Jumat, 15 Maret 2024

Tiga hal yang perlu kita kenang di dalam ibadah In memoriam

 

Tiga hal yang perlu kita kenang di dalam ibadah In memoriam

 

Ayat Pokok: Mazm 105:1-3

Pendahuluan

Hari ini kita ada di tempat ini untuk mengenang atau memperingati ... tahun meninggalnya .... Tentu kita ada di tempat ini tidak untuk mendoakan arwah Bapak/Ibu ..., tapi untuk mengenang peristiwa ini. Sebab, bagi kita orang percaya, kita yakin bahwa orang yang meninggal dalam Tuhan, pasti sudah ada bersama Bapa di Sorga, dan tidak memerlukan doa-doa kita yang masih ada di dunia.

Selama tiga tahun kita ditinggal oleh kekasih kita Bapak/ibu ..., tentu kita mengakui banyak hal yang sudah terjadi. Dan kalau keluarga masih boleh kuat sampai saat ini, tentu ini suatu hal yang patut kita syukuri.

Oleh sebab itu tepat sekali kalau keluarga ditempat ini mengundang kita untuk mengadakan ibadah ucapan syukur.

Dalam kesempatan ini, mari kita mengenang hal-hal yang memang harus kita kenang. Menurut ayat bacaan kita kali ini, setidaknya Ada tiga hal yang perlu kita kenang, berkaitan dengan peristiwa ini.

Pertama :Mengenang kebaikan Tuhan (Maz 106:1)

Bagaimana wujud kebaikan Tuhan yang sudah keluarga ini alami sehingga perlu kita renungkan dan pikirkan dalam kesempatan yang indah ini? Tuha, telah memelihara semua keluarga yang ditinggalkan. Tiga tahun sudah kekasih kita meninggalkan istri dan anak-anak dan keluarga semua. Itu artinya tiga tahun juga Ibu ditempat ini sudah menjadi janda, dan anak-anak ditempat ini menjadi yatim. Tapi apakah selama ini kemudian kita mendengar bahwa keluarga ditempat ini mengalami masalah perekonomian sehingga  bahkan sampai tidak bisa makan? Saya tidak pernah mendengar berita mengenai hal ini. Dan saya percaya karena memang hal ini tidak pernah terjadi. Tuhan sudah menyertai istri dan anak-anak di tempat ini.

Dalam hal ini nyata kebenaran firman Tuhan dalam Mazmur 68:6, bahwa Tuhan adalah "Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus;" Inilah bukti nyata kebaikan Tuhan bagi keluarga ditempat ini. Suami boleh meninggalkan keluarga tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan dan menelantarkan keluarga semua. Itu sebabnya patutlah keluarga ditempat ini untuk senantisa berharap dan bersandar kepada Tuhan.

Mazmur 27:10 menulis ""Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku."

Kedua; Mengenang kebaikan orang tua.

Bagi anak-anak dan cucu, kesempatan ini adalah kesempatan yang baik untuk mengenang kebaikan orang tua. Anak-anak dan cucu sudah semestinya selalu mengingat kenaikan orang tua, terutama ayah kita. Mungkin ada hal-hal yang selama ini anak-anak belum bisa menerima apa yang sudah ayah kita lakukan kepada kita. Tetapi sesungguhnya itulah cara orang tua mendidik dan menyiapkan masa depan yang baik bagi ana-anaknya. Selama ini mungkin ada diantara anak-anak yang berpikir, mengapa ayah memperlakukan aku sedemikian kerasnya? Tapi saya percaya akhirnya kemudian kita sadar bahwa itulah bukti kebaikan orang tua kepada anak-anaknya.

Terlepas dari kekurangan yang pasti ada sebagai manusia, marilah dalam kesempaatan yang indah ini kita mengenang kembali hal-hal yang baik yang sudah diajarkan dan diwariskan oleh almarhum. Salah satu hal yang masih saya ingat adalah bagaimana setianya almarhum dalam kebaktian. Jarang ia datang terlambat. Bahkan sering ia datang sementara gereja belum ada orang satupun.

Bagi anak cucu, hari ini adalah juga kesempatan untuk mengenang kebaikan dan jasa-jasa ibu atau nenek tercinta. Kedua orang tua kita sudah sedemikian membukktikan kasihnya kepada anak-anaknya. Mereka sudah berkorban demi kebahagiaan anak-anak mereka. Saat ini ayah sudah tiada, tetapi masih ada Ibu ditempat ini.  Sudah sewajarnyalah kita mengenang kebaikan orang tua dan membalas dengan mengasihi Ibu kita dengan sepenuh hati.

 

Ketiga,Mengenang bahwa suatu saat kita juga akan mengalami kematian.

Kematian, sebagaimana yang sudah dialami oleh Almarhum adalah suatu fakta nyata dan akan dialami oleh semua orang.

Mazmur 89:49 menulis, "Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati"

Kesempatan ini marilah kita mengenang akan kematian kita. Siapapun kita, mari kita sadari bahwa kematian adalah realita yang pasti akan kita alami.

Mengingat akan hari kematian membuat kita hidup bijaksana dan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mari kita isi hati-hari kita yang singkat dengan hidup menjadi berkat. Bukankah ada pujian mengatakan "Hidup ini adalah kesempatan?"

Mengingat hari kematian bukan berarti kita harus takut dan bersedih, karena kematian bagi orang beriman adalah keuntungan.

 

Filipi 1:21-24 "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik;tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu."

Penutup.

Hari ini kita sudah belajar mengenai 3 hal yang harus kita kenang yaitu: Mengenang kebaikan Tuhan, Mengenang kebaikan orang tua dan mengenang akan hari kematian. Kiranya renungan ini dapat menjadi berkat, bukan saja bagi keluarga di tempat ini, tetapi juga bagi kita yang hadir malam hari ini.

TUHAN YESUS MEMBERKATI....!!!

Sekilas Tentang Makna Dari Janji Iman

 

SEKILAS TENTANG MAKNA DARI JANJI IMAN

(FAITH PROMISE GIVING)

 

Istilah “Janji iman atau “Faith Promise Giving” adalah istilah penggalangan dana yang pada masa kini sering dipakai oleh gereja dan badan misi sebagai metode untuk menggalang dana demi mendukung pembangunan dan pelayanan misi gereja.  Gereja HKBP sendiri telah cukup lama mengenal dan memakai metode ini. Istilah “Faith Promise Giving” (janji iman) ini dipopulerkan oleh Oswald J. Smith (1889-1986). Ia adalah seorang pendeta beraliran fundamentalis yang sangat antusias mendukung misi penginjilan dunia. Pada awal pelayanannya, Pdt Smith terpesona oleh konsep penggalangan dana misi yang dikembangkan oleh A.B. Simpson (pendiri Kristen dan Missionary Alliance). Simpson ingin mengubah atau memajukan gereja yang pada mulanya hanya sekali-sekali mengadakan pengumpulan persembahan untuk biaya misi. Dengan menyebut idenya sebagai “Janji Iman,” maka Simpson ingin agar anggota jemaat berkomitmen memberikan persembahannya secara berkala baik mingguan maupun bulanan untuk dana penginjilan. Konsep inilah yang diterapkan Oswald Smith di Peoples Church, gereja binaannya yang terletak di Kanada.

Makna dari Janji Iman

Janji Iman adalah janji yang didasarkan pada iman seseorang untuk memberikan persembahan kepada Tuhan. Komitmen sukarela seseorang untuk memberikan dukungan materi dalam jumlah tertentu secara konsisten dalam rangka mendukung pelayanan dan misi gereja. Janji iman adalah janji kita untuk setia di dalam memberikan harta kita untuk mendukung perkerjaan pelayanan dan misi gereja. Suatu janji di hadapan Tuhan bahwa kita bukan saja memberikan dari apa yang sudah kita miliki saat ini, tapi kita juga digerakkan untuk memberikan apa yang mungkin kita miliki. Janji iman biasanya diberikan secara berkala. Dalam membuat Janji Iman, setiap orang percaya diajak untuk bertanya kepada dirinya di dalam iman kepada Allah, berapakah selayaknya yang harus dipersembahkannya bagi pekerjaan Tuhan, dan kemudian berkomitmen mempersembahkannya sebagaimana Tuhan juga sudah menyediakan/ memberikan berkatNya kepadanya.

Janji Iman menurut pandangan Alkitab

Di dalam Alkitab Perjanjian Lama, pemberian persembahan yang serupa dengan janji iman sering disebut dengan ‘nazar’. Nazar adalah sebuah janji yang dibuat oleh seseorang untuk melakukan atau memberikan  sesuatu demi mencapai tujuan tertentu atau apabila tujuannya telah tercapai. Orang Kristen memahami Nazar sebagai janji yang berlaku secara mengikat dan penuh nilai-nilai sakral sebab terjadi diantara hubungan manusia dengan Allah. Yang penting di sini adalah ketaatan kita pada komitmen yang telah kita buat (lihat Mazmur 56:13).

Ulangan 23:23, menyebutkan bahwa Nazar adalah sesuatu yang dilakukan dengan sukarela kepada Tuhan. Imamat 7:6 dan Bilangan 15:3, menulis bahwa Nazar selalu dikaitkan dengan korban sukarela. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang bernazar maka dia tidak mendapat paksaan dari pihak manapun. Ia menentukan sendiri tentang Nazar yang dibuatnya. Saat melakukan Nazar bisa juga terjadi tawar-menawar, hal ini bisa dilihat dalam beberapa cerita Alkitab. Misalnya cerita Yakub dalam kejadian 28:20-22, Hana dalam 1 Samuel 1:11 dan Yefta dalam Hakim-hakim 11:29 -40.

 

Nazar sebagai janji harus dipenuhi, dan adalah dosa jika tidak memenuhinya. Itu sebabnya, sebelum bernazar, seseorang harus memikirkannya dengan sungguh-sungguh, bukan melakukannya karena emosional (Amsal 20: 25).

Pengkhotbah 5:4 juga menekankan tentang nazar yang harus ditepati, jika tidak bisa menepati lebih baik tidak bernazar (bnd. Mazmur 50:14-15).

Dalam Alkitab Perjanjian Baru, persembahan yang bersifat komitmen sukarela itu bisa kita baca dalam 2 Krontus 8 : 10 – 12

8:10 Inilah pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga.

8:11 Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu.

8:12 Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.

 

Dari nas ini, kita melihat bagaimana Janji Iman itu dilakukan dalam bentuk melanjutkan kemurahan hati dan pelayanan kasih yang telah mereka (jemaat Korintus) mulai dan putuskan untuk membantu dan menopang pelayanan para hamba-hamba Tuhan serta menolong kebutuhan jemaat-jemaat. Mereka telah berjanji untuk memberikan dukungan dana demi keberlanjutan pelayanan kasih dan misi para hamba Tuhan.

Aplikasi

Ketika kita melakukan Janji Iman, kita harus berangkat dari kenyakinan terhadap pemeliharaan Allah serta meng-imani bagaimana Allah mencurahkan berkatNya untuk pekerjaanNya melalui umat-Nya. Melalui Janji Iman ini, kita diajak untuk merenung dan bertanya pada diri kita masing-masing, "Berapa banyak berkat Tuhan, yang kita imani telah dicurahkan Tuhan untuk disalurkanNya melalui kita?" Artinya kita harus mengakui bahwa apa yang ada pada kita adalah milik Allah serta kepunyaanNya, Dialah sang Pemilik, kita hanya alat yang dipercayakanNya untuk mengelola dan menyalurkannya.

Pemberian Janji Iman adalah sebuah cara untuk memuliakan Tuhan dengan memberi dalam rangka mendukung pelayanan gereja dan misinya bagi dunia melalui gereja lokal kita. Dengan melakukan hal ini, kita bermitra dengan Tuhan dan para hambaNya dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Setiap orang yang melakukan bagiannya memperluas pelayanan dan misi global Tuhan melalui gerejaNya dan menjembatani kesenjangan bagi semua orang.