Jumat, 21 Maret 2014

TUHAN MEMILIH DAUD MENJADI RAJA MENGGANTIKAN SAUL

Bahan Sermon parhalado HKBP Se- Ressort Surabaya
Untuk Epistel Minggu 30 Maret 2014. Nas : 1 Samuel 16 : 1 - 13
---------------------------------------------------------

Tuhan Memilih Daud Untuk Menjadi Raja

Pengantar
Dalam kurun waktu yang relatif singkat, rakyat Indonesia akan merayakan Pesta Demokrasi, di bulan April memilih para wakil rakyat di bidang legislatif, dan beberapa bulan kemudian memilih seorang Presiden R.I. dari beberapa orang capres yang mencalonkan diri. Tokoh pemimpin macam apakah yang hendak kita pilih atau harus pilih? Untuk anggota legislatif tentunya kita sudah mempunyai seperangkat kondisi yang kita susun dari pengalaman pribadi kita masing-masing, a.l. misalnya bahwa sang caleg bukanlah seorang pribadi yang terindikasi dalam perkara korupsi, bukan seorang pribadi sering absen, bukan seorang pribadi yang suka tidur di tengah rapat paripurna sedang berlangsung dst. Mungkin kita juga mendambakan seorang presiden yang gagah, tampan dan santun, seorang presiden yang berani mengambil keputusan dan keputusannya itu efektif, memiliki integritas, mempunyai visi ke depan, memiliki belarasa terhadap rakyat kecil dan lain sebagainya. Nas kita ini, mengajak kita untuk belajar dari suatu peristiwa yang terjadi ribuan tahun lalu, yaitu pengurapan Daud sebagai Raja Israel, menggantikan Saul. Jika Saul dinilai sebagai raja atau pemimpin bangsa yang gagal, maka nama Daud sangatlah harum sebagai seorang pemimpin negara. Manusia memang tidak ada yang sempurna, dan demikian jugalah halnya dengan Daud. Dalam nas ini kita diajak untuk melihat “penampilan pribadi ini”, justru karena pada umumnya dalam masyarakat kita upaya pencitraan seorang caleg (lihatlah berbagai baliho di jalan-jalan) atau capres sangatlah ditekankan.

Penjelasan Nas
Perikop ini diberi judul Daud Diurapi Menjadi Raja dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia tahun 2001. Jika kita baca dengan seksama maka perikop ini dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu :
·                     Ayat 1-3 berkisah mengenai Samuel yang diutus Tuhan
·                     Ayat 4-5 berkisah tentang kedatangan Samuel di Betlehem
·                     Ayat 6-13a berkisah tentang pemilihan dan pengurapan Daud

Di dalam ayat 1 tampaklah bahwa Samuel sedang bersedih hati, akibat Saul ditolak Allah sebagai Raja atas Israel. Sementara Samuel dekat dengan Saul. Hal ini dapat kita baca pada perikop-perikop sebelum ini. Dan mengapa Tuhan menolak Saul, dapat dibaca dalam 1 Sam 13:13-14 maupun 1 Sam 15:3, dikarenakan Saul tidak taat pada perintah Tuhan. Karena itulah maka Samuel diutus untuk mencari pengganti Saul.

Di dalam ayat 2 digambarkan keraguan Samuel ketika diperintahkan Tuhan untuk mencari pengganti Saul ini. Samuel kemudian mengungkapkannya dengan bertanya kepada Tuhan. Kemudian di dalam ayat 3 dikisahkan bahwa  Tuhan memberikan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Samuel agar dapat mengatasi ketakutannya akan ketahuan oleh Saul bahwa ia diutus Tuhan untuk mengurapi seseorang yang akan menggantikan Saul. Beberapa hal yang diperintahkan Tuhan untuk dilakukan oleh Saul adalah:

1.       Mengisi tabung tanduk dengan minyak
2.       Membawa lembu muda
3.       Pergi ke Betlehem

Tabung tanduk itu diisi minyak untuk pengurapan. Lembu muda dibawa sebagai kurban persembahan yang akan dilakukan Samuel di Betlehem. Di Betlehem inilah tinggal Isai, ayah dari Daud. Kurban persembahan yang akan dilakukan Samuel ini adalah sarana untuk dapat bertemu dengan orang yang akan diurapinya dan juga merupakan siasat agar tidak dicurigai oleh Saul.

Ayat 4 mengisahkan ketika Samuel tiba di Betlehem, para tua-tua menyambutnya dengan ketakutan. Mereka mempertanyakan apakah kehadiran Samuel membawa selamat bagi mereka. Suatu hal yang lazim jika seseorang yang dekat dengan kekuasaan (Samuel dikenal kedekatan dengan Saul dan mungkin juga mereka tahu adanya konflik belakangan ini antara mereka) hadir di suatu tempat, maka akan ada sesuatu hal yang penting yang disampaikan. Hal tersebut bisa saja memberi perubahan bagi kehidupan mereka.

Tetapi di ayat 5 Samuel menegaskan bahwa kehadirannya akan membawa selamat. Tetapi Samuel tidak mengungkapkan maksud kedatangannya yang sebenarnya. Samuel mengadakan upacara pengorbanan sehingga memungkinkan untuk menghadirkan Isai sekeluarga. Samuel juga menguduskan Isai dan anak-anaknya.

Ayat 6-13a menceritakan proses pengurapan yang dilakukan oleh Samuel. Pertama-tama yang hadir adalah anak sulung Isai, Eliab, seorang anak yang tinggi dan tampaknya elok parasnya. Samuel merasa inilah orang yang dipilih Tuhan, seorang anak sulung, tinggi dan berparas elok. Tetapi ternyata Tuhan memiliki penilaian lain. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”. Satu persatu anak-anak Isai maju. Saat itu ada 7 anak yang tampil di depan Samuel. Yang disebutkan secara eksplisit memang 3 nama. Tetapi Isai memiliki 8 anak laki-laki (1 Sam 17:12). Dari ketujuh anak itu, Samuel tidak merasakan bahwa mereka dipilih Tuhan. Lalu Samuel memastikan kepada Isai, apakah memang hanya tujuh anak yang dimiliki Isai.

Di ayat 11 dijelaskan masih ada anak lain yaitu Daud yang sedang menggembalakan kambing domba. Daud dipanggil dan ketika Daud datang, tampaklah seorang pemuda kemerah-merahan, bermata indah dan berparas elok. Tuhan berfirman agar Samuel mengurapinya.  Akhirnya Samuel mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya itu. Dan sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud.

Refleksi
Dari kisah ini beberapa hal bisa menjadi bahan refleksi kita.
1.        Samuel bisa mengalami kesedihan dan ketakutan. Samuel sebagai orang yang dipilih Tuhan, kita bisa membayangkan bahwa Samuel nyaris sempurna. Tetapi ternyata dia tetaplah manusia biasa yang mengalami kesedihan dan ketakutan. Demikianlah setiap kita juga bisa mengalami kesedihan dan ketakutan. Di dalam ketakutan dan kebingungan kita, Tuhan ada untuk memberi jawaban.
2.       Tuhan melihat sesuatu yang seringkali tidak dilihat manusia. Manusia seringkali hanya melihat sesuatu yang tampak di depan mata, tetapi Tuhan dapat melihat segala yang tersembunyi. Penampilan memang dapat menyesatkan. Appearance can be deceiving! Nabi Samuel pun hampir saja terkecoh dengan penampilan Eliab yang "wah, kerennya" (1Sam 16:6). Kemudian TUHAN bersabda kepada sang nabi, “Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi ...... Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN  melihat hati” (1Sam 16:7).
Allah menjungkir-balikkan ide yang ada dalam benak nabi Samuel tentang kriteria kepemimpinan. Ia memilih putera bungsu Isai yang bernama Daud, yang bahkan oleh ayahnya (Isai) sendiri pun tidak diikutsertakan ... dibiarkan tetap menggembalakan kawanan kambing dombanya. Daud dinilai tidak signifikan untuk ikut-serta dalam “kontes calon raja Israel” (pada zaman itu tentunya belum ada konvensi atau sejenisnya), namun justru dialah (Daud) yang dipilih menjadi raja Israel yang baru.
Sejarah menunjukkan bahwa Daud adalah raja Israel yang terbesar, dan sang Mesias adalah keturunannya. Sedikit catatan penghiburan bagi kita semua: Samuel (seorang nabi) saja dapat terkecoh ketika melihat Eliab yang kelihatan gagah-perkasa, apalagi rakyat kebanyakan di sebuah republik ketika mereka memilih caleg dan/atau capres mereka.
3.       Masihkah kita lebih melihat penampilan, kekayaan, hal-hal duniawi dalam menentukan atau memilih pemimpin kita? Ataukah kita mau melihat lebih ke dalam?
4.       Tuhan tetap memperhatikan calon pemimpin yang tersembunyi. Jika Tuhan telah punya mau, maka seseorang yang belum tampak pun dapat dihadirkanNya sehingga menjadi pemimpin kita. Apakah kita sering meremehkan orang-orang yang tampak lemah dan tak berarti padahal kepada orang-orang seperti itulah seringkali Tuhan berkenan.


Pdtbernardhpasaribu.maret2014.doc





Tidak ada komentar:

Posting Komentar