Jumat, 26 Agustus 2011

Yesus Membersihkan Bait Allah (Yohanes 2 : 13 - 2)ihkan Bait Allah"

“ YESUS MARAH TAPI BUKAN PEMARAH ”

Mendengar dan membaca cerita tentang Tuhan Yesus marah mungkin bagi sebagian kita adalah sesuatu yang mengejutkan, bagaimana mungkin manusia dan Tuhan selembut, seramah dan setenang Tuhan Yesus bisa marah dan menjungkirbalikkan bahkan memporakporandakan dagangan para pedagang dan para penukar uang di Bait Allah pada saat itu. Dia yang telah menyembuhkan orang-orang yang sakit, Dia yang telah dengan ramah dan lembut mengelus ddan memberkati anak-anak, Dia yang selalu tenang menghadapi muslihat dan akal licik para Farisi dan Ahli Taurat, ternyata bisa juga mengalami suatu keadaan dimana Ia sangat marah.

Menurut para psikolog, Marah itu adalah sesuatu yang wajar dan merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan dan alami sebagai media penyaluran emosi (bukan emosional) kita. Sebagaimana orang seharusnya bisa menangis, dan tertawa untuk menyalurkan perasaan emosinya demikian juga setiap manusia di saat tertentu harus mampu dan sangat wajar untuk marah, mengerutu bahkan berdiam diri, Untuk menyalurkan emosi sehatnya. Yang tidak sehat adalah jika seseorang terus menangis (menangis tanpa alasan atau tiba-tiba menangis tanpa sebab) atau terus tertawa (apalagi tertawa-tawa sendiri) demikian juga orang yang pemarah atau emosional (marah-marah tanpa sebab).

Kemarahan tidak selalu harus ditafsirkan sebagai wujud hilangnya belas kasihan. Kepada orang yang emosionalnya tinggi, kita gampang maklum dan mengerti kalau orang itu marah-marah. Tetapi dengan orang yang berkarakter sabar, murah ampun, gampang menerima, suka berkorban dan selalu berusaha mencari yang terbaik, tiba-tiba marah, kita cepat berkesimpulan bahwa pasti ada yang tidak beres dan sudah keterlaluan. Dengan teropong dan kacamata pandang seperti itu kiranya kita akan melihat dan menilai kemarahan Yesus. Yesus marah bukan karena sifatNya yang pemarah, ada sesuatu yang membuat Ia harus marah.

Setelah Yesus bersama dengan Ibunya Maria, dan saudara-saudaranya beserta murid-muridNya kembali dari pesta di Kana (menurut Injil Yohanes) mereka menginap di Kapernaum untuk beberapa hari. Ketika hari raya Paskah, Yesus berangkat ke Yerusalem.

1. Menurut Adat dan Agama Yahudi, setiap orang Yahudi yang tinggal dalam radius 15 Mil dari Yerusalem diwajib untuk berangkat ke Yerusalem untuk menghadiri Perayaan Paskah sementara orang-orang Yahudi di luar radius itu tidak diwajibkan, akan tetapi walaupun demikian sering sekali mereka juga menyempatkan diri datang ke Yerusalem sekaligus bertemu dengan sanak saudara mereka. Dan setiap orang Yahudi yang berusia 19 tahun keatas wajib membayar pajak Bait Allah. Pembayaran pajak itu dilaksanakan satu tahun sekali pada hari raya Paskah. Hasilnya dipakai untuk mencukupi kebutuhan yang berkaitan dengan upacara-upacara peribadatan dan acara-acara ritual keagamaan di Bait Allah. Besarnya pajak ½ Shekel, yang berarti sama dengan upah kerja selama 1½ hari. Hanya jenis uang Shekel Bait Allah saja bisa dibayarkan sebagai pajak, sebab jenis uang lain yang dipakai dalam transaksi harian, seperti uang logam perak dari Roma, Yunani, Mesir, Tirus dan Sidan dipandang sebagai uang asing. Uang logam Palestina sendiri pun tidak bisa dibayarkan sebagai pajak, sebab uang itu dipakai dalam aneka transaksi yang sering dibarengi penipuan, sehingga nilainya kotor. Uang asing dan kotor tidak layak dipersembahkan kepada Allah sebagai pajak untuk rumah-Nya. Itulah sebabnya di Bait Allah pada saat itu banyak tempat penukaran uang. Sesungguhnya ini sangat membantu, akan tetapi Yesus marah dengan praktek penukaran uang ini karena ada praktek yang tidak benar sedang terjadi di tempat itu. Peraturan tentang kurs penukaran uang inid iatur sedemikian oleh orang-orang yang menawarkan jasa penukaran uang tersebut (yang tidak lain juga adalah para pejabat Bait Allah) yang bekerja sama dengan para Imam di Bait Allah. Praktek ini lah yang dilihat Tuhan Yesus sebagai praktek kongkalikong di Bait Allah. Ada praktek bisnis yang tidak benar di bait Allah . Yesus Marah.

2. Yesus Marah ketika Ia juga melihat ada perdagangan sapi dan hewan-hewan kurban lainnya di Bait Allah. Sesungguhnya ini juga sangat membantu para para peziarah yang datang dari luar kota atau dari daerah-daerah yang jauh di luar Yerusalem. Karena ketika mereka datang ke Bait Allah mau tidak mau mereka harus membawa hewan kurban yang tak bercacat dan tak bercela sebagaimana yang telah diaturkan di dalam aturan peribadahan dan hukum taurat Yahudi untuk penghapusan dosa mereka Cacat berkaitan dengan fisik, seperti buta, pincang, patah tulang dan luka-luka. Sedangkan bercela mengacu pada mutu, seperti hewan kurban yang bagus tidak boleh berumur lebih dari 1 tahun. Tidak mungkin mereka membawa itu dari tempat-tempat yang jauh, karena jika dibawa dari tempat-tempat yang jauh kemungkinan akan mengalami cacat , luka dan tidak baik adalah sangat besar. Kurban itu dilaksanakan satu tahun sekali setiap perayaan Paskah, sebagai kurban penghapusan dosa. Hewan kurbannya tergantung pada status sosial dan kemampuan ekonomi setiap keluarga. Orang kaya harus mempersembahkan kurban bakaran berupa seekor lembu atau domba dan seekor burung tekukur atau merpati. Orang miskin umumnya tidak mampu membeli domba, apalagi lembu, sehingga mereka cukup mengurbankan seekor burung tekukur atau merpati sebagai pengganti lembu atau domba dan seekor lagi burung tekukur atau merpati. Jadi, orang miskin cukup mengurbankan sepasang burung tekukur atau merpati.

Akan tetapi Tuhan Yesus melihat ada praktek yang tidak benar di dalam proses jual beli hewan kurban ini, karena ada terjadi kongkalikong antara para Imam Bait Allah dengan para penjual hewan kurban itu dalam menentukan hewan kurban yang lulus sensor untuk dijadikan persembahan kurban. Pejabat Bait Allah mengangkat DPHK (Dewan pemeriksa Hewan Kurban) untuk menyensor hewan yang hendak dikurbankan, untuk ini butuh biaya. Disinilah terjadi kongkalikong dengan para penjual kurban (Nota bene, para penjual hewan kurban itu dari keluarga Hanas, imam dan pejabat di Bait Allah). sehingga hanya hewan-hewan yang dijual itulah yang lulus sesnsor untuk layak dipersembahkan jadi korban. Sehingga umat mau tidak mau, meskipun mereka sanggub membawa hewan korban mereka sendiri tetap saja tidak akan lulus sensor.

Alhasil, orang pun terpaksa membeli hewan kurban dari para penjual di pelataran Bait Allah. Itu berarti pemerasan dan perampasan uang demi keuntungan pribadi. Meski demikian orang tidak menyadari dan pasti akan membeli hewan-hewan kurban itu juga, sebab persembahan kurban bakaran berkaitan dengan penghapusan dosa. Jadi, tidak mempersembahkan kurban bakaran berarti dosanya tidak dihapus. Lagi pula kurban penghapusan dosa itu hanya setahun sekali setiap hari raya Paskah. Maka bagaimanapun juga orang akan melakukannya dan mereka tidak merasa diperas, karena kurban itu dikaitkan dengan peraturan dan kewajiban keagamaan demi penghapusan dosa. Dengan demikian para pejabat Bait Allah itu telah melakukan penipuan lewat pemanipulasian peraturan ibadat dan kewajiban mempersembahkan kurban bakaran demi mengeruk keuntungan pribadi. Karena itu Yesus marah.

3. Yesus marah karena penajisan yang telah terjadi di Bait Allah. Para penginjil Sinoptik mencatat bahwa Bait Allah akan disebut rumah doa, namun rumah itu telah dijadikan sarang penyamun (Markus 11: 17, Matius 21: 13, Lukas 19:46). Bait Allah memang menjadi tempat beribadat dan mempersembahkan kurban bakaran, tetapi para pejabat Bait Allah telah memanipulasi peraturan dan kewajiban keagamaan itu untuk memeras dan merampas uang demi kepentingan dan keuntungan mereka pribadi. BaitAllah menjadi sarang para pemeras dan perampas uang dari orang-orang yang mau beribadat kepada Allah. Demi kepentingan itulah pelataran Bait Allah dijadikan tempat transaksi penukaran uang pajak dan jual-beli hewan kurban bakaran. Pada hal pelataran yang dipakai untuk transaksi itu adalah pelataran orang kafir.

4. Pelataran orang kafir atau non-Yahudi adalah pelataran yang paling luar dari Bait Allah, yang kemudian secara berurut disusul dengan pelataran kaum wanita Yahudi, pelataran laki-laki Yahudi dan pelataran para imam. Pelataran orang kafir itulah satu-satunya tempat bagi orang non-Yahudi boleh datang dan berdoa setelah pertobatannya. Namun para pejabat Bait Allah telah menjadikannya tempat berjualan, sehingga hiruk-pikuk orang, teriakan para pedagang, kegaduhan tawar-menawar dan suara beragam hewan, pun gemerincing uang logam: telah membuat tempat itu tidak bisa lagi dipakai untuk berdoa. Dengan demikian tertutup sudah kemungkinan bagi orang non-Yahudi yang mau datang mencari dan menyembah Allah di rumah-Nya. Karena itu Yesus marah.

Dalam nas ini diperlihatkan bahwa Yesus pun sebenarnya bisa bertindak radikal dan sangat tidak terbayangkan. Ia yang suka mengelus-elus rambut anak kecil, yang peduli pada janda miskin, ternyata juga adalah Kristus yang menjungkirbalikkan semua.

Dalam hal ini gereja harus sadar atas ajarannya yang salah, sebab umat hanya dibodoh-bodohi untuk memandang Yesus dari hanya satu segi, yaitu Yesus yang baik, penuh cinta kasih. Umat tidak pernah diperhadapkan kepada Yesus yang bisa keras. Yesus akan murka ketika orang mem-permainkan kesucian. Siapa yang percaya pada DIA, masuk sorga, yang tidak percaya masuk neraka. Janganlah memandang Yesus hanya dari sisi baiknya saja (sisi Maha BaikNya), yang pasti mau memberi apa yang kita mau. Tetapi marilah juga kita mengenal Yesus dari sisi Maha Adil dimana Dia akan menegakkan dan mengadili setiap manusia yang benar dan tidak benar dihadapannya. Dan untuk menegakkan kebanaranNya maka iapun akan mengekkan hukum-hukumNya. Oleh karena itu pernahkah kita berpikir bahwa kita juga harus memenuhi apa yang Dia kehendaki? Kekacauan terjadi di halaman Bait Allah adalah karena ada manipulasi. Dan inilah yang mau dikoreksi Yesus.

Pesan Nas :

Yesus marah karena praktek-praktek keagamaan yang tidak benar dan dimanipulasi dengan kepentingan untuk mengeruk keuntungan pribadi. Kegiatan religius seperti itu kapan pun dan di mana pun tidak akan pernah berkenan di hadapan Allah. Apalagi semua itu dilakukan di tempat tinggal kediaman Allah. Bukan hanya Gereja, tetapi diri kita adalah Bait-bait Kudus Allah, tempat Allah tinggal dan bersemayam di dunia ini. Maka, dengan kemarahan-Nya itu Yesus mengajak untuk menjadikan diri kita sebagai tempat ibadah-Nya yang kudus. Yesus mengundang kita untuk setiap kali menyucikan dan membersihkan diri dari kecenderungan-kecenderungan jahat yang mengotori dan membusukkan diri kita. Yesus mau agar kita meninggalkan perilaku hidup yang cemar yang penuh ketamakan, keegoisan, ketidakadilan, dan kemunafikan. Yesus mau agar kita bangkit dan bergerak membangun habitus (prilaku dan kebiasaan) baru yang berspiritualitas kasih, keadilan, dan damai.

Pdtbernardhp.medioaugust2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar