan Yesus. Mereka sadar bahwa bukan Yesus yang diuji, tetapi mereka sendiri. Tetapi bukannya mereka itu menjadi sadar dan mengakui bahwa Yesus benar-benar utusan Allah, melainkan semakin mengeraskan hati mereka, dan menolak Tuhan Yesus.

Karena, tentu saja, jawaban Tuhan Yesus tidak memuaskan orang yang percaya bahwa sebagai orang Yahudi membayar pajak kepada Kaisar itu salah. Kalau ada diantara orang yang berkerumun itu yang menyangka Tuhan Yesus akan memproklamirkan kemerdekaan Israel mengingat caraNya memasuki kotaYerusalem beberapa hari sebelumnya, tentu mereka dikecewakan. Dan memang kelihatannya kegairahan akan Tuhan Yesus menurun di Yerusalem menjelang perayaan Paskah dibandingkan dengan pada saat mereka menyambutNya bagai seorang Raja ketika Ia memasuki Yerusalem dengan mengendarai keledai. Sebaliknya, kalau para penanya mengharap Ia akan melakukan kompromi lewat jawabanNya, mereka pun dikecewakan. Tuhan Yesus tidak saja keluar sebagai pemenang dari jerat yang mereka pasang, tetapi Ia dapat mengubahnya sedemikian rupa untuk menekankan kembali apa yang menjadi inti pelayananNya.

Dengan nas ini, anak-anak diajarkan bagaimana menjadi warga Negara yang baik demikian juga menjadi warga Gereja (Kerajaan Allah) yang baik. Ada tugas dan tanggungjawab namun ada juga hak. Tugas dan tanggungjawab kitalah sebagai warga Negara untuk tunduk dan taat kepada peraturan-peraturan yang telah dibuat pemerintah. Misalnya tentang membayar pajak atau iuran (baik sampai, air, listrik, telepon, PBB) dan lain-lain. Taat kepada peraturan lalu lintas, taat kepada peraturan sekolah, taat kepada peraturan RT/RW, dan tentang peraturan kebersihan kota tentang buang sampai dsb....

Demikian juga kita bertanggungjawab untuk taat kepada Tuhan, memberikan apa yang seharusnya kita berikan kepada Tuhan, pujian, waktu, persembahan dan hidup kita.Kita adalag gambar Allah, dan sebagai gambar Allah seharusnyalah kita kembali mempersembahkan hidup kita kepada Allah.

Ayat Hapalan :

Markus 12:17 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia.