Rabu, 07 September 2011

Apakah Orang Kristen Boleh Membayar Pajak (Markus 12 : 13 - 17)

Bahan Sermon Guru Sekolah Minggu HKBP Pekalongan
Rabu, 07 September 2011 , Nas : Markus 12 : 13 - 17

”BERIKANLAH KEPADA YANG LAYAK MENERIMA”

Peristiwa ini mencatat bagaimana beberapa utusan kaum Farisi dan Herodian (pengikut-pengikut Raja Herodes yang mengakui pemerintahan Roma) datang kepada Tuhan Yesus saat Ia mengajar di halaman Bait Allah selama kunjunganNya yang terakhir ke Yerusalem. Dengan penuh percaya diri bahwa Tuhan Yesus akan langsung menjawab mereka, mereka bertanya tanpa keramahan dan kegentaran, apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Maksud mereka dengan 'diperbolehkan' ialah 'menurut hukum Taurat yang merupakan dasar hukum dalam kehidupan bangsa Israel'. Markus menyaksikan bahwa orang-orang yang bertanya itu berencana untuk 'menjerat Dia dengan suatu pertanyaan' (Markus 12:13). Lukas menjabarkannya lebih rinci, katanya maksud mereka ialah 'supaya mereka dapat menjeratNya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkanNya kepada wewenang dan kuasa wali-negeri' (Lukas 20:20). Kuasa wali negeri atau gubernur Yudea merupakan wakil kaisar. Setiap hasutan untuk tidak membayar pajak kepada Kaisar akan dijatuhi hukuman yang setimpal oleh gubernur.

Sesungguhnya, pertanyaan ini sangat peka. Sesudah Herodes yang Agung, Raja yang ditunjuk kekaisaran Romawi untuk wilayah Israel wafat pada tahun 4 sM, orang-orang romawi membagi kerajaannya menjadi 3 bagian. Setiap bagian diberikan kepada salah seorang putranya. Daerah
Galilea dimana Tuhan Yesus tinggal selama hampir seluruh hidupNya, diperintah oleh Herodes Antipas sampai dengan tahun 39 M. Yudea, bagian selatan dengan Yerusalem sebagai ibukota, diberikan kepada Arkhelaus (bandingkan Matius 2:22). Putra-putra Herodes menerima pajak dari rakyat seperti yang telah dilakukan ayahnya. Herodes-herodes ini tidak disukai rakyat, tetapi sesuai agamanya mereka orang Yahudi. Jadi, tidak ada kesulitan secara agama untuk membayar pajak kepada mereka.
Tetapi Arkhelaus memerintah Yudea dengan tangan besi, sehingga, setelah sembilan tahun. Kaisar Roma memindahkannya untuk mencegah timbulnya pemberontakan. Yudea kemudian dijadikan sebuah propinsi Roma yang diperintah oleh seorang Gubernur yang ditunjuk oleh Kaisar sendiri. Sejak itu rakyat Yudea harus membayar pajak kepada Kaisar Roma. Pada tahun 6 M, diadakan sensus untuk menentukan berapa banyak upeti yang harus diserahkan oleh propinsi baru ini.

Bangsa Yahudi sepanjang sejarah kehidupannya telah dijajah oleh banyak bangsa asing. Tetapi sejak dahulu kala tidak ada nabi atau guru agama yang mengajar bahwa membayar upeti pada penjajah itu salah. Sebaliknya, para nabi mengajarkan bahwa apabila mereka jatuh ke tangan bangsa asing, itu adalah atas perkenan Allah. Dan mereka harus menerima kehendak Allah itu dengan membayar upeti kepada bangsa asing yang memerintah atas mereka itu. Tetapi sekitar waktu diadakan sensus pada tahun 6 M itu, ada ajaran baru yang menyebar luas. Dikatakan bahwa hanya Allah saja Raja Israel. Karena itu, pengakuan rakyat terhadap penjajah asing dengan menbayar upeti merupakan pengkianatan besar terhadap Allah. Guru utama yang mengajarkan doktrin baru ini ialah
Yudas, orang Galilea yang memimpin pemberontakan melawan Roma (bandingkan Kisah 5:37). Pemberontakan ini ditindas, tetapi ideologinya tetap hidup. Hal patut atau tidak patut dalam membayar pajak kepada Kaisar senantiasa menjadi bahan perdebatan teologis.
Umumnya orang setuju bahwa bangsa Yahudi dalam penyebarannya, yang menetap di wilayah bangsa asing, haruslah membayar pajak sesuai hukum yang berlaku di daerah mana mereka tinggal. Tetapi di tanah Israel, ialah tanah Allah. Ini diakui oleh penduduknya ketika mereka menyerahkan sepersepuluhan dari penghasilan mereka bagi pemeliharaan
Bait Allah di Yerusalem. Tetapi pajak yang dituntut oleh kaisar Roma juga diambil dari hasil tanah Allah. Apakah dibenarkan bahwa umat Allah, yang tinggal di tanah Allah, memberikan sebagian hasil tanahnya kepada seorang pemimpin kafir? Bila pertanyaan ini dikemas demikian, maka jelas jawabannya bagi kebanyakan orang ialah "Tidak!".

Apa yang akan Tuhan Yesus katakan? Ketika Ia tinggal di
Galilea, pertanyaan ini tidak muncul. Di daerah itu pajak dibayarkan kepada seorang wali Yahudi. Tetapi ketika Tuhan Yesus mengunjungi Yudea, Ia tiba pada suatu daerah dimana pertanyaan ini menjadi perdebatan yang hangat. Apapun jawaban yang diberikan Tuhan Yesus, pasti menimbulkan pertentangan.
Terhadap pertanyan yang menjerumuskan itu, Tuhan Yesus tidak tertipu, Ia mengetahui semua maksud dan niat mereka.
Kalau Ia berkata bahwa membayar pajak kepada Kaisar itu tidak sesuai dengan Hukum Taurat, maka wakil gubernur Roma yang mendengar pernyataan itu bisa menuduh Dia sebagai subversif (orang-orang Herodian yang hadir disitu segera akan menyerahkan Dia sebagai seorang yang melawan pemerintah Roma). Kalau Ia berkata bahwa itu tidak melanggar hukum Taurat, Ia menyinggung perasaan orang-orang yang mendukun ajaran
Yudas orang Galilea itu dan akan men-cap Dia sebagai orang yang tidak cinta tanah-air. Anggapan ini akan membuat Ia kehilangan banyak pengikut di Yudea.

Maka Ia menjawab "Bawalah kemari suatu dinar", kata Tuhan Yesus "Supaya kulihat". Dinar adalah mata uang perak Roma. Satu dinar adalah upah yang diterima oleh seorang pekerja dalam sehari. Jawaban ini menunjukkan daya pikir Tuhan Yesus yang luar biasa. Pembayaran pajak kepada Roma harus dibayar dengan mata uang Roma. Ketika uang dinar itu diterima Tuhan Yesus, Ia betanya "Gambar siapakah ini?, Nama siapakah ini?". Tentu jawabannya adalah "Gambar Kaisar dan nama Kaisar". Nah, kata Tuhan Yesus, mata uang yang memuat wajah Kaisar menerimanya kembali. Kata kerja yang diterjemahkan sebagai 'berikanlah' mempunyai arti mengembalikan barang kepada orang yang memiliki barang itu :

Dengan memakai uang yang bergambar Kaisar, ini menunjukkan bahwa mereka mengakui Pemerintah Roma, sehingga dengan sedirinya, pertanyaan mereka itu sudah terjawab.

Bangsa Yahudi mempunyai pepatah yang mengatakan "Barangsiapa memakai uang yang bergambar seorang yang pemerintahan, ia juga harus mengakui orang itu sebagai rajanya". Maka dari itu, jika mereka memakai mata uang Kaisar, mereka juga harus membayar pajak kepada Kaisar.

Ada beberapa orang Yahudi yang begitu kolot sehingga mereka tidak mau melihat apalagi menyentuh uang yang memuat wajah manusia. Mengapa? Karena ini menodai 'firman Kedua' dari 'Sepuluh Firman' yang melarang orang 'membuat patung yang menyerupai apapun yang ada diatas ataupun yang ada dibawah bumi' (Keluaran 20:4).Tuhan Yesus tentunya tidak menyetujui pandangan ini. Tuhan Yesus tidak terlalu memandang uang, apapun macamnya. Tetapi mungkin ada pengertian tersembunyi di balik kata-kata Tuhan Yesus yang dapat dihargai oleh orang Farisi yang ada diantara para penanya. Mata uang seperti itu tidak patut untuk digunakan oleh orang-orang yang begitu teliti menjalankan hukum Taurat dan harus dikembalikan kepada asalnya.

Mata uang Kaisar paling tepat digunakan untuk membayar upeti kepada Kaisar. Kalau itu dikehendaki kaisar, berikan saja. Tuntutan-tuntutan Allah tidak dilanggar kalau uang Kaisar dipakai untuk membayar Kaisar. Apa yang sungguh-sungguh penting ialah menemukan apa yang menjadi tuntutan-tuntutan Allah dan melakukannya.
Sekali lagi, Tuhan Yesus pertama-tama menekankan perlunya mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya.

Ajaran Tuhan Yesus "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" menunjukkan bahwa tiap-tiap orang mempunyai kewajiban terhadap negara dan terhadap Allah. Kewajiban terhadap negara tidak bertentangan dengan pendirian orang kristen, sebab kekuasaan suatu pemerintahan diberikan oleh Allah demi kesejahteraan manusia. Dengan membayar pajak, manusia tunduk kepada pemerintahannya dan mengakui bahwa pajak menjadi milik Kaisar (Roma 13:1-7).

Orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian heran melihat kecerdasan Tuhan Yesus. Mereka sadar bahwa bukan Yesus yang diuji, tetapi mereka sendiri. Tetapi bukannya mereka itu menjadi sadar dan mengakui bahwa Yesus benar-benar utusan Allah, melainkan semakin mengeraskan hati mereka, dan menolak Tuhan Yesus.

Karena, tentu saja, jawaban Tuhan Yesus tidak memuaskan orang yang percaya bahwa sebagai orang Yahudi membayar pajak kepada Kaisar itu salah. Kalau ada diantara orang yang berkerumun itu yang menyangka Tuhan Yesus akan memproklamirkan kemerdekaan Israel mengingat caraNya memasuki kotaYerusalem beberapa hari sebelumnya, tentu mereka dikecewakan. Dan memang kelihatannya kegairahan akan Tuhan Yesus menurun di Yerusalem menjelang perayaan Paskah dibandingkan dengan pada saat mereka menyambutNya bagai seorang Raja ketika Ia memasuki Yerusalem dengan mengendarai keledai. Sebaliknya, kalau para penanya mengharap Ia akan melakukan kompromi lewat jawabanNya, mereka pun dikecewakan. Tuhan Yesus tidak saja keluar sebagai pemenang dari jerat yang mereka pasang, tetapi Ia dapat mengubahnya sedemikian rupa untuk menekankan kembali apa yang menjadi inti pelayananNya.

Dengan nas ini, anak-anak diajarkan bagaimana menjadi warga Negara yang baik demikian juga menjadi warga Gereja (Kerajaan Allah) yang baik. Ada tugas dan tanggungjawab namun ada juga hak. Tugas dan tanggungjawab kitalah sebagai warga Negara untuk tunduk dan taat kepada peraturan-peraturan yang telah dibuat pemerintah. Misalnya tentang membayar pajak atau iuran (baik sampai, air, listrik, telepon, PBB) dan lain-lain. Taat kepada peraturan lalu lintas, taat kepada peraturan sekolah, taat kepada peraturan RT/RW, dan tentang peraturan kebersihan kota tentang buang sampai dsb....

Demikian juga kita bertanggungjawab untuk taat kepada Tuhan, memberikan apa yang seharusnya kita berikan kepada Tuhan, pujian, waktu, persembahan dan hidup kita.Kita adalag gambar Allah, dan sebagai gambar Allah seharusnyalah kita kembali mempersembahkan hidup kita kepada Allah.

Ayat Hapalan :

Markus 12:17 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar