Selasa, 11 Februari 2014

BAHAN SERMON PARHALADO SE-RESSORT HKBP SURABAYA
SENIN, 10 PEBRUARI 2014, UNTUK EPISTEL MINGGU 16 PEBRUARI 2014
Nas  :   1 Korintus 3 : 1 - 11

KAWAN SEKERJA ALLAH
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus  ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Perikop kita pasal 3 ini adalah lanjutan nasehat Paulus tentang persoalan perpecahan yang nyata terjadi di tengah-tengah jemaat itu, sebagaimana yang diterangkan di pasal 2 sebelumnya. Menurut paulus itu adalah gambaran nyata bahwa jemaat korintus belum dewasa.

KETERANGAN NAS  :
Ayat 1 - 4 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.   (3:2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. (3:3). Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (3:4) Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Dengan keras dan jelas, Paulus menyebut jemaat Korintus sebagai jemaat yang masih berkarakter anak-anak (jemaat yang belum dewasa), jemaat yang masih harus terus didampingi dan belum bisa dilepas mandiri, jemaat yang belum mampu mengatasi persoalannya sendiri. Jemaat yang masih menonjolkan ego dan kelompoknya masing-masing. Iri hati dan perselisihan masih terus mengancam jemaat tersebut bahkan cenderung menyebabkan perpecahan. Jemaat Korintus masih belum bias saling menerima perbedaan. Masing-masing kelompok menonjolkan kelompoknya masing-masing dan menganggap kelompok yang lain sebagai kelompok yang salah, kehidupan rohani jemaat tidak ada bedanya dengan kehidupan dari orang-orang disekelilingnya. Di jaman itu, masyarakat Korintus memang terbagi-bagi atas kelompok-kelompok yang saling menonjolkan diri. Ada kelompok masyarakat Yunani. Ada kelompok masyarakat Yahudi, dll,  ada kelompok masyarakat terpelajar (para filsuf), ada kelompok pedagang, ada kelompok masyarakat biasa, dll. Pengaruh masyarakat luar persekutuan itu nampaknya juga masuk mempengaruhi jemaat. Jemaat Kristen yang berasal dari orang Yahudi dan terus berpegang teguh kepada Hukum Taurat menyebut diri mereka sebagai kelompok Kefas (Petrus),  jemaat Kristen yang berasal dari orang-orang Yunani dan cenderung mengaku diri sebagai orang-orang pintar menyebut diri mereka sebagai kelompok Apollos, sementara jemaat Kristen yang berasal dari percampuran Yahudi-Yunani menyebut diri mereka sebagai kelompok Paulus sedangkan jemaat yang merasa dirinya kecil dan kurang berharga karena lemah dari sisi ekonomi dan intelektual menyebut diri mereka sebagai jemaat kelompok Yesus. Inilah yang dengan keras dikritik oleh Paulus karena mereka masih terus dikuasai oleh sifat duniawi, belum bertumbuh di dalam satu persaaan bagian dari sebuah keluarga Allah yang saling menerima berbedaan tanpa harus saling menonjolkan diri.

Ayat  5 – 9 “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah” ( 1 Korintus 3:5-9 )

Dalam nas ini, Paulus dengan tegas mengungkapkan bahwa sikap yang dipertontonkan oleh umat yang terpecah-pecah itu sungguh tidaklah baik. Tidak baik untuk terpilah-pilah hanya karena memfavoritkan seorang hamba Tuhan. Hal ini mengingatkan kita akan perpecahan HKBP beberapa tahun yang lalu.dimana jemaat HKBP sempat terpecah menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok SAE  Nababan (Kelompok SSA) dan kelompok PWT. Simanjuntak (Kelompok SAI Tiara). Pertikaian dan perpecahan terjadi dimana-mana dan menyebabkan rusaknya praktek-praktek kehidupan jemaat. Sementara disisi lain, para hamba Tuhan itu sesungguhnya baik-baik saja, dan tidak ada perpecahan, karena ketika mereka ketemu, mereka bersalaman dan bertegur sapa. Demikianlah juga yang terjadi di jaman Paulus. Hubungan antara Paulus, Petrus dan Apollos sesungguhnya baik-baik saja, sesame Rasul mereka saling menghargai dan berbagai lapangan penginjilan. Akan tetapi sebaliknya terjadi di  jemaat Korintus, persekutuan mereka terancam pecah. Inilah yang diperingatkan oleh Paulus agar mereka kembali bersatu karena sesungguhnya mereka harus kembali berpusat kepada Allah. Karena Allahlah yang membuat jemaat bertumbuh, bukan para hamba-hambaNya. Tugas hamba-hambaNya adalah menaburkan benih dan menyiraminya, namun yang menumbuhkan adalah Allah sendiri. Dan itupun tergantung kepada lahan persemaian itu yaitu hati setiap jemaat yang mendengarkan Firman Tuhan (benih itu) sendiri. Para hamba-hamba Tuhan itu adalah sama dihadapan Tuhan, ketika mereka mengerjakan  tugasnya sebagai hamba Tuhan yang setia. Bagi manusia, hamba-hamba Tuhan itu mungkin berbeda-beda, akan tetapi bagi Tuhan mereka adalah sama – rekanNya untuk mendirikan Kerajaan Tuhan di dunia ini. Dihadapan Tuhan Gembala yang menurut manusia ada gembala besar (karena melayani jemaat dalam jumlah yang besar atau karena kemampuannya melayani dengan baik) atau gembala kecil (karena hanya melayani sekelompok orang saja, dlsb) adalah sama saja, sepanjang ia setia mengerjakan pekerjaan Tuhan yang dipercayakan kepadanya.. oleh karena itu ini tidak perlu kita angkuHkan. Misalnya : apakah kita sebagai jemaat HKBP (jemaat Gereja Besar) atau jemaat gereja HKI (salah satu gereja yang tergolong kecil dalam jumlah jemaat), itu semua tidak perlu kita sombongkan, karena kita sama dihadapan Tuhan. Demikian juga menjadi Pendeta Ressort atau menjadi Pendeta Diperbantukan, itu juga sama dihadapan Tuhan , menjadi Pendeta atau menjadi Penatua itu juga sama dihdapan Tuhan, sama-sam Rekan Sekerja ALLAH. Menjadi Penginjil Hebat atau menjadi seorang Guru Sekolah Minggu Gereja Kecil di Puncak Gunung juga adalah sama dihdapan Tuhan – sama-sama Rekan Sekerja Allah.
Paulus menyebut dirinya dan semua yang terlibat dalam penginjilan, misi, penggembalaan, pembangunan gereja, dan berbagai bentuk pelayanan lain, sebagai “kawan sekerja Allah”, sambil tetap memakai istilah pelayan Tuhan. Dalam perusahaan, “kawan sekerja” atau “ partner” biasa juga disebut kolega, atau rekanan. Ini menunjukkan kedudukan yang sangat penting dan terhormat.
Konsep paradoks ini sebaiknya ada bersamaan dalam diri tiap orang yang terlibat dalam pekerjaan Allah. Kita yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus adalah hamba-Nya karena kasih karunia-Nya yang menyelamatkan, membuat hidup kita adalah milik-Nya ( Bdk Roma 6:22 ). Kita adalah kawan sekerja-Nya sebab dalam keajaiban anugerah dan cara Ia mewujudkan rencana-Nya, Ia menjadikan kita rekan-Nya. Jika konsep ini benar-benar kita hayati, pasti radikal praktiknya ! Kita tidak akan bersaing dengan sesama pekerja Tuhan, tetapi bekerja sama ! Kita tidak menilai pelayanan dari cara pandang yang lepas dan pecah, tetapi dari persfektif kebersamaan yaitu keutuhan tubuh Kristus. Kita bersyukur boleh berjuang dan semua yang kita kerjakan saling melengkapi dan Allah nyata berkarya di dalamnya !

Ayat  10 - 11  Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (3 : 11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Sekali lagi di dalam nas ini, Paulus menegaskan agar jemaat bisa bersatu dan bertumbuh di atas dasar Kristus sang pondasi Gereja. Memang Paulus telah meletakkan dasar itu dengan memperkenalkan berita tentang Kristus kepada umat itu, sementara rasul-rasul yang lain telah membangun diatas dasar itu, akan tetapi itu kembali kepada umat yang sedang dibangun diatas dasar itu. Apakah mereka mau menjadi bangunan yang kuat dan kokoh berdiri diatas dasar yang kuat itu. Atau mereka mau keluar dari dasar itu dan berdiri di atas dasar yang lain. Oleh karena itu peran serta jemaat juga sangat menentukan di dalam menentukan kualitas dirinya. Karena kualitas dirinya akan sangat mempengaruhi kualitas bangunan itu sendiri. Oleh Karena itujemaat harus menjaga hatinya dari rasa iri hati dan saling membenci. Karen airi hati dan benci adalah bagaikan virus yang dapat merusak seluruh sendi-sendi kehidupannya, demikian juga kehidupan persekutuan dan komunitasnya. Seharusnyalah mereka dapat saling menerima perbedaan dan keberagaman itu dan diatas keberagaman itu mereka dapat bertumbuh bersama.


Kita bukanlah pengikut manusia, kita bukan pengikut Paulus, atau pengikut Apollos, kita bukan pengikut Marthin Luther atau pengikut Calvinis, kita juga bukan pengkit SAE Nababan atau pengikut PWT. Simanjuntak, kita adalah pengikut Kristus. Dari sejak awal kita sudah diciptakan berbeda. Dan berbeda itu indah jika dipadukan secara harmonis. Menjadi berbeda itu indah, karena dengan berbeda kita saling membutuhkan, saling mengisi dan saling menyempurnakan. Unity in diversity. One for All. All for One. Yaitu Kristus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar