Bahan Sermon parhalado HKBP Se- Ressort
Surabaya
Untuk Epistel Minggu 30 Maret 2014. Nas : 1
Samuel 16 : 1 - 13
---------------------------------------------------------
Tuhan Memilih Daud
Untuk Menjadi Raja
Pengantar
Dalam
kurun waktu yang relatif singkat, rakyat Indonesia akan merayakan Pesta
Demokrasi, di bulan April memilih para wakil rakyat di bidang legislatif, dan
beberapa bulan kemudian memilih seorang Presiden R.I. dari beberapa orang
capres yang mencalonkan diri. Tokoh pemimpin macam apakah yang hendak kita
pilih atau harus pilih? Untuk anggota legislatif tentunya kita sudah mempunyai
seperangkat kondisi yang kita susun dari pengalaman pribadi kita masing-masing,
a.l. misalnya bahwa sang caleg bukanlah seorang pribadi yang terindikasi dalam
perkara korupsi, bukan seorang pribadi sering absen, bukan seorang pribadi yang
suka tidur di tengah rapat paripurna sedang berlangsung dst. Mungkin kita juga
mendambakan seorang presiden yang gagah, tampan dan santun, seorang presiden
yang berani mengambil keputusan dan keputusannya itu efektif, memiliki
integritas, mempunyai visi ke depan, memiliki belarasa terhadap rakyat kecil dan
lain sebagainya. Nas kita ini, mengajak kita untuk belajar dari suatu peristiwa
yang terjadi ribuan tahun lalu, yaitu pengurapan Daud sebagai Raja Israel,
menggantikan Saul. Jika Saul dinilai sebagai raja atau pemimpin bangsa yang
gagal, maka nama Daud sangatlah harum sebagai seorang pemimpin negara. Manusia
memang tidak ada yang sempurna, dan demikian jugalah halnya dengan Daud. Dalam
nas ini kita diajak untuk melihat “penampilan pribadi ini”, justru karena pada
umumnya dalam masyarakat kita upaya pencitraan seorang caleg (lihatlah berbagai
baliho di jalan-jalan) atau capres sangatlah ditekankan.
Penjelasan Nas
Perikop ini diberi judul Daud Diurapi Menjadi
Raja dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia tahun 2001. Jika kita
baca dengan seksama maka perikop ini dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu
:
·
Ayat 1-3 berkisah mengenai Samuel yang diutus Tuhan
·
Ayat 4-5 berkisah
tentang kedatangan Samuel di Betlehem
·
Ayat 6-13a
berkisah tentang pemilihan dan pengurapan Daud
Di dalam ayat 1 tampaklah bahwa Samuel sedang bersedih hati, akibat
Saul ditolak Allah sebagai Raja atas Israel . Sementara Samuel dekat dengan Saul. Hal ini
dapat kita baca pada perikop-perikop sebelum ini. Dan mengapa Tuhan menolak
Saul, dapat dibaca dalam 1 Sam 13:13-14 maupun 1 Sam 15:3, dikarenakan Saul
tidak taat pada perintah Tuhan. Karena itulah maka Samuel diutus untuk mencari
pengganti Saul.
Di dalam ayat 2 digambarkan keraguan Samuel
ketika diperintahkan Tuhan untuk mencari pengganti Saul ini. Samuel kemudian
mengungkapkannya dengan bertanya kepada Tuhan. Kemudian di dalam ayat 3
dikisahkan bahwa Tuhan memberikan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
Samuel agar dapat mengatasi ketakutannya akan ketahuan oleh Saul bahwa ia
diutus Tuhan untuk mengurapi seseorang yang akan menggantikan Saul. Beberapa hal yang diperintahkan Tuhan untuk
dilakukan oleh Saul adalah:
1. Mengisi tabung tanduk dengan minyak
2. Membawa lembu muda
3. Pergi ke Betlehem
Tabung tanduk itu diisi minyak untuk
pengurapan. Lembu muda dibawa sebagai kurban persembahan yang akan dilakukan
Samuel di Betlehem. Di Betlehem inilah tinggal Isai, ayah dari Daud. Kurban
persembahan yang akan dilakukan Samuel ini adalah sarana untuk dapat bertemu
dengan orang yang akan diurapinya dan juga merupakan siasat agar tidak
dicurigai oleh Saul.
Ayat 4 mengisahkan ketika Samuel tiba di
Betlehem, para tua-tua menyambutnya dengan ketakutan. Mereka mempertanyakan
apakah kehadiran Samuel membawa selamat bagi mereka. Suatu hal yang lazim jika
seseorang yang dekat dengan kekuasaan (Samuel dikenal kedekatan dengan Saul dan
mungkin juga mereka tahu adanya konflik belakangan ini antara mereka) hadir di
suatu tempat, maka akan ada sesuatu hal yang penting yang disampaikan. Hal
tersebut bisa saja memberi perubahan bagi kehidupan mereka.
Tetapi di ayat 5 Samuel menegaskan bahwa
kehadirannya akan membawa selamat. Tetapi Samuel tidak mengungkapkan maksud
kedatangannya yang sebenarnya. Samuel mengadakan upacara pengorbanan sehingga
memungkinkan untuk menghadirkan Isai sekeluarga. Samuel juga menguduskan Isai
dan anak-anaknya.
Ayat 6-13a menceritakan proses pengurapan yang
dilakukan oleh Samuel. Pertama-tama yang hadir adalah anak sulung Isai, Eliab,
seorang anak yang tinggi dan tampaknya elok parasnya. Samuel merasa inilah
orang yang dipilih Tuhan, seorang anak sulung, tinggi dan berparas elok. Tetapi
ternyata Tuhan memiliki penilaian lain. “Bukan yang dilihat manusia yang
dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat
hati”. Satu persatu anak-anak Isai maju. Saat itu ada 7 anak yang tampil di
depan Samuel. Yang disebutkan secara eksplisit memang 3 nama. Tetapi Isai
memiliki 8 anak laki-laki (1 Sam 17:12). Dari ketujuh anak itu, Samuel tidak
merasakan bahwa mereka dipilih Tuhan. Lalu Samuel memastikan kepada Isai,
apakah memang hanya tujuh anak yang dimiliki Isai.
Di ayat 11 dijelaskan masih ada anak lain
yaitu Daud yang sedang menggembalakan kambing domba. Daud dipanggil dan ketika
Daud datang, tampaklah seorang pemuda kemerah-merahan, bermata indah dan berparas
elok. Tuhan berfirman agar Samuel mengurapinya. Akhirnya Samuel mengurapi
Daud di tengah saudara-saudaranya itu. Dan sejak hari itu dan seterusnya
berkuasalah Roh Tuhan atas Daud.
Refleksi
Dari kisah ini beberapa hal bisa menjadi bahan
refleksi kita.
1.
Samuel bisa mengalami kesedihan dan ketakutan. Samuel sebagai orang yang
dipilih Tuhan, kita bisa membayangkan bahwa Samuel nyaris sempurna. Tetapi
ternyata dia tetaplah manusia biasa yang mengalami kesedihan dan
ketakutan. Demikianlah setiap kita juga bisa mengalami kesedihan dan
ketakutan. Di dalam ketakutan dan kebingungan kita, Tuhan ada untuk memberi
jawaban.
2.
Tuhan melihat sesuatu yang seringkali tidak dilihat manusia. Manusia
seringkali hanya melihat sesuatu yang tampak di depan mata, tetapi Tuhan dapat
melihat segala yang tersembunyi. Penampilan
memang dapat menyesatkan. Appearance can be deceiving! Nabi
Samuel pun hampir saja terkecoh dengan penampilan Eliab yang "wah,
kerennya" (1Sam 16:6). Kemudian TUHAN bersabda kepada sang nabi, “Janganlah pandang parasnya atau perawakannya
yang tinggi ...... Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1Sam 16:7).
Allah
menjungkir-balikkan ide yang ada dalam benak nabi Samuel tentang kriteria
kepemimpinan. Ia memilih putera bungsu Isai yang bernama Daud, yang bahkan oleh
ayahnya (Isai) sendiri pun tidak diikutsertakan ... dibiarkan tetap
menggembalakan kawanan kambing dombanya. Daud dinilai tidak signifikan untuk
ikut-serta dalam “kontes calon raja Israel” (pada zaman itu tentunya belum ada
konvensi atau sejenisnya), namun justru dialah (Daud) yang dipilih menjadi raja
Israel yang baru.
Sejarah
menunjukkan bahwa Daud adalah raja Israel yang terbesar, dan sang Mesias adalah
keturunannya. Sedikit catatan penghiburan bagi kita semua: Samuel (seorang
nabi) saja dapat terkecoh ketika melihat Eliab yang kelihatan gagah-perkasa,
apalagi rakyat kebanyakan di sebuah republik ketika mereka memilih caleg
dan/atau capres mereka.
3.
Masihkah kita lebih melihat penampilan, kekayaan, hal-hal duniawi dalam
menentukan atau memilih pemimpin kita? Ataukah kita mau melihat lebih ke dalam?
4.
Tuhan tetap
memperhatikan calon pemimpin yang tersembunyi. Jika Tuhan telah punya mau, maka
seseorang yang belum tampak pun dapat dihadirkanNya sehingga menjadi pemimpin
kita. Apakah kita sering meremehkan orang-orang yang tampak lemah dan tak
berarti padahal kepada orang-orang seperti itulah seringkali Tuhan berkenan.
Pdtbernardhpasaribu.maret2014.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar