BAHAN SERMON PARHALADO SE-RESSORT
HKBP SURABAYA –
SENIN, 10 PEBRUARI 2014, UNTUK EPISTEL MINGGU 16 PEBRUARI 2014
Nas : 1 Korintus 3 : 1 - 11
KAWAN SEKERJA ALLAH
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di
Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh
Paulus di Korintus. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan
kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota
provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya
terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam
perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya
yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang
perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks
dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat,
karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan
yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti
persoalan-persoalan tersebut.
Perikop kita pasal 3 ini adalah lanjutan nasehat Paulus tentang
persoalan perpecahan yang nyata terjadi di tengah-tengah jemaat itu,
sebagaimana yang diterangkan di pasal 2 sebelumnya. Menurut paulus itu adalah
gambaran nyata bahwa jemaat korintus belum dewasa.
KETERANGAN NAS :
Ayat 1 - 4 Dan
aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti
dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa
dalam Kristus. (3:2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras,
sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat
menerimanya. (3:3). Karena kamu
masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan
bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup
secara manusiawi? (3:4) Karena jika
yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain
berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan,
bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
Dengan keras dan jelas, Paulus menyebut jemaat Korintus sebagai
jemaat yang masih berkarakter anak-anak (jemaat yang belum dewasa), jemaat yang
masih harus terus didampingi dan belum bisa dilepas mandiri, jemaat yang belum
mampu mengatasi persoalannya sendiri. Jemaat yang masih menonjolkan ego dan
kelompoknya masing-masing. Iri hati dan perselisihan masih terus mengancam
jemaat tersebut bahkan cenderung menyebabkan perpecahan. Jemaat Korintus masih
belum bias saling menerima perbedaan. Masing-masing kelompok menonjolkan
kelompoknya masing-masing dan menganggap kelompok yang lain sebagai kelompok
yang salah, kehidupan rohani jemaat tidak ada bedanya dengan kehidupan dari orang-orang
disekelilingnya. Di jaman itu, masyarakat Korintus memang terbagi-bagi atas
kelompok-kelompok yang saling menonjolkan diri. Ada kelompok masyarakat Yunani. Ada kelompok masyarakat
Yahudi, dll, ada kelompok masyarakat
terpelajar (para filsuf), ada kelompok pedagang, ada kelompok masyarakat biasa,
dll. Pengaruh masyarakat luar persekutuan itu nampaknya juga masuk mempengaruhi
jemaat. Jemaat Kristen yang berasal dari orang Yahudi dan terus berpegang teguh
kepada Hukum Taurat menyebut diri mereka sebagai kelompok Kefas (Petrus), jemaat Kristen yang berasal dari orang-orang
Yunani dan cenderung mengaku diri sebagai orang-orang pintar menyebut diri
mereka sebagai kelompok Apollos, sementara jemaat Kristen yang berasal dari
percampuran Yahudi-Yunani menyebut diri mereka sebagai kelompok Paulus
sedangkan jemaat yang merasa dirinya kecil dan kurang berharga karena lemah
dari sisi ekonomi dan intelektual menyebut diri mereka sebagai jemaat kelompok
Yesus. Inilah yang dengan keras dikritik oleh Paulus karena mereka masih terus
dikuasai oleh sifat duniawi, belum bertumbuh di dalam satu persaaan bagian dari
sebuah keluarga Allah yang saling menerima berbedaan tanpa harus saling
menonjolkan diri.
Ayat 5 – 9 “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus?
Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut
jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi
Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam
atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam
maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya
sesuai dengan pekerjaannya sendiri.Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu
adalah ladang Allah, bangunan Allah” ( 1 Korintus 3:5-9 )
Dalam nas ini, Paulus dengan tegas mengungkapkan bahwa sikap yang
dipertontonkan oleh umat yang terpecah-pecah itu sungguh tidaklah baik. Tidak baik untuk terpilah-pilah hanya karena
memfavoritkan seorang hamba Tuhan. Hal ini mengingatkan kita akan perpecahan HKBP
beberapa tahun yang lalu.dimana jemaat HKBP sempat terpecah menjadi dua kelompok
besar yaitu kelompok SAE Nababan
(Kelompok SSA) dan kelompok PWT. Simanjuntak (Kelompok SAI Tiara). Pertikaian
dan perpecahan terjadi dimana-mana dan menyebabkan rusaknya praktek-praktek
kehidupan jemaat. Sementara disisi lain, para hamba Tuhan itu sesungguhnya
baik-baik saja, dan tidak ada perpecahan, karena ketika mereka ketemu, mereka
bersalaman dan bertegur sapa. Demikianlah juga yang terjadi di jaman Paulus.
Hubungan antara Paulus, Petrus dan Apollos sesungguhnya baik-baik saja, sesame
Rasul mereka saling menghargai dan berbagai lapangan penginjilan. Akan tetapi
sebaliknya terjadi di jemaat Korintus,
persekutuan mereka terancam pecah. Inilah yang diperingatkan oleh Paulus agar
mereka kembali bersatu karena sesungguhnya mereka harus kembali berpusat kepada
Allah. Karena Allahlah yang membuat jemaat bertumbuh, bukan para
hamba-hambaNya. Tugas hamba-hambaNya adalah menaburkan benih dan menyiraminya,
namun yang menumbuhkan adalah Allah sendiri. Dan itupun tergantung kepada lahan
persemaian itu yaitu hati setiap jemaat yang mendengarkan Firman Tuhan (benih
itu) sendiri. Para hamba-hamba Tuhan itu adalah sama dihadapan Tuhan, ketika
mereka mengerjakan tugasnya sebagai
hamba Tuhan yang setia. Bagi manusia, hamba-hamba Tuhan itu mungkin
berbeda-beda, akan tetapi bagi Tuhan mereka adalah sama – rekanNya untuk
mendirikan Kerajaan Tuhan di dunia ini. Dihadapan Tuhan Gembala yang menurut
manusia ada gembala besar (karena melayani jemaat dalam jumlah yang besar atau
karena kemampuannya melayani dengan baik) atau gembala kecil (karena hanya
melayani sekelompok orang saja, dlsb) adalah sama saja, sepanjang ia setia
mengerjakan pekerjaan Tuhan yang dipercayakan kepadanya.. oleh karena itu ini
tidak perlu kita angkuHkan. Misalnya : apakah kita sebagai jemaat HKBP (jemaat
Gereja Besar) atau jemaat gereja HKI (salah satu gereja yang tergolong kecil
dalam jumlah jemaat), itu semua tidak perlu kita sombongkan, karena kita sama
dihadapan Tuhan. Demikian juga menjadi Pendeta Ressort atau menjadi Pendeta
Diperbantukan, itu juga sama dihadapan Tuhan , menjadi Pendeta atau menjadi
Penatua itu juga sama dihdapan Tuhan, sama-sam Rekan Sekerja ALLAH. Menjadi
Penginjil Hebat atau menjadi seorang Guru Sekolah Minggu Gereja Kecil di Puncak
Gunung juga adalah sama dihdapan Tuhan – sama-sama Rekan Sekerja Allah.
Paulus menyebut dirinya dan semua yang terlibat dalam penginjilan,
misi, penggembalaan, pembangunan gereja, dan berbagai bentuk pelayanan lain, sebagai “kawan sekerja Allah”, sambil tetap
memakai istilah pelayan Tuhan. Dalam perusahaan,
“kawan sekerja” atau “ partner” biasa juga disebut kolega, atau rekanan. Ini
menunjukkan kedudukan yang sangat penting dan terhormat.
Konsep paradoks ini sebaiknya ada bersamaan
dalam diri tiap orang yang terlibat dalam pekerjaan Allah. Kita yang sudah
dilahirbarukan oleh Roh Kudus adalah hamba-Nya karena kasih karunia-Nya yang
menyelamatkan, membuat hidup kita adalah milik-Nya ( Bdk Roma 6:22 ). Kita
adalah kawan sekerja-Nya sebab dalam keajaiban anugerah dan cara Ia mewujudkan
rencana-Nya, Ia menjadikan kita rekan-Nya. Jika konsep ini benar-benar kita
hayati, pasti radikal praktiknya ! Kita tidak akan bersaing dengan sesama
pekerja Tuhan, tetapi bekerja sama ! Kita tidak menilai pelayanan dari cara
pandang yang lepas dan pecah, tetapi dari persfektif kebersamaan yaitu keutuhan
tubuh Kristus. Kita bersyukur boleh berjuang dan semua yang kita kerjakan
saling melengkapi dan Allah nyata berkarya di dalamnya !
Ayat 10
- 11 Sesuai dengan kasih karunia Allah,
yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah
meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap
orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (3 : 11) Karena tidak ada seorang pun
yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu
Yesus Kristus.
Sekali lagi di dalam nas ini, Paulus menegaskan agar jemaat bisa bersatu
dan bertumbuh di atas dasar Kristus sang pondasi Gereja. Memang Paulus telah
meletakkan dasar itu dengan memperkenalkan berita tentang Kristus kepada umat
itu, sementara rasul-rasul yang lain telah membangun diatas dasar itu, akan
tetapi itu kembali kepada umat yang sedang dibangun diatas dasar itu. Apakah
mereka mau menjadi bangunan yang kuat dan kokoh berdiri diatas dasar yang kuat
itu. Atau mereka mau keluar dari dasar itu dan berdiri di atas dasar yang lain.
Oleh karena itu peran serta jemaat juga
sangat menentukan di dalam menentukan kualitas dirinya. Karena kualitas dirinya akan sangat mempengaruhi kualitas bangunan itu
sendiri. Oleh Karena itujemaat harus menjaga hatinya dari rasa iri hati dan
saling membenci. Karen airi hati dan benci adalah bagaikan virus yang dapat
merusak seluruh sendi-sendi kehidupannya, demikian juga kehidupan persekutuan
dan komunitasnya. Seharusnyalah mereka dapat saling menerima perbedaan dan
keberagaman itu dan diatas keberagaman itu mereka dapat bertumbuh bersama.
Kita bukanlah pengikut manusia, kita bukan pengikut Paulus, atau pengikut
Apollos, kita bukan pengikut Marthin Luther atau pengikut Calvinis, kita juga
bukan pengkit SAE Nababan atau pengikut PWT. Simanjuntak, kita adalah pengikut
Kristus. Dari sejak awal kita sudah diciptakan berbeda. Dan berbeda itu indah jika
dipadukan secara harmonis. Menjadi berbeda itu indah, karena dengan berbeda
kita saling membutuhkan, saling mengisi dan saling menyempurnakan. Unity in
diversity. One for All. All for One. Yaitu Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar