Bahan
Sermon Parhalado HKBP Dukuh Kupang Ressort Surabaya
Jumat , 30 Agustus
2013, Nas : Yohanes 4 : 31 - 42
---------------------------------------------------------------------------------------
”
YESUS DAN KESELAMATAN UNTUK ORANG-ORANG SAMARIA”
Pendahuluan
Buku The
Purpose Driven Life karya Rick Warren merupakan salah satu buku terlaris
menurut New York Times dan Wall Street Journal sejak diluncurkan tahun 2002.
Apakah kelebihan dari karya seorang hamba Tuhan yang dipanggil untuk melayani
di Saddleback –Amerika Serikat bahkan seluruh dunia ini?
Tujuan
yang menjadikannya berbeda. Rick Warren
berkata, “Tujuan hidup kita jauh lebih besar daripada prestasi pribadi,
ketenangan pikiran, bahkan kebahagiaan kita. Allah rindu agar kita menemukan
kehidupan yang Allah ciptakan untuk kita jalani di bumi ini dan selamanya dalam
kekekalan.” Dia adalah orang yang telah menemukan tujuan ilahi bagi dirinya dan
mengedepankan tujuan tersebut lebih dari segalanya. Bagaimana dengan kita?
Dalam kehidupan kita, penemuan besar atau kecil, keberhasilan usaha maupun
pelayanan diawali dengan membayangkan sebelum menjadi kenyataan. Bulan
mengitari bumi dan bumi mengitari matahari bukan karena penemuan tidak sengaja,
melainkan karena para ilmuwan menetapkan untuk “menaklukkan ruang angkasa”
sebagai tujuan. Tujuan merupakan sasaran yang lebih dari sekadar mimpi. Ia
adalah mimpi yang ditindaklanjuti, telah ditetapkan bahwa inilah yang hendak
saya lakukan, tidak bercabang karena arah sudah jelas.
Kita harus menyadari bahwa sesuatu tidak akan
terjadi, langkah maju tidak akan diambil sampai sebuah tujuan ditentukan. Tanpa
tujuan, kita akan mengembara dalam hidup, tidak pernah mengetahui akan kemana
dan tidak pernah sampai di mana pun. Dengan tujuan yang jelas, kita akan memprioritaskan
pencapaian tujuan untuk meraih keberhasilan. Tujuan penting bagi keberhasilan,
seperti udara bagi kehidupan. Tidak seorangpun pernah mencapai sukses tanpa
sebuah tujuan. Tidak ada orang yang hidup tanpa udara. Karena itu kita perlu
memperjelas kemana kita ingin pergi dan bagaimana mencapainya.
Keterangan Nas dan Aplikasi
Alkitab mencatat bahwa Yesus harus (Bhs.Yun. edei) melintasi daerah Samaria (Yoh 4:4). Kata
kerja edei dari kata dasar deo menunjukkan bahwa
perjalanan Yesus itu penting. Meskipun orang Yahudi dapat mengelak melalui
tanah Samaria
karena latar belakang historis, namun Yesus memilih melalui jalan tersebut.
Peristiwa kehancuran Samaria
tahun 722 sM yang disertai pemindahan penduduk Yahudi ke negeri-negeri lain
dimana negeri mereka sendiri dihuni orang-orang buangan dari wilayah kekaisaran
Asyur zaman Sargon, memang memiliki nilai politik, sosial-budaya, dan agama.
Orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan Babel
merasa bahwa mereka yang tinggal di Samaria
bersama dengan orang-orang buangan lainnya sejak kerajaan Asyur berkuasa,
tidaklah murni lagi. Percampuran budaya, sosial-ekonomi pada waktu itu,
sekalipun berlatar belakang politik namun tidak bisa tidak akan mengikis
keyakinan mereka akan Yahweh. Orang-orang Yahudi percaya bahwa hidup yang tidak
kudus dengan tidak mentaati hukum Taurat akan mendatangkan murka Tuhan
sebaliknya berkat akan diterima bila taat secara ketat.
Baik
orang-orang Samaria
maupun orang Yahudi yang menganggap diri benar dengan ritualitas agamawi,
dinyatakan Yesus bersalah. “Saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem” (Yoh 4:21). Penyembah yang
benar lahir dari batin yang diperbarui melalui perjumpaan pribadi dengan Yesus,
Sang Juruselamat. Tanpa Yesus tidak seorang pun berjumpa Bapa dan dapat
menyembah Dia secara benar. Yesus tahu bahwa hanya melalui diri-Nya keselamatan
telah tiba dan hadir dihadapan perempuan Samaria
dan mereka yang percaya (Yoh 4:23).
Yesus
memiliki tujuan hidup yang jelas dan mengedepankan pencapaian tujuan. Ia harus
melintasi daerah Samaria
karena ia tahu bahwa tujuan hidup-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan
menyelesaikannya (Yoh 4:34). Bapa mau melalui Anak-Nya keselamatan
dinyatakan pada orang-orang Samaria
dan dunia pada umumnya (Yoh 4:41-42). Segala daya dan upaya diarahkan
Yesus demi melayani perempuan Samaria dan
orang-orang Samaria
lainnya. Ia bukan hanya melalui pemukiman mereka, tetapi mau tinggal diantara
mereka selama dua hari (Yoh 4:40). Ia adalah Firman yang menjadi manusia dan
diam di antara kita (Yoh 1:14). Demi penyelesaian pekerjaan Bapa ia rela
tinggal di dalam dunia supaya dunia diselamatkan melalui Dia.
Pandangan
Yesus yang jauh ke depan saat melihat ladang-ladang yang sudah menguning lagi
matang untuk dituai (Yoh 4:35), membuat Dia bergairah untuk melayani dan
memprioritaskannya disamping kebutuhan lahiriah (Yoh 4:31-34). Sebagai orang
yang dipanggil untuk menjadi pengikut-Nya, seharusnya kita memiliki cara
pandang yang sama dan memprioritaskan apa yang dianggap utama oleh
Yesus. Mari kita menanggalkan semua yang merintangi kita demi pencapaian
tujuan ilahi. Prioritas hidup kita adalah melayani Tuhan dengan memperhatikan
kebutuhan sesama akan keselamatan
Kisah
percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria
di kota Sikhar
,merupakan suatu percakapan yang sangat menarik sekali. Mengapa ?
Karena : • di dalam percakapan Tuhan Yesus itu terkandung suatu pelajaran yang luar biasa untuk umat Tuhan jaman sekarang; • dan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus menjadi suatu teladan yang harus orang – orang Kristen lakukan di sepanjang jaman.
Hari itu, Tuhan Yesus memperhadapkan sebuah realita kepada para murid : “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai”
Dan hari ini ……………kita juga diperhadapkan dengan sebuah realita, bahwa banyak orang yang ada disekitar kita yang belum diselamatkan; belum percaya Yesus, mereka menuju kepada kebinasaan, ……seperti domba yang tidak bergembala…..dan mereka seperti ladang yang telah menguning dan siap untuk dituai. ketika kita diperhadapkan dengan hal seperti ini bagaimana sikap kita? Apakah kita diam, acuh tak acuh, cuek, masa bodoh…….Apakah kita berkata :”itu bukan tugas saya…….itu bukan kewajiban saya ……………….dan lain sebagainya.
Karena : • di dalam percakapan Tuhan Yesus itu terkandung suatu pelajaran yang luar biasa untuk umat Tuhan jaman sekarang; • dan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus menjadi suatu teladan yang harus orang – orang Kristen lakukan di sepanjang jaman.
Hari itu, Tuhan Yesus memperhadapkan sebuah realita kepada para murid : “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai”
Dan hari ini ……………kita juga diperhadapkan dengan sebuah realita, bahwa banyak orang yang ada disekitar kita yang belum diselamatkan; belum percaya Yesus, mereka menuju kepada kebinasaan, ……seperti domba yang tidak bergembala…..dan mereka seperti ladang yang telah menguning dan siap untuk dituai. ketika kita diperhadapkan dengan hal seperti ini bagaimana sikap kita? Apakah kita diam, acuh tak acuh, cuek, masa bodoh…….Apakah kita berkata :”itu bukan tugas saya…….itu bukan kewajiban saya ……………….dan lain sebagainya.
I. Melakukan apa yang Tuhan Yesus lakukan
Dalam kisah ini, diceritakan …..bahwa Tuhan Yesus akan meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Dan dalam perjalanan dari Yudea ke Galilea tersebut, Tuhan Yesus harus melintasi daerah Samaria.Melintasi Samaria sesungguhnya bukanlah jalan satu – satunya menuju Galilea, ada jalan lain. Banyak orang Yahudi yang kalau mau ke Galilea mereka turun ke lembah sungai Yordan , lalu belok ke arah utara, sehingga mereka tidak harus menginjak tanah daerah
Sejarah mencatat bahwa antara orang Yahudi dengan orang Samaria terjadi suatu permusuhan. Bahkan ada sebuah buku yang menjelaskan bahwa orang yahudi tidak mau bergaul ataupun bertegur sapa dengan orang Samaria demikian pula sebaliknya, orang Samaria tidak mau bergaul dan bertegur sapa dengan orang Yahudi.Bahkan orang Yahudi tidak mau memakai bekas mangkok orang samaria, demikian pula sebaliknya.. bahkan orang Yahudi merasa diri lebih baik daripada orang Samaria.
Ada banyak perbedaan diantara kedua suku bangsa ini. Orang Samaria : • Mereka berbakti kepada Tuhan, tetapi juga beribadah kepada allah – allah lain . • Orang Samaria hanya menerima kelima Kitab Musa sebagai Firman Allah • Mereka tidak mau bergabung dengan orang Yahudi dan berbakti di Bait Allah di Yerusalem. • Pada tahun 400 SM, mereka membangun tempat ibadah di gunung Gerizim, yang kemudian di baker oleh orang Yahudi pada tahun 128 SM. Pada umumnya orang Samaria dan orang Yahudi saling curiga dan saling membenci.
Walaupun demikian, Yesus tetap melintasi Samaria, bahkan Yesus berbicara dengan seorang Samaria ini mengherankan, Sehingga perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea melalui Samaria menjadi bukti bahwa Yesus menolak rasisme dan Yesus menolak kebencian.
Demikian juga seharusnya setiap orang Kristen. Kita harus menolak rasisme, dan juga menolak kebencian. Orang Kristen harus berani bertindak seperti Tuhan Yesus, yang mendobrak rasisme dan menghilangkan kebencian.
II. Melihat seperti Tuhan Yesus melihat
Ketika Tuhan Yesus sampai di
Sebab... ditengah – tengah perseteruan antara orang Yahudi dan orang Samaria, Yesus yang notabene adalah seorang Yahudi, Ia mampu melakukan suatu yang sangat luar biasa…Ia MELIHAT orang Samaria bukan sebagai bangsa yang harus mereka jauhi (singkirkan) bukan sebagai bangsa yang harus dibenci dan dikucilkan…TIDAK. TETAPI Yesus melihat orang – orang
Namun para
murid justru memiliki pandangan yang berbeda. Para murid melihat “Samaria ” belum siap bahkan cenderung diam. Tetapi bagi
Yesus…”Samaria ”
dipenuhi dengan jiwa – jiwa yang siap untuk dituai.
Jikalau saat itu Tuhan berkata kepada para murid : “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang – ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai”. Hari inipun Tuhan berkata hal yang sama :
“Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah orang – orang yang ada disekitarmu, di tempat kerjamu, di pabrikmu, di tokomu…mereka seperti padi yang sudah menguning dan siap untuk dituai”.
Bukan hanya untuk dilihat dan dipandang kemudian dilupakan begitu saja…TETAPI Tuhan menginginkan kerelaan kita untuk menjadi penuai…Bukan ladangnya yang tidak siap untuk dituai, melainkan penuainya belum siap bekerja”.
Apa yang dilakukan oleh perempuanSamaria ,
patut kita tiru. Setelah ia bertemu dengan Yesus, menerima Yesus sebagai
Juruselamat, ia lari pergi ke kota, ia tidak menyimpan berita itu
sendiri,tetapi ia menceritakan semua yang ia lihat, alami dan rasakan saat
bertemu dengan Yesus di tepi sumur di Sikhar. Sebab perempuan ini
menyadari bahwa ada banyak orang Samaria
yang membutuhkan berita seperti yang telah ia dengar dari Yesus.
Itu artinya Perempuan ini sedang bersaksi…kepada orang lain. Ia menceritakan apa yang ia alami dan apa yang ia dengar dari Yesus. Dan ia mengajak mereka untuk datang kepada Yesus. Dan rupanya kesaksian perempuanSamaria ini sangat luar
biasa. Banyak orang yang kemudian datang kepada Yesus. Bahkan lebih banyak
lagi mereka percaya kepada Yesus.
Sebuah buku yang di tulis oleh Howard G. Hendricks : “Kebenaran bukan untuk disimpan dalam botol, melainkan harus disebarluaskan”. Oleh karena marilah kita memiliki semboyan seperti yang dimiliki oleh orang – orang Kristen mula – mula: “Kami harus bicara”
Jikalau saat itu Tuhan berkata kepada para murid : “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang – ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai”. Hari inipun Tuhan berkata hal yang sama :
“Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah orang – orang yang ada disekitarmu, di tempat kerjamu, di pabrikmu, di tokomu…mereka seperti padi yang sudah menguning dan siap untuk dituai”.
Bukan hanya untuk dilihat dan dipandang kemudian dilupakan begitu saja…TETAPI Tuhan menginginkan kerelaan kita untuk menjadi penuai…Bukan ladangnya yang tidak siap untuk dituai, melainkan penuainya belum siap bekerja”.
Apa yang dilakukan oleh perempuan
Itu artinya Perempuan ini sedang bersaksi…kepada orang lain. Ia menceritakan apa yang ia alami dan apa yang ia dengar dari Yesus. Dan ia mengajak mereka untuk datang kepada Yesus. Dan rupanya kesaksian perempuan
Sebuah buku yang di tulis oleh Howard G. Hendricks : “Kebenaran bukan untuk disimpan dalam botol, melainkan harus disebarluaskan”. Oleh karena marilah kita memiliki semboyan seperti yang dimiliki oleh orang – orang Kristen mula – mula: “Kami harus bicara”
III.
Memiliki prioritas hidup yang benar
Pada saat para murid bertemu dengan Tuhan Yesus sepulang dari mencari makan, para murid berkata :
“Rabi, makanlah “ Mengapa para murid menyuruh Tuhan Yesus makan terlebih dahulu ?… Sebab , menurut adat orang Yahudi…para murid tidak akan makan, sebelum guru atau rabi mereka makan. Tetapi Tuhan menjawab :
“PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal”.
Tuhan Yesus memiliki prioritas hidup yang sangat luar biasa. Prioritas hidup Tuhan Yesus…bukan makanan jasmani yang telah dibawa oleh para murid kepadaNya yang memang itu juga Ia butuhkan,tetapi prioritas yang labih utama dalam hidup Yesus adalah “melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.
Apa yang menjadi kehendak Bapa ? Yang Bapa kehendaki adalah menyelamatkan jiwa .Yohanes 3 : 17
Melalui hal ini Tuhan Yesus ingin mengajar para murid agar mereka tidak hanya terfokus pada urusan jasmani (makan dan minum saja)…tetapi mereka akan memiliki prioritas utama dalam hidup mereka yaitu menuai ladang yang sudah siap untuk dituai.
Rasul Paulus adalah contoh pribadi yang memiliki prioritas hidup yang luar biasa
“Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” Inilah prioritas hidup Paulus :”bekerja memberi buah….”.
Tuhan tidak mau kita bersikap egois, dan hanya menikmati anugerah keselamatan itu bagi diri kita sendiri, sementara orang lain sedang antri berjalan menuju kepada kebinasaan. Allah menghendaki supaya setiap orang boleh mendengar dan menerima keselamatan yang dari Dia (II Petrus 3 : 9); dan Allah mau supaya kita semua menjadi kawan sekerjaNya (I Kor. 3 : 9) untuk mencari mereka yang terhilang, dengan memberitakan kabar baik kepada mereka dan membawa mereka kembali kepada Allah.
Firman ini menyapa kita :
1. Lakukan apa yang telah Yesus lakukan : Hilangkan rasisme dan kebencian, sebab itulah yang menghalangi kita untuk memberitakan Injil.Berita Injil adalah untuk semua orang bukan hanya untuk segelintir orang.
2. Marilah kita belajar melihat seperti Tuhan melihat : ada banyak jiwa – jiwa yang menantikan berita Injil, jiwa itu menjerit…….dan siap untuk dituai.
3. Milikilah prioritas hidup demikian juga Tujuan hidup untuk senantiasa melakukan kehendak Bapa, yaitu pergi memberitakan Injil.
Penutup
Seperti Tuhan mengutus para murid, hari ini……….Tuhan Yesus mengutus setiap kita . “Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan.” Di sekitar kita, ada banyak “samaria – samaria ” yg sebetulnya
seperti padi yg siap untuk di tuai. Amin
Pada saat para murid bertemu dengan Tuhan Yesus sepulang dari mencari makan, para murid berkata :
“Rabi, makanlah “ Mengapa para murid menyuruh Tuhan Yesus makan terlebih dahulu ?… Sebab , menurut adat orang Yahudi…para murid tidak akan makan, sebelum guru atau rabi mereka makan. Tetapi Tuhan menjawab :
“PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal”.
Tuhan Yesus memiliki prioritas hidup yang sangat luar biasa. Prioritas hidup Tuhan Yesus…bukan makanan jasmani yang telah dibawa oleh para murid kepadaNya yang memang itu juga Ia butuhkan,tetapi prioritas yang labih utama dalam hidup Yesus adalah “melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.
Apa yang menjadi kehendak Bapa ? Yang Bapa kehendaki adalah menyelamatkan jiwa .Yohanes 3 : 17
Melalui hal ini Tuhan Yesus ingin mengajar para murid agar mereka tidak hanya terfokus pada urusan jasmani (makan dan minum saja)…tetapi mereka akan memiliki prioritas utama dalam hidup mereka yaitu menuai ladang yang sudah siap untuk dituai.
Rasul Paulus adalah contoh pribadi yang memiliki prioritas hidup yang luar biasa
“Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” Inilah prioritas hidup Paulus :”bekerja memberi buah….”.
Tuhan tidak mau kita bersikap egois, dan hanya menikmati anugerah keselamatan itu bagi diri kita sendiri, sementara orang lain sedang antri berjalan menuju kepada kebinasaan. Allah menghendaki supaya setiap orang boleh mendengar dan menerima keselamatan yang dari Dia (II Petrus 3 : 9); dan Allah mau supaya kita semua menjadi kawan sekerjaNya (I Kor. 3 : 9) untuk mencari mereka yang terhilang, dengan memberitakan kabar baik kepada mereka dan membawa mereka kembali kepada Allah.
Firman ini menyapa kita :
1. Lakukan apa yang telah Yesus lakukan : Hilangkan rasisme dan kebencian, sebab itulah yang menghalangi kita untuk memberitakan Injil.Berita Injil adalah untuk semua orang bukan hanya untuk segelintir orang.
2. Marilah kita belajar melihat seperti Tuhan melihat : ada banyak jiwa – jiwa yang menantikan berita Injil, jiwa itu menjerit…….dan siap untuk dituai.
3. Milikilah prioritas hidup demikian juga Tujuan hidup untuk senantiasa melakukan kehendak Bapa, yaitu pergi memberitakan Injil.
Penutup
Seperti Tuhan mengutus para murid, hari ini……….Tuhan Yesus mengutus setiap kita . “Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan.” Di sekitar kita, ada banyak “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar