Kamis, 12 September 2013

Dia Semakin Besar & Aku Semakin Kecil (Yohanes 3 : 31 - 36)

Bahan Sermon Parhalado Full Timer HKBP Distrik XVII – IBT Regio Jatim
Nas Ep[istel  : Yohanes 3 :  31 - 36    
---------------------------------------------------------------------------------------

” DIA SEMAKIN BESAR  & aku semakin kecil”

Pendahuluan
Yohanes Pembaptis berbeda dengan Rasul Yohanes yang menulis kitab ini.  Rasul Yohanes adalah saudara Yakobus anak-anak dari Zebedeus. Sementara Yohanes Pembaptis adalah anak dari Imam Zakaria. Yohanes Pembaptis adalah orang yang tak bercacat dan saleh pada zamannya sehingga banyak orang yang datang kepadanya untuk minta petunjuk, nasehat dan bahkan di baptis olehnya. Bahkan ia berani menegor Raja Herodes sang penguasa Yahudi saat itu oleh keberanian inilah ia dipenjara bahkan dipenggal kepalanya oleh Herodes. Tetapi sebelum ia di penjara terjadi pertentangan antara murid Yohanes dengan orang Yahudi yang bermula dari peristiwa dimana Yesus dan murid-muridNya membaptis juga di Yudea dan banyak orang datang kepada Yesus. Seolah-olah ada persaingan yang dirasakan oleh para murid Yohanes, para murid  ingin membela kewibawaan Yohanes (ayat 22-26).

Keterangan Nas
Di dalam nas ini, Yohanes pembaptis bersaksi tentang siapakah dirinya dan siapakah Yesus. Ia mempersaksikan  dirinya sebagai orang yang ditentukan dan dipilih Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan sesorang yang jauh lebih besar darinya, yaitu Mesias yang akan menjadi pembebas dan juruslamat Israel.
Sesudah bersaksi dengan rendah hati dan menyatakan suakcitanya atas perkembangan dari gerakan pengikut jalan Tuhan , Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian akan kebesaran Kristus dan berita-Nya yang tidak tertandingi, dan ia mengatakan,
YOHANES 3 : 31
31 “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.”

Dengan nas ini, kita bisa melihat bagaimana kesungguhan Yohanes  dan pengenalannya yang baik kepada Yesus. baginya Yesus itu adalah Mahluk Surgawi yang penuh dengan kemuliaan yang datangnya juga bukan dari manusia yang berdosa.  Manusia memiliki sifat duniawi, yang membutuhkan kelahiran baru. Yesus sendiri yang memiliki sifat surgawi, dan menjadi manusia untuk mendekat kepada kita dan menebus kita. Yesus, orang dari Nazaret itu melebihi semua nabi, ahli filsafat dan para pemimpin yang ada, sebagaimana langit lebih tinggi dari bumi. Penemuan manusia memang sangat memukau, tetapi semuanya dibuat dari apa yang diciptakan Allah. Anak adalah hidup dan terang dan alasan dari keberadaan kita. Tidak ada bandingannya antara Dia dengan semua yang lain. Anak berasal dari Bapa sebelum segala jaman. Ia adalah sempurna mengatasi semua makhluk.

YOHANES 3:32-35
32 Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. 33 Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. 34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. 35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya

Yesus sebagai manusia adalah saksi mata dari kebenaran surgawi. Ia sungguh-sungguh menyaksikan sang Bapa dan mendengarkan firman-Nya. Ia tahu apa pikiran dan rencana-Nya. Ia adalah firman Allah, yang keluar dari sang Bapa. Wahyu-Nya sempurna. Wahyu yang datang melalui para nabi tidak lengkap. Yesus menyatakan kehendak Allah sebagai yang terakhir dan yang lengkap. Ia adalah saksi yang setia, yang menjadi martir untuk kesaksian itu. Ia mempermuliakan sang Bapa, sayangnya, masih banyak orang yang menolak kesaksian-Nya. Mereka tidak menghendaki Allah yang dekat, karena hal itu pasti akan membutuhkan adanya perubahan hidup. Mereka menolak sang Anak dan menyangkal Allah sebagai Bapa.
Puji Tuhan bahwa tidak semua orang membenci Allah dan Roh-Nya. Ada sekelompok orang pilihan yang melihat Bapa di dalam Anak, dan menerima pengorbanan-Nya yang sempurna. Orang yang percaya kepada wahyu dan penebusan-Nya menghormati Allah. Allah tidak pernah berdusta; sang Anak adalah kebenaran. Bapa tidak menyatakan hakekat dari pikiran-Nya di dalam sebuah undang-undang atau sebuah buku, tetapi di dalam pribadi Yesus. Semua orang yang terbuka kepada Roh Kudus dan Firman-Nya akan diperbaharui. Kristus memanggil kita  bukan hanya untuk mengatakan kebenaran, tetapi untuk menghidupi dan melakukannya. Injil-Nya kemudian menjadi tubuh di dalam diri kita.
Yesus tidak berbicara tentang hal-hal khayalan yang tidak memiliki kepastian atau keinginan yang mengada-ada; Firman-Nya adalah sangat kreatif, berkuasa, dan juga jelas. Allah berbicara di dalam Anak-Nya. Roh di dalam diri-Nya sama sekali tidak terbatas. Bapa mencurahkan kepada-Nya semua hikmat dan kedaulatan tanpa ada akhirnya.
Bapa mengasihi Anak, dan menyerahkan kepada-Nya segala sesuatu. Kasih Allah adalah suatu anugerah, dan Anak menghormati sang Bapa. Pertanyaannya bukan, siapakah yang lebih besar, Bapa atau Anak? Pertanyaan yang demikian datangnya dari Iblis. Masing-masing Pribadi di dalam Tritunggal yang Kudus memuliakan yang lainnya dan menghormati yang lainnya. Orang yang mengabaikan prinsip ini sedang mengabaikan Allah. Bapa tidak memiliki rasa takut bahwa sang Anak akan merampas kedaulatan-Nya, karena Allah tahu kelemah-lembutan anak-Nya, ketaatan dan ketundukan penuh-Nya. Yesus menguasai segala sesuatu sebagaimana yang dikatakan-Nya, “Segala kuasa di langit dan di bumi sudah diserahkan kepada-Ku.”

YOHANES 3:36
36 “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”

Yohanes sang penginjil mengajarkan kepada kita rumus tentang keselamatan: Orang yang percaya kepada sang Anak akan memiliki kehidupan kekal. Kalimat yang singkat ini merangkum semua inti Injil. Semua orang yang mendekat kepada kesatuan kasih ini akan melihat di dalamnya kasih Bapa dan Anak, dekat dengan kasih Allah, yang dinyatakan di dalam Kayu Salib. Orang itu bersandar kepada Anak domba Allah karena tahu bahwa Anak domba itu sudah melenyapkan semua kekotoran kita. Dengan hubungan dengan Kristus ini kita mengalami arus kasih karunia-Nya di dalam kasih yang kekal. Iman kepada Anak yang tersalib itu akan memberikan kepada kita kehidupan-Nya yang sejati. Kehidupan kekal tidak dimulai sesudah mati, tetapi sekarang ini. Roh Kudus datang kepada orang-orang percaya kepada sang Anak. Orang yang menolak Firman Kristus dan menolak kedudukan-Nya sebagai Anak dan Kayu Salib, mendukakan Roh Kudus. Ia tidak akan menemukan ketenangan di dalam hati nuraninya. Orang yang tidak tuntuk kepada Yesus melawan Allah sendiri dan tetap berada di dalam kematian rohani. Semua agama yang melawan doktrin tentang Anak dan Kayu Salib sedang melanggar kebenaran Allah. Orang yang menolak kasih-Nya, berarti memilih murka-Nya.
Paulus juga menegaskan pandangan Yohanes: murka Allah dinyatakan terhadap semua pelaku kedurhakaan dan kejahatan. Karena semua manusia sudah melakukan dosa dan melawan kebenaran dengan kelemahan mereka. Sadarilah bahwa murka Allah yang membinasakan, sedang dicurahkan kepada manusia.
Sebagaimana ular tembaga diangkat di padang gurun, demikian juga yang Tersalib sudah menjadi lambang bagi keselamatan kita dari murka Allah. Anak sudah membuka dispensasi dalam kasih karunia. Semua orang yang menjauh dari kasih-karunia-Nya di dalam Kayu Salib secara sengaja, tetap tinggal di dalam penghukuman. Iblis menemukan tempat untuk berpijak di dalam dirinya. Orang-orang yang tidak memiliki Kristus adalah orang-orang celaka. Kapankah kita akan mulai berdoa untuk orang-orang itu, sehingga mereka juga bisa percaya kepada Anak dan diselamatkan? Kapankah kita mulai berbicara kepada sahabat-sahabat kita dengan penuh kesabaran, sehingga mereka juga bisa menerima kehidupan dari Allah dengan perantaraan kesaksian kita?


Renungan
Ketika orang memberikan kesaksian, biasanya yang disampaikan adalah kehebatan dan keberhasilannya sendiri. Orang bersaksi dengan berkata bahwa dia pernah gagal tetapi mampu bangun lagi, pernah sakit keras lalu bisa sembuh, pernah menderita tetapi sekarang berhasil, dan sebagainya. Dalam benaknya yang ada adalah sekarang aku berhasil mengatasi kegagalan, sakit, penderitaan, dan sebagainya. Atau, bisa terjadi bahwa orang memberikan kesaksian dengan menyampaikan kejelekan dan kelemahan orang lain, agar tampak dirinya baik dan hebat. Orang sangat bangga dengan dirinya sehingga menjadi lupa akan campur tangan Allah dan kebaikan orang lain.
Hari ini Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sebenarnya. Tanpa ragu dia mengatakan bahwa Yesus berasal dari atas dan menjadi utusan Allah, yang menyampaikan firman-Nya dan sangat dikasihi-Nya, sehingga Allah berkenan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Tampak dengan jelas bahwa ketika menyampaikan kesaksian ini, dia mengatakannya dengan gembira dan yakin akan kehebatan pribadi Yesus dan kebenaran yang harus ditunjukkan. Dia tidak merasa tersaingi atau sakit hati atau marah tetapi justru berkata ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ay 30). Dia sungguh rendah hati dan tulus hati memberikan kesaksian ini. Hebat Yohanes!!!
Apa yang kita lakukan ketika memberikan kesaksian? Apakah kita berani seperti Yohanes, yang dengan ketulusan dan kerendahan hati mengatakan bahwa orang lain itu lebih baik dan lebih hebat? Atau, apakah kita justru meninggikan diri sendiri, sebagai yang baik dan hebat, dengan menjatuhkan nama baik orang lain? Suatu pengalaman iman yang indah dan menarik ketika kita bercermin pada diri Yohanes!!!


         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar